PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Apr
24

Kristus adalah Benar (1 Yohanes 3:7)

Kristus adalah Benar (1 Yohanes 3:7)
Uncategorized

“Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar.” (1 Yohanes 3:7)

 Berkat Paskah adalah suatu kemerdekaan yang luar biasa dari dosa, sehingga kita patut bangga memiliki Kristus yang benar, yang telah berkorban untuk kita. Ayat tema di atas merupakan suatu nasihat dari Rasul Yohanes sebagai orang tua rohani, karena dia menggunakan kata “anak-anakku”; tidak peduli apakah anak-anak rohaninya berusia lebih tua atau lebih muda daripadanya secara jasmani. Yang disebut anak-anak rohani menurut 1 Yohanes 2:12-13, adalah anak-anak, orang-orang muda, maupun orang-orang dewasa atau orang tua, yaitu bapak dan ibu. Mereka inilah yang kemudian secara umum disebut sebagai sidang jemaat atau gereja Tuhan, dan terlebih lagi adalah sebagai tubuh Kristus.

Tuhan mau menyelamatkan semua orang, bukan hanya yang dewasa tetapi juga anak-anak kecil, untuk menjadi kepunyaan-Nya. Sebab Tuhan berfirman di dalam Yehezkiel 9:4-6, bahwa apabila anak-anak, para teruna dan dara, sampai kepada orang tua, baik laki-laki dan perempuan, tidak memiliki tanda sebagai kepunyaan Tuhan, mereka akan dimusnahkan tanpa rasa belas kasihan. Tanda sebagai milik Kristus, oleh Galatia 6:14 dan 17 dijelaskan, berpusat pada korban-Nya di kayu salib. Barangsiapa tidak memiliki tanda tersebut, Amos 8:2-3 telah menuliskan, kesudahannya ialah Tuhan tidak akan memaafkannya lagi. Maka segala nyanyian sukacita di tempat suci akan berubah menjadi ratapan, karena mereka telah dimusnahkan sehingga ada banyak bangkai yang dibuang dengan diam-diam. Ayat 10 juga menambahkan, bahwa ratapan atau perkabungan itu akan seperti meratapi kematian anak laki-laki tunggal. Inilah akibat tidak mau menerima tanda salib dari kematian Anak Laki-laki Tunggal, yaitu Kristus, Firman yang telah menjadi manusia. Oleh sebab itu, gereja Tuhan harus lebih mengutamakan Firman Allah yang merupakan pribadi Allah sendiri, daripada nyanyian pujian yang intinya adalah mengundang hadirat Allah, agar yang terjadi bukanlah nyanyian yang berubah menjadi ratapan, melainkan segala ratapan kita diubahkan Tuhan menjadi sukacita. Seperti yang tertulis di dalam Yesaya 35:8-10 dan pasal 51:11, bahwa kepunyaan Tuhan adalah orang-orang yang dibebaskan sehingga dapat bersorak-sorai dan bersukacita, serta dijauhkan dari segala dukacita dan keluh kesah.

Siapakah kepunyaan Tuhan itu? Kita dapat membacanya di dalam Yesaya 43:1 dan 44:5, 1-2, bahwa yang dapat berkata, “Aku kepunyaan Tuhan”, adalah orang-orang yang telah dipanggil dan ditebus Tuhan, bahkan dicintai-Nya. Yakub telah dipilih dan namanya berubah menjadi Israel, dan kemudian disebut Tuhan sebagai “hamba-Ku”. Kemudian disebut juga dengan Yesyurun, sebagai pilihan Tuhan. Arti nama Yesyurun adalah: orang jujur, orang tulus hati, dan yang dicintai. Dalam Kitab Maleakhi 1:1-3, Tuhan telah berfirman, bahwa Yakub dikasihi atau dicintai-Nya, namun Esau dibenci. Walaupun bersaudara kembar, di hadapan Tuhan mereka tetaplah berbeda, karena Yakub adalah kepunyaan-Nya sedangkan Esau tidak. Oleh karena kita telah memiliki tanda salib sebagai kepunyaan Tuhan, kita pun layak berkata, “Aku kepunyaan Tuhan sendiri!” Dan tanda ini akan menjadi sah apabila kita beribadah kepada Tuhan, sebagai anggota tubuh Kristus dan jemaat Tuhan.

Kembali kepada tema “Kristus adalah benar”. 1 Yohanes 2:21 mengatakan, tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran. Berarti lawan dari kebenaran adalah dusta. Roma 3:4 dan 10 menuliskan, bahwa Allah adalah benar, sedangkan semua manusia pembohong, tidak ada seorangpun yang benar. Apabila dusta telah menjadi suatu kebiasaan, lama-kelamaan akan selalu memutarbalikkan kebenaran. Yohanes 8:44 menjelaskan, bahwa iblis adalah bapak pendusta. Ini berarti, mereka yang berdusta adalah anak-anak iblis. Jika dusta berada di dalam gereja, maka  kebenaran Firman tidak ada di dalamnya, sebaliknya, yang ada adalah pengajaran palsu. Oleh sebab itu, seperti yang tertulis di dalam Roma 3:23-26, Kristus yang benar mau membenarkan kita dari dosa secara cuma-cuma, bila kita mau percaya kepada-Nya. Selain itu, kita sebagai manusia yang tidak ada kebenaran ini harus selalu menyatu dengan Dia, supaya dapat berbuat yang benar. Tanpa Dia, maka saat kita hendak berbuat yang benar, yang jahat telah lebih dahulu datang.

Di dalam Kisah Para Rasul 7:51-52 terdapat pernyataan bahwa Yesus adalah Orang Benar, tetapi orang-orang malah memilih Dia untuk dibunuh. Seperti yang terjadi pada Perjanjian Lama, di dalam Mikha 7:2-4, bahwa orang yang terbaik dari antara mereka adalah seperti tumbuhan duri dan yang paling jujur di antara mereka adalah seperti pagar duri. Pada Kisah 3:13-15, Yesus juga disebut sebagai Yang Kudus dan Benar. Tetapi orang-orang menolak Dia dan memilih seorang pembunuh sebagai hadiahnya, sehingga Yesus mati di kayu salib sebagai Orang Benar. Mengapa dunia selalu berusaha menyingkirkan orang benar? Karena dunia telah dikuasai iblis, yang tidak memiliki kebenaran. Yesus telah berkata di dalam Yohanes 18:37-38a, bahwa Ia datang ke dalam dunia untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Salah satu kesaksian-Nya adalah “Akulah Pokok anggur yang benar”. Bila kita mau mengenal Dia dengan benar, tirulah teladan-Nya dengan menjadi carang-carang-Nya yang benar. Jika tidak, kita akan dipotong dan dibuang untuk dibakar. Dengan menjadi carang yang benar, kita dapat berbuah dan menghasilkan buah-buah kebenaran.
Di dalam Injil Lukas 23, terdapat tiga kali pernyataan tentang Yesus sebagai Orang Benar dari tiga orang dengan latar belakang berbeda. Secara hukum, pada ayat 22-23 dikatakan, Pilatus telah tiga kali memeriksa Yesus dan tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Bahkan istrinya, di dalam Matius 27:19 dan 24, telah mengirim pesan kepadanya untuk tidak mencampuri perkara Yesus, Orang benar itu. Kemudian pada ayat 39-43 terdapat pernyataan dari salah satu penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus, dengan berkata, “Orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Dan yang terakhir, terdapat pada ayat 46-47, yaitu pengakuan dari kepala pasukan yang mengeksekusi penyaliban Yesus, dengan berkata, “Sungguh, orang ini adalah Orang benar!” Ketiga pengakuan itu merupakan kesaksian yang teguh, sebab didukung oleh dua atau tiga orang saksi. Selain itu, pengakuan mereka sekaligus merupakan kesempatan dari Tuhan bagi mereka untuk bertobat. Demikian pula, apabila kita mau mengakui bahwa Kristus adalah benar, kita mendapatkan kesempatan untuk bertobat dan dibenarkan, sehingga layak menerima tanda salib dan menjadi kepunyaan Tuhan. Haleluya!
Hal yang sebaliknya terjadi di dalam Kisah 7:52, tentang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang selalu merasa dirinya benar, ternyata telah membunuh orang-orang yang lebih dulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar (Yesus), bahkan mengkhianati dan membunuh Dia. Ini berarti, bahwa kebenaran tidak dapat dilihat oleh mata jasmani. Tuhan hanya melihat hati, apakah pada kita ada kebenaran atau tidak. Hati yang tidak ada dusta dan kebohongan pasti mau merendahkan diri untuk menerima teguran Firman Allah supaya bertobat, dengan mau menjadi domba yang digembalakan di dalam Firman Pengajaran Mempelai Alkitabiah, bahkan rela disembelih atau siap untuk menjadi korban, seperti yang tertulis dalam Roma 8:36-37. Walaupun siap untuk dikorbankan setiap hari, pada akhirnya kita menjadi orang-orang yang menang karena Tuhan mengasihi kita.

1 Petrus 3:18 mengatakan, bahwa Kristus telah mati satu kali untuk segala dosa kita; Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, contohnya seperti Pilatus, penjahat, dan kepala pasukan. Namun Ia tidak tetap mati, melainkan bangkit dan hidup.

Sebagai Orang Benar, nama-Nya di dalam Wahyu 19:11-13, adalah Yang Setia dan Yang Benar, nama lainnya adalah Firman Allah. Telah kita ketahui dari Yohanes 1:14, 16-17 bahwa Firman itu telah menjadi manusia (Yesus), sebagai Anak Tunggal Bapa, yang penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes 17:17 mengatakan, Firman itulah kebenaran, dan kebenaran ini tidak akan berubah, baik dulu, sekarang, dan selamanya, sebab Ibrani 13:8 telah menuliskan, Tuhan Yesus tetap sama. Selain itu, pada Wahyu 19:16 dikatakan, bahwa pada jubah dan paha Yesus tertulis suatu nama: Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan, yang bila kita baca pada pasal 17:14, itulah Anak Domba Allah, seperti yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis, “Lihatlah Anak Domba Allah!” Dan berdasarkan pasal 19:7, Anak Domba Allah itu berarti Mempelai Pria Sorga.

Kemudian pada Wahyu 3:14 terdapat Firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, yang menurut pasal 1:4-5 adalah Yesus Kristus. Amin merupakan bahasa Ibrani, artinya: kuat, teguh, pasti, sungguh, dan benar. Maksudnya adalah: bukan suatu keinginan berupa, semoga terjadi demikian saja, melainkan suatu pernyataan benar; demikianlah kenyataannya. Kesimpulannya, amin = benar. Kata ini dipakai dalam suatu ibadah untuk meyakinkan sesuatu, baik di dalam pujian, doa dan penyembahan, serta di dalam menerima Firman. Contohnya terdapat di dalam 1 Tawarikh 16:7-36 dan Mazmur 106:1, 48. Kemudian kata itu juga dipakai untuk mengakhiri suatu doa, seperti yang tercatat dalam Mazmur 41:14, dan juga untuk menyembah Anak Domba, seperti di dalam Wahyu 5:11-14; 7:11-12, dan 19:4, dengan berkata: “Amin, haleluya!” Sedangkan pada Kitab Nehemia 8:6-7, 9-10, dipakai sebagai suatu sikap dalam menerima Firman Allah, saat Tuhan berbicara kepada kita. Roma 9:4-6 mengatakan, Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya, dan karena Firman Allah tidak mungkin gagal, kita yang percaya menyambutnya dengan berkata, “Amin!”.

Supaya Firman Allah tetap benar, Wahyu 22:18 menasihatkan, janganlah menambah ataupun mengurangi tiap-tiap kata dari Firman Allah. Jika kita menuruti Firman-Nya, ayat 7 mengatakan, kita akan berbahagia. Oleh karena itu, ayat 10 memperingatkan agar Firman ini jangan dimeteraikan. Dengan kata lain, Firman Allah harus dibukakan rahasianya, karena waktunya sudah dekat. Kemudian pada ayat 18-21 dan 16 dapat kita baca, bahwa Yesus yang telah memberi kesaksian tentang kebenaran Firman Allah, pada akhirnya berkata, “Ya, Aku datang segera!” Kalimat ini merupakan puncak dari pembukaan rahasia Firman Allah. Maka kita yang telah terbiasa mengaminkan Firman-Nya, pasti akan menjawab, “Amin, datanglah Tuhan Yesus!”

Pada Kisah 3:12-15 terdapat penjelasan dari Petrus tentang penyembuhan orang lumpuh, dengan diarahkan kepada Yesus, yang telah mati di kayu salib dan bangkit dari kematian, sebagai Yang Kudus dan Benar. Tentang “kudus”, dapat kita baca di dalam Kisah 2:27 dan Lukas 1:35, sedangkan tentang “benar”, terdapat di dalam Kisah 7:52 dan 22:14. Kristus sebagai Yang Kudus dan Yang Benar, berarti Dia adalah sempurna. Ini harus kita kenal secara tepat dan benar melalui Firman-Nya, agar kita tidak salah telah memilih Yesus sebagai Mempelai Pria, yang telah menyatakan kasih-Nya kepada kita sampai mati di kayu salib. Dan kita harus membalasnya dengan mengasihi Dia disertai segala pengorbanan, seperti seorang istri terhadap suaminya. Hubungan seperti ini merupakan hubungan yang sangat erat dengan Tuhan, sehingga dari-Nya kita senantiasa merasakan pembelaan dan pemeliharaan-Nya.

Yesus sebagai Yang Benar telah kita baca dalam 1 Yohanes 3:7, sedangkan Dia sebagai Yang Kudus atau suci dapat kita baca pada ayat 3. Walaupun Dia itu Kudus dan Benar, Dia mau menanggung dosa kita, orang-orang yang tidak benar. Pada 1 Petrus 2:22-24, nyatalah bahwa Ia tidak berbuat dosa, tipu tidak ada di dalam mulut-Nya, tidak membalas caci maki atau mengancam, bahkan di tengah-tengah penderitaan-Nya, Ia berdoa kepada Bapa supaya mengampuni mereka. Seperti yang dikatakan 1 Yohanes 3:8, 4-5, Yesus tahu bahwa iblis telah berbuat dosa dari mulanya, sehingga Ia menyatakan diri-Nya untuk membinasakan perbuatan-perbuatan iblis itu, dengan menghapus segala dosa.

Bila meyakini Kristus adalah Kudus dan Benar, gereja Tuhan harus mau diproses untuk menjadi kudus dan benar. 1 Yohanes 3:1-2 mengatakan, bahwa Kristus yang telah menyatakan diri-Nya, yaitu mengalahkan iblis (ayat 8) dan menghapus segala dosa (ayat 5), telah menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Pada akhirnya, saat Kristus menyatakan diri-Nya kelak, kita akan menjadi sama seperti Dia, yaitu dalam keadaan kudus dan benar. 1 Yohanes 2:27 mengatakan, ajaran ini adalah benar, tidak dusta. Oleh sebab itu, kita harus mengenali diri sendiri seperti di dalam 1 Yohanes 1:8-9, dengan mau mengakui segala kesalahan, agar Dia yang setia dan adil, mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Mengampuni berarti sama dengan membenarkan, sedangkan menyucikan berarti sama dengan menguduskan. Gambaran orang yang telah diampuni dari dosa bagaikan orang yang penuh luka kemudian disembuhkan; disucikan dari segala kejahatan adalah seperti orang yang bekas lukanya sudah tidak ada lagi. Bekas luka merupakan suatu cacat. Orang berdosa yang telah diampuni dan disucikan, tidak akan disebut-sebut lagi: “mantan orang berdosa”. Mempelai perempuan Tuhan yang telah dikuduskan pasti sempurna, tidak ada cacat celanya, sehingga layak untuk bertemu dengan Mempelai Pria Sorga.
Dahulu, beberapa manusia telah sesat karena dosa sehingga tidak ada tempat di dalam kerajaan Sorga, seperti yang tertulis di dalam 1 Korintus 6:9-11. Tetapi setelah memberi dirinya disucikan, ia telah dikuduskan dan dibenarkan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah. Orang-orang berdosa adalah orang-orang yang tidak kudus dan benar, karena telah melanggar hukum. Tetapi kita yang telah berada di dalam Yesus, sekarang hidup menurut hukum Firman, supaya menjadi kudus dan benar.

Wahyu 22:11 menubuatkan, bahwa pada akhirnya nanti, dosa hanya akan dikelompokkan menjadi dua, yaitu jahat dan cemar. Yang jahat akan semakin jahat, dan yang cemar akan semakin cemar. Tetapi yang benar akan semakin benar, dan yang kudus akan semakin menguduskan dirinya. Kudus berlawanan dengan cemar atau najis, benar berlawanan dengan jahat. Manusia tidak dapat menjadi kudus dan benar tanpa Tuhan Yesus, yang adalah Kudus dan Benar.

Wahyu 17:4-6 menubuatkan tentang puncak dari kecemaran dan kejahatan, yaitu pada Babel besar, yang telah menyatakan dirinya sebagai ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi (kenajisan/kecemaran). Kejahatannya yaitu: telah membantai banyak orang kudus dan saksi-saksi Yesus, yakni orang-orang yang tidak menjadi mempelai perempuan Tuhan, atau disebut sebagai gereja yang tertinggal, sehingga mengalami aniaya antikris selama tiga setengah tahun. Dan kombinasi dari dosa kecemaran dan kejahatan ini, lama-kelamaan akan bertimbun-timbun sampai ke langit, seperti yang tertulis di dalam pasal 18:4-5. Oleh sebab itu, kita sangat perlu Pengajaran Mempelai, dengan menerima Dia yang Kudus dan Benar, supaya kita dibenarkan dan dikuduskan, pada akhirnya layak menjadi mempelai-Nya, dan masuk ke kota kudus, Yerusalem baru. Amin, Haleluya! zha



Post a comment