Terang kemuliaan Allah
Uncategorized
Bacaan: Kisah Para Rasul 1:3-11
Sesungguhnya, Yesus adalah terang karena Ia merupakan pribadi dari Allah sendiri. Saat berada di dalam dunia, Ia adalah terang dunia (Yohanes 8:12; 9:5) yang digambarkan seperti matahari di siang hari (pasal 11:9-10). Ia adalah Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa (pasal 1:14).
Peristiwa kematian-Nya bagaikan matahari yang sedang terbenam. Sesudah 3 hari, Ia bangkit di waktu pagi-pagi benar, bagaikan matahari yang sedang terbit. Kemudian selama 40 hari Ia masih tinggal di bumi untuk membuktikan bahwa Ia benar-benar hidup, diibaratkan seperti matahari yang bersinar terang atau bersinar penuh di siang hari. Namun ketika naik ke sorga, Ia tidak lagi seperti terangnya matahari, karena telah tertutup dalam awan kemuliaan Allah.
Pada Perjanjian Lama, awan kemuliaan merupakan tanda bahwa Allah berhadirat di atas Tabernakel (Keluaran 40:34-35). Bila kita membaca Wahyu 21:10-11, 22-23, terdapat Yerusalem baru sebagai kota mempelai Tuhan, yang tidak lagi memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, karena telah penuh dengan kemuliaan Allah (Wahyu 21:10-11, 22-23). Berarti, terang kemuliaan Allah jauh melebihi matahari.
Kenaikan Yesus ke sorga telah meninggalkan janji bagi kita, bahwa Ia akan datang kembali (Yohanes 14:28). Pada Lukas 24:50-53, saat Ia terangkat ke sorga, Ia mengangkat tangan-Nya untuk memberkati, dan berkat itu adalah damai sejahtera (Yohanes 14:27) sehingga kita tidak perlu gelisah dan gentar hati. Perlu kita ketahui, Yesus adalah Raja Damai Sejahtera (Ibrani 7:1-2), dan damai-Nya tidak seperti yang diberikan oleh dunia, yang sifatnya hanya sementara.
Bila kita membaca Roma 3:23, dikatakan bahwa semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Namun hal ini seringkali tidak disadari, sehingga ia tidak merasa telah kehilangan. Karena tidak memiliki kemuliaan, manusia berusaha mencari kemuliaan dunia, yang di mata Tuhan hanyalah seperti bunga rumput, suatu saat akan layu dan lenyap. Oleh sebab itu, kita harus berjuang untuk kembali mendapatkan kemuliaan Allah, dengan selalu datang dan beribadah kepada-Nya. Sebagai Raja Damai Sejahtera, Ia sanggup memberi damai sejahtera kepada kita sehingga gereja Tuhan akan kembali pada kemuliaan Allah, yang puncaknya adalah di Yerusalem baru. Di sana, suasana kemuliaan Allah telah menghapuskan segala dukacita dan air mata (Wahyu 21:4), diganti dengan sukacita dan damai sejahtera-Nya. zha