“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh.” (1 Petrus 3:18)
Kristus telah mati, namun bukan mati syahid karena Dia menyerahkan nyawa-Nya, dan Dia tidak tetap mati, melainkan telah bangkit dan hidup kembali. Dia mati untuk segala dosa kita, antara lain disebutkan dalam Wahyu 2:14-15: anjing-anjing, tukang sihir, orang sundal, pembunuh, penyembah berhala, dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya.
Pada 1 Petrus 3:18 disebutkan, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar:
- Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita → mengadakan pengampunan
- Supaya Ia membawa kita kepada Allah → mengadakan pendamaian
- Ia yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia → mengadakan penebusan.
Karena Kristus adalah benar, Dia tidak pernah memberi sesuatu yang salah ataupun yang sesat kepada kita. Dia pasti memberi yang terbaik bagi kepunyaan-Nya. Bukti kebaikan-Nya adalah Dia yang benar mau berkorban untuk kita yang tidak benar.
Surat Roma 8:11 mengatakan, Yesus telah dibangkitkan dari antara orang mati menurut Roh. 1 Korintus 15:14, 17, 20-23 menyatakan, andai saja Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan Injil dan iman percaya kita, sehingga kita masih hidup di dalam dosa. Tetapi karena Kristus sudah bangkit, kuasa kebangkitan-Nya menjadikan kita sebagai milik-Nya.
Apabila kita memercayai kebangkitan Yesus seperti yang tertulis di dalam Roma 10:9, maka ada jaminan keselamatan, bahkan pasal 8:34 menyebutkan adanya pembelaan Tuhan bagi kita. Ayat 31-32 telah menyatakan bahwa Allah yang berpihak pada kita adalah Allah yang telah menyerahkan Anak-Nya untuk kita. Karena Efesus 1:18-20 mengatakan, betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa kebangkitan-Nya, kita tidak perlu membela diri, yang cenderung pada membenarkan diri sendiri. Biarkan Allah yang membela kita. Bila kita membaca Roma 8:11, Roh yang telah membangkitkan Yesus dari kematian itu sama dengan Roh yang terdapat di dalam 1 Petrus 3:18, dan pada Roma 8:26-27 dikatakan, Roh itu pula yang akan membantu kita saat dalam kelemahan, untuk berdoa kepada Allah dalam keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Merujuk pada salib Kristus, secara horisontal, merupakan pembelaan Tuhan dalam kuasa kebangkitan-Nya untuk menghadapi lawan kita. Secara vertikal, Roh kebangkitan-Nya akan membantu kita dalam kelemahan kita untuk berdoa kepada Allah.
Menurut 1 Petrus 3:18, Yesus memang telah mati di kayu salib untuk melakukan pengampunan, pendamaian, dan penebusan, tetapi Ia telah dibangkitkan oleh Roh, yaitu Roh Allah – Roh Kebangkitan. Dan orang yang ada Roh Allah, ada kebangkitan rohani, ada semangat juang untuk beribadah. Berikut ini terdapat perumpamaan dari anak sulung dan anak bungsu yang terdapat di dalam Injil Lukas 15:11-32.
Dijelaskan pada ayat 28-29, 31 tentang sikap anak sulung yang ada roh kesombongan (bertahun-tahun melayani bapa) dan merasa dirinya benar (belum pernah melanggar perintah bapa), kemudian ia menyalahkan bapanya yang tidak pernah memberikan seekor anak kambing. Hal ini berbahaya bagi orang Kristen yang merasa seperti itu dan merupakan kegagalan rohani, karena belum pernah merasakan tanda korban dari salib Kristus.
Menurut Yehezkiel 9:4-6, setiap orang yang tidak memiliki tanda salib harus dimusnahkan. Oleh sebab itu, dari yang tua, muda, sampai anak kecil harus dibimbing dalam penggembalaan supaya memiliki tanda salib di dalam hidupnya. Menurut 2 Korintus 4:10-12, tanda salib yaitu senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kita supaya kehidupan-Nya juga menjadi nyata di dalam tubuh kita. Galatia 6:14, 17 mengatakannya sebagai tanda kepunyaan Yesus, yang dijelaskan oleh pasal 2:19-20, bahwa Kristus hidup di dalam tubuh kita. Tanda salib ini merupakan tanda kebenaran dari darah Anak Domba yang telah tersembelih, yang harus dimiliki oleh mempelai perempuan Tuhan, untuk meluputkannya dari kemarahan iblis/ular tua, seperti yang terdapat pada Wahyu 12:9, 11. Sedangkan pada ayat 17, orang Kristen yang tertinggal, yakni yang tidak termasuk sebagai mempelai perempuan Tuhan (bagaikan anak sulung karena tidak ada tanda darah salib Kristus), akan berhadapan dengan ular tua tersebut.
Kemudian Lukas 15:13, 30 menyebutkan tentang anak bungsu yang hidupnya penuh ketidakbenaran, tetapi menyadari kesalahannya dan mau kembali kepada bapanya, sehingga ia disambut dengan pesta perjamuan, ada penyembelihan anak lembu tambun, serta diberkati dengan jubah, cincin, dan sepatu baru. Ayat 24 mengatakan, ia telah mati dan menjadi hidup kembali. Oleh sebab itu, di dalam Yesus kita tidak terus-menerus mengalami kematian, tetapi ada kebangkitan dan hidup. Roma 6:5-11 menuliskan, jika kita menyatu dalam kematian Kristus, kita telah mati terhadap dosa; dan menyatu dalam kebangkitan-Nya, dibuktikan dengan kita hidup bagi Allah.
Sebagai orang yang tidak benar, baiklah kita kembali kepada-Nya, untuk mendapatkan tanda salib dan menerima berkat pengampunan, pendamaian, dan penebusan, sehingga kita dapat masuk ke pesta perjamuan malam kawin Anak Domba. Kebenaran Kristus ada pada kita melalui tanda kematian dan kebangkitan-Nya. Roma 4:23-25 dan 3:23-24 menuliskan, Ia telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan dari antara orang mati karena pembenaran kita secara cuma-cuma. Haleluya!