PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Mei
4

Berdoalah!

Berdoalah!
Uncategorized

Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."
Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."
Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. Kata-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." Lukas 22:39-46

 Kebenaran Kristus tidak perlu diragukan lagi karena Ia telah teruji melalui proses sengsara, kematian-Nya di kayu salib, dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bagaikan emas yang telah teruji kemurniannya oleh api. Kekristenan kita pun harus diuji agar nyata kemurniannya, apakah kita sungguh-sungguh mengikut Tuhan.
 Sebelum menghadapi penderitaan dan sengsara (Lukas 23), Yesus telah bergumul di dalam doa bersama murid-murid-Nya, sampai peluh-Nya seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah, karena Ia tahu bahwa beban yang akan dihadapi-Nya itu sangatlah berat. Pada Lukas 22:40 dan 46, Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya, “Berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Hal ini seperti Doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan Yesus, dengan kalimat: “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat.” Dengan kata lain, apabila tidak berdoa, maka pencobaan akan datang. Oleh sebab itu, kita harus meluangkan waktu untuk berdoa secara pribadi kepada Tuhan, seperti yang dilakukan oleh Yesus (Matius 14:22-24).
 Ada yang patut kita teladani dari sikap doa yang dilakukan Tuhan Yesus. Pada saat Yesus berlutut berdoa, seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan (Lukas 22:41-43). Kita percaya, bahwa sesungguhnya malaikat itu adalah Allah Bapa sendiri, sebab Yohanes 8:29, 16 dan 16:32-33 mengatakan, bahwa Bapa yang telah mengutus Yesus senantiasa menyertai Dia dan tidak akan membiarkan-Nya seorang diri. Demikian pula dengan kita, saat berada di dalam kelemahan sehingga tidak dapat berkata-kata kepada Tuhan, Roh Kudus (pribadi Allah di dalam Roh) membantu kita di dalam doa, untuk menyampaikan segala keluhan yang tidak terucapkan (Roma 8:26-27). Di dalam doa-Nya, Yesus berkata, “Ya Bapa-Ku...” Ini dikarenakan Yesus adalah Anak Allah. Kita pun yang telah diangkat menjadi anak-anak Allah dapat berseru kepada-Nya: “Ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:14-16). Selanjutnya Yesus berkata, “... tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Hal ini menjadi teladan bagi kita supaya di dalam doa, janganlah memaksakan kehendak kita sendiri, tetapi biarlah kehendak Tuhan yang terjadi.
 Apa yang dialami Tuhan Yesus setelah itu bukanlah suatu pencobaan atau kutuk, melainkan suatu karunia Allah, yaitu menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung (1 Petrus 2:19-21). Kasih karunia Allah bukan saja pada saat kita diberkati, tetapi juga bila kita harus menderita karena Kristus, sebagai bukti bahwa kita mengikuti jejak atau teladan-Nya, karena kristen artinya adalah pengikut Kristus. Hal inilah yang disebut  sebagai ujian iman (Yakobus 1:2-5). Sedangkan orang yang menderita pukulan karena dosa atau pencobaan terdapat di dalam Yakobus 1:13-15, ia menderita pencobaan oleh karena keinginannya sendiri.
 Menghadapi sengsara di kayu salib, Yesus tidak membela diri. Ia bagaikan domba bisu saat disembelih. Namun demikian, makin nampak kebenaran-Nya, baik di hadapan Pilatus sebagai orang yang mengerti hukum, oleh pengakuan dari salah satu penjahat yang turut disalibkan (kebenaran-Nya diakui oleh orang yang tidak benar), dan juga pengakuan dari kepala pasukan yang menyaksikan kematian-Nya. Bahkan saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya, terjadi keajaiban atau mujizat, dengan tirai Bait Allah di Yerusalem, yang sangat jauh dari Golgota, tempat Yesus disalibkan, terbelah dua (Peristiwa ini melambangkan bahwa pintu sorga telah terbuka). Apa yang dialami Tuhan Yesus pasti juga akan kita alami, seperti Roma 8:36-37 mengatakan, bahwa setiap hari kita dianggap seperti domba-domba sembelihan. Namun di atas semuanya itu, kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang mengasihi kita.
Berdoalah, agar kita terhindar dari pencobaan. Namun jika terdapat masalah, janganlah menghadapinya dengan kekuatan kita sendiri, apalagi bila seberat salib Yesus. Dengan berdoa, Tuhan Yesus siap menolong sehingga kita berkemenangan. Amin! lv



Post a comment