Ayat Pokok: 1 Yohanes 3:18
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." Penekanan Firman ini memberikan pengertian kepada kita bahwa filadelfia bukan hanya dengan perkataan tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Hal ini hanya dapat terlaksana jika ada kepenuhan Firman di dalam hati. Disebutkan dalam Roma 10:8-10, bahwa Firman itu dekat pada kita, yakni di dalam mulut dan di dalam hati. Jika hati percaya dan penuh dengan Firman disertai pengakuan dari mulut berupa kesaksian yang tulus, maka dapat melaksanakan filadelfia (kasih dengan perbuatan).
Lukas 10:30-35 mengisahkan tentang perbuatan kasih dari orang Samaria kepada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho, yang telah dirampok dan dipukuli oleh penyamun kemudian ditinggalkan setengah mati di jalan. Sebelumnya, seorang imam dan seorang Lewi lewat di jalan itu dan melihatnya tetapi mereka melewatinya dari seberang jalan. Ketika orang Samaria ini lewat, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan untuk menolongnya.
Lewi adalah salah satu suku Israel yang ditugaskan mengurus alat-alat Tabernakel dan mereka tidak mendapatkan hak warisan. Lewi menggambarkan tentang pelayan-pelayan Tuhan yang mengerti Firman pengajaran dan Tabernakel. Yang disebut imam adalah yang berasal dari keturunan Harun dan termasuk dari suku Lewi. Imam bagaikan para penyampai Firman pengajaran. Keduanya menunjukkan sebagai orang Kristen yang sungguh-sungguh, penuh dengan Firman namun hanya sampai di hati dan mulut, tidak ada perbuatan. Sedangkan orang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho bagaikan orang yang mengalami suatu kemerosotan rohani karena Yerusalem adalah rumah Tuhan, tempat dari Firman pengajaran (Yesaya 2:2-3).
Tanpa disadari, orang yang mengalami kemerosotan rohani hidupnya akan hancur habis-habisan. Orang yang demikian perlu belas kasihan dari kita untuk merampasnya dari api (Yudas: 22-23). Untuk menolongnya, terlebih dahulu kita harus kuat dalam pengajaran agar jangan sampai kalah terhadap mereka yang masih ragu-ragu, yaitu dengan memelihara diri kita dalam kasih Allah sehingga Dia memberikan kemenangan (ayat 21).
Orang Samaria memiliki latar belakang yang kurang baik dengan Israel (Yohanes 4:9). Orang Yahudi/Israel tidak mau bergaul dengan mereka, yang berasal dari campuran keturunan Yahudi dan kafir. Bagi orang Yahudi, mereka sama saja dengan orang kafir. Namun karena orang Samaria ini mau menolong orang yang turun dari Yerusalem, maka bisa dikatakan bahwa ia telah mengalami kelahiran baru dan secara rohani dapat disebut juga sebagai seorang Yahudi sejati (Roma 2:28-29).
Lukas 17:11-16 menyebutkan, bahwa dari 10 orang kusta yang telah ditahirkan, hanya satu orang yang kembali kepada Yesus dan tersungkur di hadapan-Nya sambil mengucap syukur, yaitu orang Samaria. Orang yang tahir bagaikan orang yang telah dilahirkan baru.
Tuhan Yesus yang secara manusia memang adalah orang Yahudi, telah dikatakan sebagai orang Samaria oleh orang-orang Yahudi itu sendiri (Yohanes 8:48). Dia yang tidak berdosa telah dibuat menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Korintus 5:21). Orang Samaria dapat mengalami kelahiran baru karena ada korban penebusan dari Tuhan Yesus di kayu salib, yang telah merobohkan tembok perseteruan antara Yahudi dan Samaria, sehingga yang dahulu jauh sekarang telah menjadi dekat dan menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru (Efesus 2:13-16).
Tanpa kelahiran baru maka tidak akan ada perbuatan filadelfia yang menuju pada pembangunan tubuh Kristus. Marilah kita melaksanakan filadelfia bukan hanya dengan perkataan tetapi dengan perbuatan seperti yang dilakukan orang Samaria ini, baik pengorbanan tenaga (merebut nyawa) maupun dana (korban harta). Haleluya!!! Amin. pi