Ayat Pokok: Efesus 4:8-12
Suatu pelayanan juga merupakan ibadah, oleh sebab itu baiklah kita melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya melalui ibadah kita di rumah Tuhan. Saat berada di rumah Bapa, oleh Firman Pengajaran Mempelai Alkitabiah yang mencelikkan mata rohani kita, maka kita akan merasa bagaikan berada di pintu gerbang sorga karena kehadiran Tuhan Yesus di tengah kita. Bagaikan Yakub yang mengalami penglihatan dan melihat malaikat turun naik pada tangga yang menghubungkan bumi sampai ke sorga.
Tuhan Yesus yang telah naik, Ia juga yang telah turun sampai ke bagian bumi yang paling bawah, dan telah naik ke tempat yang jauh lebih tinggi dari pada semua langit. Semua dilakukan-Nya untuk melayani kita. Karena itu, Ia memberikan rasul-rasul maupun nabi-nabi, penginjil maupun gembala dan guru-guru, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan pembangunan tubuh Kristus, yaitu sidang jemaat sebagai mempelai perempuan Kristus.
Sebagai jemaat atau orang-orang yang dikuduskan oleh Tuhan, kita harus terlibat dalam pelayanan. Tidak harus menjadi salah satu dari 5 jabatan yang tersebut di atas, asalkan pelayanan kita dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan terfokus pada pembangunan tubuh Kristus, sesuai dengan kasih karunia yang Tuhan Yesus berikan (Efesus 4:7).
Teladan pelayanan yang sempurna adalah Tuhan Yesus sebagai Kepala jemaat, dengan kepribadian-Nya yang rendah hati, lemah lembut, dan sabar (Efesus 4:2) sehingga pelayanan kita harus disertai ketiga hal tersebut. Secara manusia, memang sangat susah untuk melayani dengan kerendahan hati, lemah lembut, dan kesabaran apabila kita tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala dalam hidup kita.
Kerendahan hati Kristus dibuktikan dalam kemanusiaan-Nya (Filipi 2:5-8). Sebagai Allah, Yesus rela mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, dan dalam keadaan-Nya sebagai manusia telah merendahkan diri dan taat sampai mati di kayu salib. Dan Tuhan Yesus mau belajar taat dari apa yang diderita-Nya, walaupun Ia adalah Anak (Ibrani 5:7-10). Oleh karena itu rendah hati harus disertai dengan ketaatan, apapun resikonya. Sikap tidak taat atau tidak mau dengar-dengaran berarti tidak mau merendahkan diri atau sombong. Hendaknya kita taat dalam ibadah dan pelayanan, jangan berbantah dan bersungut seperti yang telah Kristus teladankan. Sebagai Allah, Dia yang rendah hati tidak malu menyebut kita, yang telah dikuduskan-Nya, sebagai saudara (Ibrani 2:11-14).
Lemah lembut adalah kerelaan Tuhan Yesus yang disebut juga sebagai Anak Domba. Kelemahlembutan-Nya bagaikan seekor anak domba yang hendak disembelih (Yesaya 53:6-7). Pada waktu dianiaya dan ditindas, diguntingi bulunya dan dibawa ke tempat pembantaian, sebagai Anak Domba Tuhan Yesus tidak melawan dan tidak membuka mulut-Nya. Dia disembelih, darah-Nya yang tak bernoda dan tak bercacat menebus kita (1 Petrus 1:18-19). Dalam aliran darah-Nya terdapat kelemahlembutan. Ia tidak berbuat dosa dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika dicaci maki, Ia tidak membalas, ketika menderita, Ia tidak mengancam (1 Petrus 2:22-23).
Sabar, ditunjukkan pada kepribadian Yesus sebagai Gembala yang baik (Yohanes 10:3-4). Kesabaran-Nya dinyatakan dengan memanggil domba-domba menurut nama mereka, menggembalakan, dan melindungi domba-domba dari ancaman serigala (ayat 11-12). Dalam Yehezkiel 34:11-16 dikatakan, bahwa kesabaran Tuhan sebagai Gembala dibuktikan dengan mencari domba yang hilang, yang sesat dibawa pulang, yang luka dibalut, yang sakit dikuatkan, dan yang gemuk dan yang kuat dilindungi.
Demikianlah, hendaknya kita tiru apa yang telah diteladankan Tuhan Yesus dalam pelayanan, yaitu dengan rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Maka segala pelayanan kita yang tertuju pada pembangunan tubuh Kristus tidaklah menjadi sia-sia, melainkan diberkati dan berkenan kepada-Nya. Haleluya, amin!!! pi