PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Nov
7

Pertolongan Bagi yang Mengalami Pembaruan

Pertolongan Bagi yang Mengalami Pembaruan
Uncategorized

Ayat Pokok: Daniel 1:6-9

Menghadapi segala permasalahan dan pergumulan hidup, hanya Tuhan Yesus yang sanggup menolong sebab Ia sekali-kali tidak membiarkan dan sekali-kali tidak meninggalkan kita. Pertolongan-Nya telah terbukti tepat pada waktunya sehingga meyakinkan kita untuk tidak usah takut. Selayaknya kita yang telah menerima berkat pertolongan dalam kekuatan Firman Pengajaran Mempelai Alkitabiah mau membagikan berkat ini kepada yang lain.

Rasa takut seringkali dialami oleh orang yang belum ada pembaruan hidup sebagai anak-anak Allah. Tetapi Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya memiliki tanda kelahiran baru. Dibuktikan dengan mendapatkan nama baru, yaitu Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (Daniel 1:6-7). Selain itu mereka pun membuktikan pembaruan hidup mereka dengan tidak mau menajiskan diri dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja (ayat 8-9). Pada ayat-ayat selanjutnya dapat kita baca bahwa walaupun mereka hanya makan sayur dan minum air (ayat 12), terbukti bahwa mereka 10 kali lebih cerdas dari semua orang berilmu dan ahli jampi di seluruh kerajaan (ayat 18-20).

Kehidupan Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego memberi teladan bagi kita bahwa orang yang telah mengalami pembaruan haruslah berubah dari cara hidup lama yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya, menjadi kehidupan yang lebih mengasihi Tuhan dengan setia beribadah dan melayani-Nya. Kita tahu, bahwa setiap orang yang mengalami kelahiran baru disebut juga anak anak Allah, dan bagi mereka tidak ada perkara yang mustahil karena anak-anak Allah dapat berseru, "Ya Abba, ya Bapa!"

Pengalaman Sadrakh, Mesakh, dan Abednego adalah ancaman hukuman mati dengan cara dibakar dalam perapian karena mereka tidak mau menuruti titah raja supaya beribadah kepada patung emas yang telah dibuat oleh raja Nebukadnezar. Namun mereka tidak takut. Iman mereka kuat, mantap, dan tidak mudah goyah untuk berpaling dari Tuhan. Pada zaman sekarang, mungkin kita sudah tidak menyembah berhala. Tetapi patung emas itu menggambarkan tentang kekayaan duniawi, yang seringkali menyeret kehidupan kita untuk datang menyembahnya, terbukti dengan lebih mengutamakan hal-hal duniawi daripada beribadah dan melayani Tuhan. Sebagai anak-anak Allah, mereka bertiga yakin bahwa Tuhan sanggup melepaskan mereka dari api. Tetapi seandainya Tuhan tidak berkenan melepaskan, mereka tetap tidak mau menyembah dewa maupun patung emas itu (Daniel 3:16-18). Hal ini membuktikan bahwa mereka tidak takut terhadap ancaman hukuman dari raja. Pendirian mereka mengingatkan kita pada Ibrani 13:6, "Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"

Konsekuensi yang harus mereka terima adalah dilemparkan ke dalam perapian. Pada saat itulah Tuhan menunjukkan kemuliaan-Nya sehingga terjadi mujizat dan keajaiban. Raja dan para menterinya, yang menyembah dewa dan patung emas itu, melihat "anak dewa" bersama-sama mereka sehingga di dalam perapian itu nampak ada 4 orang yang berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api (Daniel 3:25). Bagi kita, istilah "anak dewa" maksudnya ialah Anak Allah. Mujizat yang mereka alami adalah tubuh mereka tidak mempan oleh api itu, rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaran pun tidak ada pada mereka (ayat 27). Peristiwa itu membuktikan bahwa pada tubuh yang ada tanda kelahiran baru sebagai anak-anak Allah pasti terjadi mujizat karena Anak Allah menyertainya.

Pada Daniel 3:28-29, akhirnya raja Nebukadnezar memuji Allahnya Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, yang telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan mereka, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka. Ketiga hal yang disebutkan raja merupakan tanda dari kehidupan yang ada kelahiran baru.

Percaya kepada Allah berhubungan dengan hati (Roma 10:9-11). Anak-anak Allah yang benar-benar memercayai Tuhan tidak akan dipermalukan karena Tuhan sekali-kali tidak akan pernah membiarkan dan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan. Menyerahkan tubuh berarti sama dengan mempersembahkan tubuh kepada Tuhan, sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan sebagai ibadah yang sejati (pasal 12:1-2), yang wujudnya adalah melayani Tuhan dan tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Menyembah Allah dinyatakan dalam doa dan penyembahan kita kepada Allah. Roma 8:15-16 mengatakan, bahwa kita menerima Roh yang menjadikan kita sebagai anak-anak Allah dan oleh Roh itu kita dapat berseru: "Ya Abba, ya Bapa!" Kehidupan yang ada kelahiran baru tidak akan menyembah yang lain selain kepada Allah. Bahkan Roh itu mengangkat doa dari anak-anak Allah ke hadirat Allah sehingga terjadi pertolongan yang ajaib (pasal 8:26).

1 Petrus 4:12 menjelaskan, bahwa api bukan lagi diartikan secara jasmani. Dalam pandangan rohani, api ialah berbagai-bagai pencobaan yang bertujuan untuk menguji kemurnian iman kita kepada Tuhan (pasal 1:6-7). Janganlah menghadapinya dengan persungutan melainkan bersukacitalah, sebab persungutan merupakan tanda dari orang yang belum mengalami pembaruan.

Pada saat kita mengalami pencobaan, yang pertama-tama harus dilakukan adalah mengoreksi diri kita, apakah ada dosa dan kesalahan di hadapan Tuhan. Bila tidak ada karena kita telah mengalami kelahiran baru, berarti pencobaan itu merupakan ujian iman terhadap kesetiaan kita kepada Tuhan. Ketika mengalami ujian, janganlah takut menghadapinya melainkan bersukacita dan berbahagialah disertai keyakinan bahwa Tuhan pasti menyatakan kemuliaan-Nya dan menolong kita. dan



Post a comment