PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Sep
30

Patuh dan taat

Patuh dan taat
Uncategorized

Bacaan: Lukas 17:7-10

Arti kata “SETIA”, di antaranya adalah PATUH dan TAAT. Contoh kalimat dari Kamus Bahasa Indonesia adalah, “Bagaimanapun berat tugas yang harus dijalankannya, ia tetap setia melaksanakannya.” Jika dikaitkan dengan Tabernakel, arti kata-kata ini merujuk pada alat di dalam Ruangan Suci, yaitu terangnya Pelita Emas di waktu malam. Kesetiaan akan terbukti apabila kita melakukan tugas pelayanan yang disertai rasa patuh dan taat, serta penuh  tanggung jawab sampai tugas itu selesai kita kerjakan.

Tuhan Yesus adalah teladan sempurna dalam hal kesetiaan. Di dalam Yohanes 4:34 Ia mengatakan, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Kesetiaan Tuhan telah ditunjukkan dengan menyelesaikan semua pelayanan yang diperintahkan Bapa kepada-Nya (Filipi 1:6). Oleh sebab itu kita juga mengenal Dia sebagai Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir (Wahyu 22:13; 21:6). Kesetiaan dalam hal patuh dan taat sudah dibuktikan Tuhan dengan kerelaan untuk mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib (Filipi 2:5-8).

Melakukan kehendak Bapa sampai selesai merupakan ‘makanan’ dari Tuhan Yesus. Kata tersebut bisa berarti rejeki atau berkat. Hal ini juga akan berlaku jika kita melaksanakan suatu pelayanan dengan setia, maka pelayanan itu adalah berkat kita. Memang untuk mendapatkan makanan atau rejeki, kita dituntut untuk bekerja lebih dahulu, seperti yang dilakukan oleh seorang hamba yang setia di dalam Lukas 17:7-10. Setelah hamba itu pulang dari ladang, majikannya berkata, “Sediakanlah makananku, ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum, dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.”

Seringkali yang menjadi kekuatiran kita adalah persoalan makan, minum, dan pakaian. Matius 6:31-34 mengatakan, supaya kita lebih dulu mencari perkara yang rohani, sebab itulah yang menjadi berkat utama. Sedangkan kebutuhan kita secara jasmani, bagi Tuhan adalah merupakan berkat tambahan. Kalau mau melayani Tuhan dengan setia dan sampai selesai, apapun yang menjadi kebutuhan kita sehari-hari, pasti Dia cukupkan.

Patuh dan taat berarti tidak mencari-cari alasan untuk menghindari tugas, seberat apapun itu. Pelayan yang baik harus mau mengerjakan apapun yang diperintahkan Tuhan kepada kita tanpa bersungut-sungut. Seorang hamba yang telah bekerja di ladang membuktikan bahwa ia sudah cukup setia. Tetapi setibanya di rumah, ia masih harus melayani majikannya sampai selesai makan dan minum, yang menunjukkan bahwa ia dituntut untuk setia sampai selesai.

Menjadi patuh dan taat memang membutuhkan pengorbanan: tenaga (dalam kondisi lelah tidak mencari-cari alasan untuk tidak melayani), waktu (seharusnya jam kerjanya sudah selesai), dan uang (tidak meminta upah tambahan meski harus bekerja di luar jam kerjanya).
Dalam 2 Korintus 8:1-2, kita melihat bahwa pelayanan dengan segala pengorbanan seringkali  bagaikan menanggung beban pencobaan yang berat pada kita. Namun satu hal yang dapat kita rasakan, yaitu sukacita yang meluap karena kaya dalam kemurahan (= korban tenaga). Bahkan dalam pelayanan kita juga dituntut untuk mengorbankan harta atau uang atau dana (ayat 3-4). Jika kita baca pada ayat 5-7, disebutkan tentang pelayanan kasih. Di dalam pelayanan kasih pasti tidak akan mempersoalkan tentang waktu, karena waktu yang kita miliki bisa diberikan untuk pelayanan kepada Tuhan. Kita pun percaya bahwa di dalam kasih pasti tidak ada persungutan dan kita bisa bekerja dengan tepat waktu.

Sebagai pelayan-pelayan Tuhan satu hal harus kita ingat, bahwa pelayanan itu tidak hanya di ladang penggembalaan saja, melainkan juga pada waktu Tuhan membutuhkan pelayanan kita. Apabila kita bisa melayani dengan patuh dan taat sampai selesai dan dengan penuh rasa kasih, barulah kita bisa merasakan berkat-berkat-Nya yang dicurahkan kepada kita. Bukan saja berkat-berkat jasmani tetapi berkat rohani yang berupa damai sejahtera, sukacita, penghiburan, dan keselamatan jiwa kita pasti Ia berikan pada kita. Amin. rn



Post a comment