Bacaan: Ibrani 3:1-6
Pada ayat 6 dikatakan, "tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan."
Seringkali kepercayaan dan pengharapan kita kepada Tuhan nyaris hilang sehingga muncul kebimbangan dan putus asa. Memang, percaya dan harap adalah suatu hal yang harus dibuktikan karena belum terjadi. Percaya adalah meyakini terhadap sesuatu yang belum kita lihat (Ibrani 11:1) dan harap adalah menanti sesuatu yang belum kita lihat (Roma 8:24-25). Namun ayat di atas menegaskan bahwa kita harus teguh dan mantap di dalam iman dan harap kita sampai kepada akhirnya, karena Tuhan yang setia telah merancangkan damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan bagi kita, kepunyaan Tuhan (Yeremia 29:11).
Walaupun segala sesuatunya telah ditentukan oleh Tuhan, kita tetap diperbolehkan untuk berencana atau berharap, dengan berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." (Yakobus 4:13-15). Adalah salah jika kita dengan congkaknya merencanakan sesuatu tanpa menyerahkannya kepada Tuhan (ayat 16) dan adalah dosa pula jika kita tahu bagaimana berbuat baik tetapi tidak melakukannya (ayat 17).
Apabila kita menyerahkan percaya dan harap kita kepada Tuhan sampai akhir, kita pasti merasakan kesetiaan-Nya. Jika saat ini kita mengalami kegagalan, itu bukanlah karena Kristus tidak setia, tetapi karena kita yang kurang percaya dan berharap kepada-Nya. Iman dan harap timbul saat kita mendengar dan menerima Firman yang memberi pengharapan.
Kristus adalah kepala sedangkan rumah-Nya ialah kita, yang dibangun dari tumpukan batu-batu hidup (1 Petrus 2:5). Sebenarnya kita sebagai manusia berdosa adalah batu-batu yang mati karena upah dosa adalah maut/kematian. Batu yang mati adalah suatu kehidupan lama. Namun kita telah dikuduskan oleh darah penebusan Kristus yang mahal, yang memberi pengampunan (1 Petrus 1:13-19; Efesus 1:7) sehingga kita menjadi batu yang hidup. Dengan memandang korban salib Kristus, tubuh kita yang lama telah mati terhadap dosa dan kini hidup bersama Kristus dalam kebangkitan-Nya sebagai ciptaan yang baru (Roma 6:5-10, 13).
Selain oleh darah Kristus, kita menjadi batu-batu hidup karena menerima benih Firman yang hidup dan kekal, yang telah melahirkan kita kembali (1 Petrus 1:23-25). Suatu koreksi bagi kita agar tidak mengeraskan hati terhadap Firman-Nya (Yeremia 17:9-10). Dengan menerima Firman, di dalamnya ada kuasa untuk mengubah hati yang keras menjadi hati yang taat (Yehezkiel 36:26), sehingga kuasa Firman hidup sanggup memindahkan kita dari dalam maut ke dalam hidup (Yohanes 5:24).
Kristus adalah Batu hidup (1 Petrus 2:4). Karenanya kita juga harus menjadi batu hidup, sama seperti ayat yang mengatakan, "…sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup
" (Yohanes 14:19). Dengan demikian, batu-batu hidup itu dapat disusun dan dibangun menjadi suatu rumah Allah yang rohani dengan Kristus sebagai kepala atas rumah-Nya. Susunan batu-batu hidup itu terjadi apabila masing-masing dari kita ada pengamalan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas atau filadelfia (1 Petrus 1:21-22). Batu yang hidup tidak dapat ditumpuk dengan batu yang mati, yaitu suatu hidup yang tidak mengalami pembaruan oleh darah Kristus dan Firman hidup sehingga tidak ada kasih persaudaraan. Orang yang tidak mengasihi saudaranya tetap berada di dalam maut atau mati (1 Yohanes 3:14-19).
Jika kita menginginkan Dia setia mengepalai rumah-Nya, terimalah darah Kristus yang mengampuni dosa-dosa kita dan Firman hidup, yang memperbarui hidup kita. Maka akan terjalin kasih persaudaraan, yang memampukan kita sebagai batu-batu hidup untuk dibangun menjadi rumah-Nya. Dan hendaknya kasih itu bukan hanya dengan perkataan tetapi juga dalam perbuatan dan kebenaran. Selain itu, iman dan harap kita jangan gugur di tengah jalan supaya hari esok kita selalu penuh harapan di dalam Yesus Kristus, Tuhan yang setia. zha