PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Okt
19

Kemuliaan Allah Turun di Atas Korban Pendamaian

Kemuliaan Allah Turun di Atas Korban Pendamaian
Uncategorized

Ayat Pokok: Imamat 9:1-2, 5-7

Sungguh berbahagia apabila kita mau menempatkan Kristus sebagai Kepala di dalam kehidupan kita. Sebagai Penolong, Ia mau kemuliaan-Nya senantiasa ada dalam kehidupan kita. Melalui ibadah kita, Tuhan mau mengembalikan kemuliaan-Nya karena sesungguhnya kehidupan manusia yang penuh dosa ini telah kehilangan kemuliaan Allah.

Supaya kemuliaan Allah kembali berada di tengah-tengah bangsa Israel, mereka harus mengadakan korban penghapus dosa dan korban bakaran. Apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka kemuliaan Allah akan turun (Imamat 9:6). Harun sebagai imam besar melaksanakan korban tersebut untuk pendamaian bagi dirinya sendiri dan bagi bangsa Israel. Dengan adanya pendamaian antara pribadi kita dengan Allah maupun dengan sesama, maka kemuliaan Tuhan akan turun di tengah kita.

Imamat 16:3 mengatakan, bahwa untuk mengadakan pendamaian harus ada korban, yaitu korban lembu jantan untuk penghapus dosa dan domba jantan untuk korban bakaran. Korban penghapus dosa itu berlaku untuk pribadi dan keluarga (ayat 9-12, 15-17). Pendamaian bagi kita sekarang ini adalah melalui korban Yesus di atas kayu salib (1 Yohanes 4:9-10). Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita memerlukan korban pendamaian itu? Roma 3:23-24 mengatakan, bahwa karena dosa semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Dan karenanya manusia sering menutupinya dengan kemuliaan dunia, yang keindahannya seperti bunga yang suatu saat akan luruh. Tetapi Allah mau memberikan kemuliaan-Nya yang bersifat kekal secara cuma-cuma melalui korban Anak-Nya, Yesus Kristus.

Pada Imamat 9:22, imam besar Harun mengangkat kedua tangannya untuk memberkati bangsa itu, kemudian mempersembahkan korban penghapus dosa, korban bakaran, dan korban keselamatan. Maka kemuliaan Allah tampak dalam bentuk mujizat, yaitu keluar api dari hadapan Tuhan dan menghanguskan semua korban itu (ayat 23-24). Jadi, korban bakaran itu tidak dibakar dengan api dari manusia. Ketiga korban tersebut bagi kita sekarang adalah ibadah kita, di mana korban penghapus dosa membuat dosa kita diampuni, korban bakaran mengajarkan supaya kita membawa korban persembahan dari apa yang kita miliki, serta korban keselamatan yang mengingatkan kita supaya senantiasa bersyukur kepada Tuhan. Jika Tuhan berkenan atas ibadah kita yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka Dia akan memberkati kita dengan kemuliaan-Nya, yang dinyatakan dalam bentuk api Roh Kudus, yang memberikan sukacita, damai sejahtera, kesembuhan, dan lain-lain.

Api Tuhan membakar korban bakaran itu dan segala lemak di atas mezbah. Menurut Imamat 3:16, lemak adalah kepunyaan Tuhan dan lemak itu pasti berasal dari binatang yang gemuk (Mazmur 66:13-15). Korban yang disampaikan kepada Tuhan haruslah korban bakaran yang gemuk dan memiliki banyak lemak. Hal ini menunjukkan bahwa kita barus membawa korban persembahan yang terbaik beserta lemaknya, yaitu perpuluhan, yang adalah milik Tuhan. Sebaliknya bila membawa korban yang cacat, akan membuat Tuhan marah karena telah menghinakan mezbah Tuhan dan itu suatu hal yang jahat (Maleakhi 1:6-8, 12-14).

Jangan sampai kita datang kepada Tuhan dengan membawa korban yang cacat, yaitu ibadah yang dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh. Persembahkanlah yang terbaik supaya kemuliaan Tuhan turun, sehingga ada sorak-sorai dan sukacita lalu sujud menyembah Tuhan (Imamat 9:24). szk



Post a comment