Bacaan: Lukas 12:35-37
Kita tidak perlu meragukan kesetiaan Tuhan kepada kita karena Dia telah melakukan segala pekerjaan-Nya sampai selesai. Kesetiaan ini disertai dengan patuh dan taat. Di dalam Wahyu 17:14 dikatakan bahwa orang-orang yang berkemenangan adalah orang yang telah dipanggil, dipilih, dan yang setia. Jika kemenangan itu belum kita raih, hal ini hendaknya menjadi suatu koreksi, sudahkah kita setia kepada Tuhan, terutama dalam hal patuh dan taat.
Kesetiaan seorang hamba di dalam Lukas 17:7-10 telah dibuktikan dengan pengorbanan tenaga, waktu, dan uang. Sepulang bekerja dari ladang, ia masih harus menyiapkan makanan untuk tuannya dan melayaninya sampai selesai makan dan minum. Setelah melaksanakan tugasnya, barulah ia boleh makan dan minum, yaitu mendapatkan berkat dari pelayanannya. Kesiapan untuk melayani digambarkan dengan pinggang yang berikat, sedangkan pelita diperlukan pada waktu malam hari. Pada umumnya, orang bekerja di waktu siang (Yohanes 9:4). Pinggang harus tetap berikat dan pelita tetap menyala, itu artinya kita harus siap untuk bekerja di waktu siang dan malam. Pekerjaan di siang hari dapat dikategorikan sebagai pelayanan rutin, seperti bekerja di ladang, dengan membajak dan menggembalakan ternak. Sedangkan pekerjaan di malam hari merupakan pelayanan tambahan, yaitu menyediakan makanan dan melayani tuannya sampai selesai.
Pada saat ini, kita berada di dalam dunia yang penuh dengan kegelapan dosa dan kejahatan, atau bersuasanakan malam hari. Karena itu, kesetiaan kita kepada Tuhan janganlah hanya di waktu siang, tetapi juga di waktu malam, yang berarti haruslah selama 24 jam. Sebagai orang Kristen, kita dituntut untuk menjadi terang dunia, namun kegelapan dunia ini seolah-olah hendak menghimpit terang kita.
Markus 4:21-23 mengoreksi kehidupan kita, supaya pelita janganlah ditaruh di bawah tempat tidur atau di bawah gantang. Tempat tidur berhubungan dengan soal nikah, sedangkan gantang (alat untuk menakar beras) berhubungan dengan soal ekonomi. Jangan sampai persoalan nikah dan ekonomi memadamkan nyala pelita kita, yang menjadikan tidak patuh dan taat kepada Tuhan, sehingga kesetiaan kepada Tuhan terganggu. Terang dari Firman Allah hendaknya selalu kita miliki, bagaikan pelita yang ditaruh di atas kaki dian.
Pada Lukas 12:38 dan Markus 13:35 terdapat pembagian waktu di malam hari, yaitu menjelang malam (pukul 18-21), tengah malam (pukul 21-24), larut malam (pukul 00-03), dan pagi-pagi buta (pukul 03-06). Hendaknya pada waktu-waktu tersebut pelita seorang hamba yang setia tetap menyala dan jangan sampai padam – seperti yang dilakukan oleh lima anak dara yang pandai, sehingga ia akan disebut “berbahagia” ketika tuannya itu datang (Lukas 12:37, 42-44). Sedangkan hamba yang tidak setia, akan disebut sebagai hamba yang jahat. Tuhan sendiri yang akan bertindak terhadap hamba yang jahat, seperti yang dilakukannya terhadap orang-orang yang tidak setia (Lukas 12:45-46).
Pelita yang tetap menyala adalah terang dari orang benar sedangkan orang fasik adalah orang yang berjalan di dalam kegelapan karena pelitanya padam. Kitab Amsal banyak menuliskan perbandingan tentang orang benar dan orang fasik, antara lain: Amsal 4:18-19, pasal 12:26, 21, pasal 13:9, 25, pasal 23:18, dan pasal 24:13-14, 20.
Dengan hidup sebagai orang benar, kita mendapatkan tempat penggembalaan melalui Firman pengajaran, yang akan membuat pelita kita tetap menyala dan terangnya akan semakin gemilang, serta selalu diberkati. Pada akhirnya, kita memiliki masa depan yang penuh harapan sampai Tuhan Yesus datang kembali. Dan biarlah kebahagiaan itu telah kita rasakan sekarang ini karena mau menjadi hamba yang setia. mg