Bacaan: 1 Petrus 2:4-5
Yesus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya, yakni kita, yang terdiri dari batu-batu hidup karena Dia sendiri adalah Batu hidup. Kehidupan yang mengalami kelahiran baru akan dapat dipergunakan sebagai batu-batu hidup untuk pembangunan rumah rohani.
Pada ayat 4 dikatakan, bahwa Yesus sebagai Batu hidup memang telah dibuang oleh manusia, yaitu manusia pada umumnya, yang tidak memerlukan Yesus. Sesuatu akan dibuang karena dianggap tidak berguna atau tidak diperlukan, dengan kata lain dianggap sampah. Sikap terhadap Tuhan Yesus yang seperti ini berarti merupakan suatu sikap tidak setia kepada Tuhan. Padahal Batu hidup itu dipilih dan dihormat Allah.
Bila kemudian pada 1 Petrus 2:6-8 ditulis bahwa Batu itu telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, mereka ini adalah orang-orang Kristen yang telah dipakai untuk melayani Tuhan. Mereka membuang Yesus dengan cara mengabaikan ibadah dan pelayanan mereka; tugas dan tanggung jawab sebagai tukang bangunan tidak dilaksanakan, karena telah tersandung pada Yesus, karena tidak taat kepada Firman-Nya. Padahal pada ayat 3-4 dikatakan, jika kita telah benar-benar mengecap kebaikan Tuhan, kita harus datang kepada Batu hidup. Oleh sebab itu jangan sampai kita menjadi tukang-tukang bangunan yang tidak bertanggung jawab dan bahkan membuang Yesus sebagai Batu hidup.
Pada Ibrani 12:16-17 terdapat Esau yang telah menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan. Sebagai anak sulung, ia memandang ringan hak kesulungannya (Kejadian 25:34). Arti dari hak sulung adalah kesempatan pertama dan terutama. Perlu kita ketahui, membuang hak sulung adalah sama juga dengan membuang Batu hidup, karena Yesus sendiri adalah Anak Sulung, Anak Tunggal Allah.
Tuhan telah memberikan hak sulung kepada kita yaitu untuk beribadah kepada-Nya yang membawa kita kepada kehidupan kekal di Yerusalem baru (Ibrani 12:22-23). Orang-orang yang dapat masuk ke Yerusalem baru adalah jemaat anak-anak sulung, yaitu yang namanya telah terdaftar di dalam kitab kehidupan Anak Domba (Wahyu 21:27). Tetapi seringkali kesempatan ini dilewatkan dan dibuang. Hendaknya kita bersyukur dan menghargai kesempatan menjadi anak-anak sulung dan jangan menjualnya demi perkara-perkara yang jasmani. Langit dan bumi ini akan bergoncang, sedangkan Yerusalem baru adalah kerajaan yang tidak tergoncangkan, sehingga kita harus beribadah kepada Allah dengan hormat dan takut (Ibrani 12:25-29).
Akibat menghinakan hak kesulungan, kehidupan Esau merosot begitu dalam. Ada 3 hal yang menunjukkan hal itu, yaitu ketika ia berumur 40 tahun, mengambil 2 orang istri dari keturunan Het sehingga menimbulkan kepedihan hati Ishak dan Ribka (Kejadian 26:34-35). Keturunan Het berasal dari jalur keturunan Ham, orang yang telah dikutuk karena menceritakan ketelanjangan Nuh, ayahnya (pasal 10:6, 13-15; pasal 9:20-25). Kemudian Esau menaruh dendam terhadap Yakub dan hendak membunuhnya karena berkat yang diberikan ayahnya (pasal 27:41). Yang ketiga, ketika mendengar pesan Ishak dan Ribka kepada Yakub agar jangan mengambil isteri dari orang Kanaan (= orang kafir), Esau justru mengambil istri lagi dari anak Ismael (pasal 28:6-9). Walaupun bukan orang kafir, Ismael berseberangan dengan Ishak. Sepertinya ia sengaja melawan kedua orang tuanya dan nyatalah bahwa ia telah benar-benar kehilangan hak kesulungannya sehingga mengalami kejatuhan dalam hidupnya.
Bila dibandingkan dengan 3 alat dalam Ruangan Suci Tabernakel, maka Esau yang mengambil 2 orang istri dari orang Het adalah melawan persekutuan dengan Tuhan dalam Firman dan Roh, yang berkaitan dengan Meja Roti. Rencananya yang hendak membunuh Yakub, berhubungan dengan Pelita Emas, di mana ia memadamkan persekutuan dan hidup dalam kegelapan, karena orang yang membenci sama artinya dengan hidup di dalam gelap. Mengambil istri lagi dari anak Ismael merupakan dosa sengaja, melawan persekutuan dengan Allah di dalam doa, yang berkenaan dengan alat Mezbah Dupa.
Oleh karena itulah dikatakan dalam Kitab Maleakhi 1:1-3, bahwa Allah mengasihi Yakub tetapi membenci Esau. Orang yang telah membuang Batu hidup (= hak sulung) akan menjadi kehidupan yang dibenci Tuhan. Sedangkan Yakub dikasihi-Nya karena menghargai hak kesulungan. Ia telah dipilih Tuhan, diciptakan Tuhan sejak dari kandungan (artinya: mengalami kelahiran baru) dan juga disebut: Yesyurun (artinya: yang tulus, jujur), sehingga menjadi kepunyaan Tuhan (Yesaya 44:1-2, 5).
Jadilah seperti Yakub/Israel, yang tidak membuang Batu hidup – Batu yang terpilih dan batu penjuru yang mahal, dengan menjadi batu-batu hidup yang dikasihi Tuhan sebagai kepunyaan-Nya dan menjadi yang sulung di hadapan-Nya. Amin. zha