Kebaktian I
Pada Surat Ibrani 3:1-2, terdapat 3 bagian, yaitu saudara-saudara yang kudus, Yesus, dan Musa. Ayat 1 diawali dengan kalimat, "... hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi..." Dapat diartikan bahwa orang-orang yang telah mendapat panggilan sorgawi, yaitu namanya tertulis dalam kitab kehidupan, layak disebut sebagai saudara-saudara yang kudus. Berarti pula bahwa tidak semua orang mendapatkan panggilan sorgawi, sehingga namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan.
Walaupun memiliki banyak kekurangan, Musa diakui kesetiaannya, seperti Kristus yang setia sebagai Rasul dan Imam Besar (Ibrani 3:2, 6). Orang-orang yang mendapat panggilan sorgawi akan memandang kepada Yesus yang setia, karena pada dasarnya Ia adalah Allah sendiri, pribadi yang setia. Setia berarti kekal, tetap sama, tidak berubah (pasal 1:11-12; 13:8), sehingga walaupun kita tidak setia, Yesus tetap setia karena Ia tidak dapat menyangkali diri-Nya (2 Timotius 2:13).
Secara rohani, Musa merupakan bayangan dari pribadi Yesus, sehingga kesetiaan Musa bagaikan kesetiaan Yesus. Tetapi seringkali kita mengabaikan kesetiaan Tuhan karena mengeraskan hati (Ibrani 3:7-8, 12-14). Padahal jika kita mau setia, yakni dengan berpegang teguh pada keyakinan iman kita yang semula sampai akhir, maka kita akan beroleh bagian di dalam Kristus. Janganlah mengeraskan hati, karena hal itu tidak menguntungkan, membuat tidak ada damai sejahtera, dan mati secara rohani. Hendaknya kita saling menasihati satu dengan yang lain supaya jangan ada yang mengeraskan hati.
Oleh kemurahan Tuhan, kita diperkenalkan kepada Yesus sebagai Mempelai Pria Sorga, Suami bagi gereja-Nya, sehingga kesetiaan kita kepada Tuhan haruslah bagaikan kesetiaan istri terhadap suaminya. Namun di dalam Yeremia 3:1, 8-13 terdapat gambaran dari Israel dan Yehuda sebagai sosok istri yang tidak setia, murtad terhadap suaminya karena menyembah berhala, yang berarti mengambil suami yang lain sehingga Tuhan menjadi sangat cemburu. Posisi Tuhan sebagai suami telah diganti dengan berhala. Tetapi Tuhan yang setia masih mau menerima mereka kembali menjadi istri-Nya jika mereka mau mengakui segala kesalahan, yaitu kekerasan hati dan ketidaktaatan terhadap Firman Allah, serta kembali kepada Tuhan. Tuhan masih setia karena Dia telah menjadikan kita sebagai istri-Nya untuk selama-lamanya dalam kesetiaan, dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang (Hosea 2:18-19).
Salah satu pengertian dari setia adalah taat. Karena itu kesetiaan kita harus disertai dengan ketaatan. Jika tidak taat, maka akibat yang pertama adalah mati, seperti yang dialami bangsa Israel, yang mayatnya bergelimpangan di padang gurun (Ibrani 3:17-18). Akibat yang kedua adalah dianggap ketinggalan (pasal 4:1-2). Penyebabnya adalah pada saat mendengarkan Firman ia merasa bahwa Firman itu tidak berguna baginya sehingga imannya tidak bertumbuh bersama-sama dengan mereka yang mau mendengarkan dan menerima Firman. Pada akhirnya, orang yang demikian akan tertinggal dan tidak menjadi mempelai perempuan Tuhan (menjadi benih yang tertinggal). Akibat yang ketiga adalah menjadi orang yang jatuh secara rohani karena mengikuti contoh ketidaktaatan (pasal 4:10-11). Ia bagaikan bintang-bintang yang jatuh seperti buah ara yang ditiup angin kencang (Wahyu 6:13) sehingga tidak dapat masuk ke tempat perhentian di Yerusalem baru.
Hendaknya kita lebih teliti memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya jangan hanyut dibawa arus, sebab ketidaktaatan dan pelanggaran akan mendapat balasan yang setimpal. Jika menyia-nyiakan keselamatan yang besar dari Tuhan, kita tidak akan luput dari hukuman (Ibrani 2:1-4).
Kesetiaan Tuhan Yesus dibuktikan dengan Ia sebagai Anak Allah telah belajar menjadi taat terhadap apa yang diderita-Nya (Ibrani 5:5-8). Kalimat yang berbunyi, "Anak-Ku Engkau, Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini" mengingatkan kita pada peristiwa natal yang pertama. Jadi, Natal bukan hanya kita peringati pada setiap tanggal 25 Desember, tetapi pada "hari ini". Dan selama masih ada "hari ini", hendaknya kita tetap setia yang dibuktikan dengan sikap taat, seperti Tuhan Yesus yang taat sampai mati di kayu salib (Filipi 2:6-8). Jika kita mau mengakui kesalahan dan dosa, maka darah-Nya berkuasa mengampuni dan menyucikan kita. Bilur-bilur-Nya pun berkuasa menyembuhkan segala sakit-penyakit kita.
Dengan memandang kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Tuhan Yesus yang setia, di dalamnya terkandung percaya. Orang yang percaya kepada Yesus pasti akan mengaku. Sedangkan jabatan rasul dan imam besar adalah jabatan dari pelayan. Apabila dikaitkan dengan Tabernakel, maka surat Ibrani berkenaan dengan pintu tirai, yang hanya dapat dilalui oleh imam besar dengan membawa darah korban sembelihan. Sebutan Yesus sebagai Rasul dan Imam Besar hanya terdapat di dalam surat Ibrani. Jabatan imam besar telah dikenal sejak perjanjian lama, terutama sejak adanya Tabernakel. Sedangkan jabatan rasul dikenal pada perjanjian baru. Pelayanan Yesus adalah dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, dan Ia siap dan datang ke dunia untuk menjadi pelayan.
Nama Yesus telah direncanakan sejak Ia berada di dalam kandungan, merupakan nama pemberian Allah kepada Maria dan Yusuf (Lukas 1:30-31; Matius 1:21, 24-25). Jika kita memperingati Natal, hendaknya kita juga harus menerima nama Yesus, yang siap melayani kita. Untuk itu, Ia telah mengambil tempat yang sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yang pada dasarnya adalah roh-roh yang melayani (Ibrani 2:7, 9; 1:13-14). Ia pun telah mengatakan, bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, yaitu di kayu salib (Matius 20:28). Bahkan karena kedatangan-Nya adalah untuk melayani, tidak ada seorangpun yang melayani saat kelahiran-Nya di dunia, sehingga harus terlahir di kandang.
Rasul artinya adalah utusan untuk melayani manusia atau sesama, seperti Tuhan yang mengutus kedua belas rasul (garis horisontal). Imam besar tugasnya adalah menghubungkan manusia dengan Allah melalui korban pendamaian (garis vertikal). Kedua jabatan itu disandang oleh Yesus, sehingga apabila keduanya digabungkan, akan membentuk salib.
Kebaktian II
Injil adalah kabar kesukaan. Tetapi bila seseorang menganggap bahwa itu tidak berguna karena mengeraskan hatinya, maka ia akan dianggap ketinggalan dan mendatangkan yang besar bagi dirinya sendiri. Kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, tinggal sedikit waktu lagi (Ibrani 10:37-39). Orang yang mengundurkan diri pasti akan ketinggalan dan Tuhan tidak berkenan kepadanya. Hendaknya kita tidak mundur, melainkan semakin maju dan jangan berhenti. Keselamatan nyawa kita harus diperjuangkan, bila perlu sampai berlari dan jangan menoleh ke belakang (Kejadian 19:17). Jangan pula kita berlari di tempat supaya kita dapat segera mencapai sasaran.
Pada Wahyu 12:1, 5-6 dikatakan, bahwa mempelai perempuan yang baru melahirkan seorang Anak Laki-laki harus berlari ke padang gurun agar terhindar dari serangan naga dan berada di sana selama 1260 hari atau 3,5 tahun. Yang dapat menjadi mempelai perempuan Tuhan adalah sidang gereja Tuhan yang dipersekutukan menjadi satu tubuh Kristus dengan banyak anggota. Gerak dari Pengajaran Mempelai Alkitabiah memiliki sasaran supaya gereja Tuhan menjadi sidang mempelai perempuan-Nya. Dan supaya tidak ketinggalan menjadi mempelai Tuhan, kerohanian kita harus berlari semakin maju dan tidak berhenti di tempat, sebab orang kristen yang tertinggal akan menjadi sasaran aniaya antikris (ayat 16-17).
Tuhan adalah setia, dan Yesus adalah setia dalam jabatan-Nya sebagai Rasul dan Imam Besar (Ibrani 3:1-2). Rasul adalah yang diutus, imam besar adalah pengantara. Apabila kita melihat pada jabatan rasul dan imam besar, sepertinya merupakan jabatan yang terhormat. Tetapi bila itu merupakan tugas dari pelayan, maka posisi sebagai pelayan sebenarnya tidaklah terhormat.
Rasul
Kelahiran Yesus sebagai "rasul" memang tidak disebutkan di dalam Alkitab, tetapi tugas kerasulan-Nya yaitu sebagai "yang diutus", tersebut dalam Alkitab. Berbeda dengan Yesus sebagai Imam Besar, yang tanda kelahiran-Nya disebutkan, yaitu "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini" (Ibrani 5:5-6). Walaupun kerasulan Yesus tidak disebutkan, tetapi terdapat kalimat, "Tetapi setelah genap waktunya ... Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan ..." (Galatia 4:4-5). Telah genap waktunya, berarti kelahiran Yesus merupakan kegenapan waktu dari Tuhan, yang bekerja dengan perencanaan yang tepat dan jelas. Kegenapan waktu Tuhan dinyatakan dengan: "hari ini".
Jika sudah "waktu Tuhan", berarti tidak akan ada penundaan lagi (Wahyu 10:5-7). Saat ini kita menantikan waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Rahasia Firman yang disampaikan oleh para nabi itu pasti akan digenapkan dalam waktu dekat, sehingga oleh karena itu Firman Allah jangan dimeteraikan (pasal 22:10). Firman yang dimeteraikan berarti dikunci dan tidak dibuka, sehingga tidak ada pengungkapan rahasianya.
Waktu Tuhan saat diutus Bapa (= Natal) adalah "hari ini". Waktu Tuhan untuk kita juga "hari ini", sehingga janganlah kita mengeraskan hati ketika mendengar suara-Nya. Walaupun jabatan Yesus tidak disebut sebagai rasul, tetapi tugas-Nya adalah sebagai yang diutus untuk menebus mereka yang takluk kepada hukum Taurat. Bila kita memelajari Peta Zaman, tampaklah bahwa Ia lahir pada zaman Taurat. Saat Ia disalibkan barulah memasuki 2000 tahun zaman gereja. Pelayanan-Nya selama 3,5 tahun yang dimulai ketika berumur 30 tahun adalah bagi mereka yang takluk kepada hukum Taurat. Jadi kelahiran Yesus bukanlah untuk merombak atau menghapus hukum Taurat, melainkan menggenapinya.
Lukas 2:21-24 (bandingkan dengan Imamat 12:2-4, 7-8) mencatat bahwa kelahiran Tuhan Yesus tidak bertentangan dengan hukum Taurat, dibuktikan bahwa setelah genap 8 hari, Ia disunat sesuai hukum Taurat dan diberi nama Yesus (ayat 21). Ketika genap waktu penahiran 40 hari (7 hari + 33 hari), Ia dibawa ke Yerusalem untuk diserahkan kepada Tuhan (ayat 22) dengan mempersembahkan korban bagi Tuhan sesuai hukum Tuhan, yaitu 2 ekor burung tekukur bagi yang tidak mampu membawa seekor kambing atau domba (ayat 24).
Saat Yesus lahir, Yusuf dan Maria hanya mampu mempersembahkan 2 ekor burung tekukur kepada Tuhan, membuktikan bahwa Yesus datang ke dunia benar-benar Dia yang kaya telah rela menjadi miskin. Dan dalam kesederhanaan-Nya itu, Ia tidak melanggar hukum Taurat melainkan menaatinya. Jadi kelahiran-Nya adalah untuk menggenapi hukum Taurat (Galatia 4:4) sedangkan kematian-Nya adalah juga untuk menggenapi hukum Taurat (ayat 5), bahkan menebus kita dari kutuk hukum Taurat (pasal 3:10-13). Apabila kutuk telah dicabut, berarti tersedia berkat bagi kita dan terbebas dari sakit-penyakit.
Kebaktian III
Firman Tuhan merupakan kabar kesukaan, di mana pada saat Natal kita diperkenalkan kepada nama Yesus, yang membawa keselamatan dan Dia adalah Tuhan yang setia. Dia setia sebagai Rasul dan Imam Besar, dibuktikan dengan mau merendah menjadi pelayan, bahkan sedikit lebih rendah dari pada malaikat. Pelayanan Yesus sampai mau merendah dengan mencuci kaki murid-murid-Nya, yang menyebut-Nya: Guru dan Tuhan.
Yesus diutus pada waktu manusia dikuasai oleh hukum Taurat yang membuat tidak ada kebebasan, sehingga oleh iman kepada Yesus semua manusia dibebaskan/dimerdekakan dan menjadi anak-anak Allah (Galatia 3:22-27; 5:1). Matius 15:24 mengatakan, bahwa Yesus diutus untuk domba-domba yang hilang dari umat Israel. Dalam hal ini Ia bertugas sebagai gembala yang mencari domba-domba terhilang. Dia melayani dengan berkeliling kota dan desa, mengajar dan memberitakan Injil serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Hatinya tergerak oleh belas kasihan ketika melihat bahwa mereka seperti domba yang tidak bergembala (Matius 9:35-36).
Bukti Yesus sebagai gembala: pada waktu dilahirkan, Yesus berada di kandang binatang, yang pada Alkitab ditulis: ditaruh di atas palungan - tempat makan binatang. Selain itu, setelah kelahiran-Nya, orang-orang yang pertama mengunjungi Yesus adalah para gembala (Lukas 2). Bahkan Yesus adalah keturunan Raja Daud, yang dulunya seorang gembala. Oleh karena itu, hendaknya kita menghormati penggembalaan, di mana tugas gembala adalah menyediakan makanan bagi domba-domba. Sebab seringkali para gembala jemaat saat ini lebih menempatkan dirinya sebagai raja, bukan sebagai gembala (Yehezkiel 34:23). Yesus sebagai gembala yang baik mengenal nama domba-domba-Nya dan domba-domba akan mengenal suara gembala, yaitu melalui Firman-Nya. Orang yang percaya dan menerima Firman akan tahu benar-benar bahwa Bapa telah mengutus Yesus (Yohanes 17:3, 8, 18). Jika domba tidak mau mengikuti suara gembala, ia akan menjadi domba yang tersesat.
Imam Besar
Tugas pelayanan dari imam besar adalah cenderung di dalam rumah ibadah atau Tabernakel dan menghubungkan manusia dengan Allah di dalam ibadah (Ibrani 9:6-7; 8:1-2). Walaupun telah duduk di sebelah kanan tahta Yang Mahabesar di sorga, Yesus tetap melayani ibadah kita.
Ada dua jenis imam besar, yaitu imam besar manusia yang dijabat oleh keturunan Harun, yang penuh dengan kelemahan, dan Imam Besar Melkisedek. Yesus telah menjadi Imam Besar untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek (Ibrani 7:1-3). Ia adalah Imam Besar yang kudus: tidak berdosa, tanpa salah dan noda, saleh, terpisah dari orang-orang berdosa (ayat 26). Karena Dia sanggup menyelamatkan kita dengan sempurna, maka kita memerlukan pelayanan Imam Besar semacam ini untuk menjadi pengantara bagi kita dengan Allah (ayat 25). Pelayanan yang dilakukan oleh Imam Besar Melkisedek adalah dengan membawa darah-Nya sendiri, darah yang tidak ada kenajisan (pasal 9:11-14), bahkan Dia telah menembus pintu tirai untuk menghadap Allah di sorga guna kepentingan kita (pasal 9:24) sehingga kita dapat melabuhkan pengharapan kita sampai ke dalam Ruang Mahasuci (pasal 6:19-20).
Karena kita memiliki Imam Besar Agung, yang telah turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, maka Ia dapat menolong kita yang dicobai (Ibrani 4:14-16; 2:16-18). Dan Yesus sebagai Imam Besar adalah Penolong kita.mg