PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Sep
21

Ada Batu Hidup, Ada Kemuliaan

Ada Batu Hidup, Ada Kemuliaan
Uncategorized

Ayat Pokok: 1 Samuel 7:10-14

 

Suatu kebenaran Firman bila kita menjunjung tinggi Tuhan Yesus sebagai Kepala, baik dalam nikah, rumah tangga, maupun jemaat. Pada 1 Samuel 4:20-22, bangsa Israel (= jemaat) dikalahkan oleh bangsa Filistin dan keluarga imam Eli mengalami kedukaan yang dahsyat dengan matinya anak-anak iman Eli, Hofni dan Pinehas (= rumah tangga) saat mengangkat tabut Allah dalam perang, serta istri Pinehas harus melahirkan anaknya dalam kondisi yang demikian (= nikah). Secara fisik, kepala adalah kemuliaan pada manusia yang diciptakan Tuhan. Tanpa Kepala, semua kegagalan berarti ikabod, kemuliaan yang telah hilang. Jika Kristus menjadi Kepala, maka ada kabod atau kemuliaan Allah.

 

Hosea 4:6-10 menggambarkan sikap umat yang tidak menempatkan Tuhan sebagai Kepala. Jika kita menolak pengenalan kepada Tuhan maka Tuhan pun akan menolak kita menjadi imam-Nya; jika melupakan Firman pengajaran, maka Tuhan pun akan melupakan anak-anak kita. Akibatnya kemuliaan kita akan ditukar dengan kehinaan alias dipermalukan. Nasib orang yang tidak ada kemuliaan karena meninggalkan Tuhan: akan makan tetapi tidak menjadi kenyang dan menuruti hawa nafsu tetapi tidak mendapat kepuasan.

 

Kegagalan atau kekalahan bangsa Israel dari Filistin adalah karena mereka telah bersundal kepada Baal dan Asytoret (= mempelai palsu) sehingga kemuliaan Allah telah hilang dari mereka. Jika kemuliaan Allah sudah lenyap, maka aiblah yang menjadi kemuliaan bagi mereka dan bertuhankan perut mereka (Filipi   3:18-19). Supaya kemuliaan itu kembali, tempatkanlah Dia sebagai Kepala dengan beribadah hanya kepada-Nya (1 Samuel 7:3-4), sehingga kita yang hina ini akan diubah menjadi tubuh yang sama mulia dengan Dia (Filipi 3:20-21).

 

Eben-haezer berasal dari bahasa Ibrani yang berarti batu penolong; sampai sekarang Tuhan menolong kita. Dengan Tuhan sebagai Kepala maka ada Eben-haezer, baik secara kebersamaan (= kita) maupun secara pribadi (= aku). Selain pribadi-Nya sebagai Kepala, Tuhan juga adalah batu hidup. Dan jika kita telah benar-benar mengecap kebaikan Tuhan, hendaknya kita datang kepada-Nya sebagai batu hidup, yang walaupun dibuang oleh manusia, Ia dipilih dan dihormat di hadirat Allah (1 Petrus 2:3-4). Tuhan Yesus disebut batu hidup karena Dia adalah Yang Hidup (Wahyu 1:17-18). Ia telah mati, namun sekarang Ia hidup. Kita tidak dapat meminta pertolongan kepada orang yang mati. Dan karena Dia hidup, maka Dia sanggup menolong kita. Oleh karena itu, saat menghadapi persoalan, janganlah terfokus pada persoalan itu sendiri tetapi ingatlah pada segala kebaikan Tuhan yang telah kita alami di masa lalu. Maka untuk seterusnya Tuhan tetap menyatakan kebaikan-Nya dengan menolong kita.

 

Barangsiapa percaya kepada batu hidup, yang telah menjadi batu penjuru yang mahal, yaitu kepala dari suatu bangunan, ia tidak akan dipermalukan (1 Petrus 2:6-7). Tuhan Yesus adalah Batu yang mahal bagi kita yang percaya. Jika tidak percaya, maka batu itu telah menjadi batu sandungan. Pada 1 Samuel pasal 4, karena tidak percaya kepada batu penjuru, maka Israel dipermalukan. Tetapi pada pasal 7, setelah percaya kepada batu hidup, mereka tidak dipermalukan.

 

Tuhan Yesus sebagai Batu hidup telah menanggung segala kehinaan kita dalam tanda kematian-Nya sehingga kemuliaan tidak ada sama sekali pada-Nya (Lukas 18:31-33; Mazmur 69:5, 20-22), ditandai dengan terjadi kegelapan pada pukul 12 siang sampai jam 3. Kayu salib sebagai tempat yang hina dan Ia telah menjadi batu yang dibuang oleh tukang-tukang. Namun Dia telah melewati tanda kematian itu (ditaburkan dalam kehinaan) dan hidup atau dibangkitkan dalam kemuliaan (1 Korintus 15:43). Karena kuasa kebangkitan Tuhan Yesus, maka kemuliaan Tuhan turun. Kita yang dulu dipermalukan, sekarang mendapat kemuliaan karena Tuhan Yesus telah menjadi batu penolong bagi kita. Eben-haezer!

 

zha



Post a comment