Istrinya, Sara, dapat melahirkan anak di usia 90 tahun, sementara Abraham sendiri berumur 100 tahun. Karena Abraham percaya kepada janji Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Walaupun masih terdapat banyak kekurangan, di mana Abraham masih berpikir secara akal manusia, bahwa Sara tidak mungkin dapat memiliki anak karena usianya yang tua dan telah mati haid, Tuhan tetap memperhitungkannya sebagai kebenaran (Kejadian 18:14, 10-11). Kita pun dapat diperhitungkan Tuhan seperti Abraham apabila memiliki iman kepada Tuhan Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati (Roma 4:23-25), sehingga hal-hal yang tidak mungkin oleh akal manusia dapat terjadi bagi yang percaya.
Ucapan iman Abraham bahwa Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran, benar-benar terjadi (Kejadian 22:1-2, 7-8, 11-14), di saat ia sedang menjalankan perintah Tuhan untuk mengorbankan Ishak, anaknya, di gunung Moria. Maka Abraham menamai tempat itu "Allah menyediakan". Mujizat yang dialami Abraham tidak berlaku pada saat itu saja, karena sampai sekarang orang mengatakan, "Di atas gunung Tuhan, akan disediakan." Dan bertahun-tahun kemudian, Salomo mendirikan rumah Allah di Yerusalem di gunung Moria (2 Tawarikh 3:1). Ini membuktikan bahwa mujizat Tuhan tetap berlaku untuk waktu yang akan datang.