PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Nov
16

Mujizat Yesus dalam Nikah dan Rumah Tangga

Mujizat Yesus dalam Nikah dan Rumah Tangga
Uncategorized

Ayat Pokok: Yohanes 2:1-11

 

 

Kristus adalah Kepala jemaat, sama seperti suami yang adalah kepala dari istri (Efesus 5:23). Tetapi tidak kepada sembarang jemaat, sebab tidak semua jemaat mau diarahkan menjadi mempelai-Nya. Tuhan Yesus memang mengasihi kita semua tetapi hanya ada satu-satunya yang paling dikasihi, yaitu istri-Nya, sidang jemaat yang menjadi mempelai perempuan-Nya. Seperti yang dikatakan dalam Kidung Agung 6:8-9, “Permaisuri ada 60, selir 80, dan dara-dara tak terbilang banyaknya. Tetapi dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang melahirkannya ...”

 

Pada Injil Yohanes pasal 2 terdapat dua peristiwa di mana Yesus bertindak sebagai Kepala. Pada perkawinan di Kana, Yesus adalah Kepala dalam nikah. Sedangkan ketika Yesus menyucikan Bait Allah, Ia bertindak sebagai Kepala dalam jemaat. Dua hal ini saling berkaitan karena jemaat terdiri dari kumpulan nikah dan rumah tangga. Bagaimana dengan mereka yang belum atau tidak menikah? Mereka pun termasuk dalam nikah karena merupakan buah dari nikah (hasil dari pernikahan). Karena itu hal pertama yang Tuhan kerjakan adalah nikah baru kemudian terhadap jemaat. Apabila nikah beres, maka jemaat pun beres dan diberkati.

 

Sebuah pernikahan tidak akan sempurna jika tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala. Pada perkawinan di Kana memang sudah ada kepala, yakni kepala perjamuan atau pemimpin pesta (Yohanes 2:9) dan si mempelai laki-laki sebagai kepala dari istri. Walaupun sudah diperhitungkan secara akal manusia, kepala perjamuan bisa gagal dalam memimpin pesta serta mempelai laki-laki gagal nikahnya karena kehabisan anggur. Untunglah Tuhan Yesus diundang dalam pesta itu dan tentunya diberi tempat yang baik serta terhormat. Hendaknya kita pun mengundang Tuhan Yesus sebagai Kepala di dalam pribadi, nikah, dan berjemaah, melalui sikap dalam ibadah dan pelayanan, serta dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Kedudukan Yesus sebagai Kepala diakui oleh Maria, ibu-Nya secara jasmani namun sebenarnya hanyalah hamba yang dipakai Tuhan untuk melahirkan-Nya. Yesus adalah Kepala karena Ia adalah Laki-laki, yang merupakan kepala dari perempuan. Karena itulah ketika terjadi kehabisan anggur dalam pesta itu dan Maria memberitahu Yesus, dalam status-Nya sebagai Kepala, Yesus memanggil Maria: perempuan (Yohanes 2:4). Sebutan ini adalah terjemahan Alkitab yang benar, bukannya: ibu. Maria pun tidak tersinggung dikatakan demikian dan ia berkata kepada pelayan-pelayan supaya melakukan apa yang diperintahkan Yesus kepada mereka (ayat 5).

 

Disebutkan dalam Yohanes 2:1-2, bahwa pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea. Hari ketiga, kita diingatkan pada kebangkitan Yesus dari antara orang mati dan kuasa kebangkitan-Nya sangatlah hebat bagi kita yang percaya (Efesus 1:19-23). Dengan menghargai Kristus sebagai Kepala yang telah diberikan kepada jemaat-Nya, kita pasti mengalami kehebatan kuasa dari Mempelai Pria karena Ia telah mati namun sudah bangkit dan hidup untuk selama-lamanya (Wahyu 1:17-18) dan kuasa-Nya tetap sama (Ibrani 13:8).

 

Kehabisan anggur bukanlah suatu permasalahan yang kecil karena anggur adalah tanda sukacita sehingga bila anggur habis, maka tidak ada lagi sukacita dalam nikah dan ini merupakan kegagalan. Karena itulah Tuhan Yesus sangat peduli terhadap nikah sehingga mengadakan mujizat-Nya yang pertama. Berikutnya pada Yohanes 4:46-54 terdapat mujizat kedua yang dilakukan oleh Yesus, yaitu kepada anak sebagai buah dari nikah, yang sakit dan hampir mati namun diselamatkan-Nya. Apabila kita menghargai Yesus sebagai Kepala, maka dapat terjadi mujizat dalam nikah maupun rumah tangga sehingga merupakan berkat di dalam jemaat, sebagai mempelai perempuan-Nya.

 

Mengapa Yesus dapat mengubah air menjadi anggur? Karena Ia adalah Pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1). Dalam proses mengubah air menjadi anggur, tempayan-tempayan Ia perintahkan supaya diisi penuh dengan air. Sebagaimana adat bangsa Yahudi, tempayan itu berfungsi untuk pembasuhan kaki. Kita diingatkan pada kisah Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya karena Ia mengasihi mereka (pasal 13:1, 4-5). Hal ini menjadi teladan bagi kita supaya saling membasuh kaki (ayat 14), yaitu dengan saling mengampuni. Hal ini harus dimulai dari nikah suami dan istri yang kemudian berlanjut kepada orang tua dan anak. Kasih akan menutupi banyak sekali dosa apabila ada saling mengampuni (1 Petrus 4:8). Dalam keadaan kaki yang kotor atau tidak mau mengampuni, maka Tuhan tidak akan mengadakan mujizat.

 

Mujizat dapat terjadi bila kita taat sepenuhnya pada perintah Tuhan Yesus sebagai Kepala, walaupun seringkali sukar dimengerti oleh akal manusia. Dari air yang diisikan pada tempayan pembasuh kaki dapat berubah menjadi anggur. Dengan saling mengampuni maka air yang rasanya tawar dapat berubah menjadi anggur yang manis dan memberi kesukaan di dalam nikah kita. Amin. Haleluya.

 

rk



Post a comment