Bacaan: Ibrani 2:18
Dalam pengikutan kita akan Tuhan memang harus mengalami pencobaan, sebab barangsiapa mengikut Yesus, ia harus menyangkal dirinya dan memikul salibnya. Yesus pun pernah meminta kepada Bapa supaya tidak masuk ke dalam pengalaman pencobaan, karena pencobaan itu sangat berat. Tetapi Ia menyerahkan kepada Bapa, biarlah kehendak Bapa yang terjadi dan bukan kehendak Tuhan Yesus sendiri. Ketakutan dalam pergumulan Yesus itu sampai peluhnya bagaikan titik-titik darah. Tetapi Ia harus meminum cawan yang diberikan Bapa kepada-Nya dan tidak ada seorangpun yang dapat mencegah-Nya maupun membela-Nya (Yohanes 18:10-11). Karena Dia telah mengalami pencobaan, maka Dia dapat menolong kita saat dicobai. Oleh sebab itu, berbahagialah jika kita mengalaminya, sebab jika tidak, kita tidak akan merasakan pertolongan Tuhan.
Di dalam Mazmur 70:4-6 dikatakan, bahwa semua orang yang mencari Tuhan dan mencintai keselamatan-Nya akan bergirang dan bersukacita serta mengaku bahwa Allah itu besar. Sebab pada saat kita merasa sengsara dan miskin, seringkali kita ingin Tuhan segera dan tidak terlambat datang untuk menolong kita.
Sengsara dan miskin adalah suatu penderitaan karena pencobaan, ada rasa tertekan dan suatu kegelisahan (Mazmur 42:6, 12; 43:5). Oleh sebab itu, kita berharap saja pada Allah, yang menjadi penolong kita sehingga kita bersyukur lagi kepada-Nya. Saat kita merasa sengsara, kita membutuhkan pertolongan Tuhan di dalam pembelaan-Nya. Saat kita merasa miskin, kita perlu pertolongan Tuhan di dalam pemeliharaan-Nya. Efesus 5:29 mengatakan, bahwa Kristus sebagai Kepala tidak pernah membenci tubuh-Nya, yakni jemaat, melainkan mengasuh (= memelihara) dan merawat (= membela). Ini merupakan bentuk pertolongan dari suami terhadap istrinya.
Mazmur 34:20, 22 menuliskan tentang sengsara dan miskin sebagai kemalangan. Dan walaupun kemalangan yang dialami orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskannya dari semua itu. Sedangkan kemalangan yang dialami orang fasik justru akan mematikannya. Kemalangan yang dialami orang benar adalah suatu pencobaan dan pertolongan hanya ada pada Tuhan, yang menjadi sandaran kita. Jika kita berseru kepada Tuhan dari bait-Nya, Dia pasti mendengarkan (Mazmur 18:19-20, 7).
Salah satu contoh, Ayub telah mengalami pencobaan berupa kemiskinan (Ayub pasal 1) dan sengsara (Ayub pasal 2). Padahal ia adalah seorang yang baik secara rohani, yaitu: saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan, serta selalu mempersembahkan korban bakaran untuk dosa anak-anaknya, dan secara jasmani ia adalah orang yang terkaya di sebelah timur (Ayub 1:1-5). Dengan segala yang ada padanya, adalah wajar jika ia tidak membutuhkan Tuhan sebagai penolongnya. Pada ayat 6-12 dikatakan, iblis tahu bahwa Tuhan memagari Ayub dan rumahnya serta segala yang dimilikinya, dan memberkati apa yang dikerjakannya sehingga miliknya semakin bertambah. Oleh karena itu, iblis meminta izin kepada Tuhan untuk mencobai Ayub.
Bila kita membaca Ayub 1:13-15, 18-20, dikatakan bahwa Ayub mengalami pencobaan secara beruntun sampai semuanya habis termasuk seluruh anak-anaknya. Walaupun berkabung, Ia tetap sujud dan menyembah Allah. Ayub tetap memuji nama Tuhan dan ia tidak berbuat dosa dan tidak bersungut-sungut kepada Allah atau menyalahkan-Nya (ayat 21-22). Memang, ketika mengalami kemalangan kita boleh berdukacita dan meratap (Yakobus 4:9), tetapi hendaknya kita tetap merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Belum cukup apa yang dialami Ayub, untuk yang kedua kalinya iblis meminta izin kepada Tuhan untuk menjamah tubuh Ayub supaya sengsara. Mengalami penyakit seperti itu dan menderita sengsara, Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya walaupun istrinya tidak mendukungnya (Ayub 2:1-10). Sementara itu, teman-teman Ayub bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa dan menghibur dia (ayat 11-13). Jika kita menghadapi orang yang sedang kemalangan, hendaknya kita turut bersimpati (Roma 12:15).
Semua yang dialami Ayub adalah seizin Tuhan, yaitu jatuh miskin dan menderita sengsara. Tetapi karena Ayub berseru kepada Tuhan untuk meminta pertolongan, maka Tuhan pun menolongnya, memberkatinya 2 kali lipat, yakni berkat pemeliharaan dari kemiskinan dan pembelaan dari sengsaranya, serta panjang umur sampai keturunan yang keempat (Ayub 42:7-17).
Apabila Tuhan menolong kita, Ia pasti memberkati secara luar biasa, di dalam pembelaan dan pemeliharaan-Nya. Berkat pembelaan dan pemeliharaan merupakan berkat mempelai. Haleluya! zha