Ayat Pokok: Yakobus 3:15-16
Kegelapan dunia sekarang ini terwujud dengan terjadinya kekerasan di sekitar kita maupun di seluruh dunia. Hanya pada Yesus sebagai Kepala, tempat perlindungan kita, karena Dia sendiri telah berkata, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Inilah yang menjadi dasar kekuatan kita.
Kekerasan adalah hikmat yang datang dari dunia, nafsu manusia, dan iblis. Kelak di akhir zaman, mereka akan muncul dalam wujud naga (iblis/setan), binatang buas (nabi-nabi palsu), dan antikristus. Hikmat dunia mendatangkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi kita memiliki hikmat yang dari atas, yang dari sorga, yaitu pertama-tama adalah murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik (Yakobus 3:17-18).
Murni berarti tidak ada campuran. Gereja Tuhan yang bercampur-baur dengan dunia, contohnya: bait Allah yang dijadikan tempat jual-beli, membuat bait Allah menjadi kotor, tidak ada kebersihan, dan pastinya tidak ada kejujuran dalam hal jual-beli. Jangan ada bisnis dalam ibadah kita, melainkan harus murni dan tidak ada maksud-maksud duniawi. Rumah Allah harus menjadi rumah doa, jangan menjadi sarang penyamun, sebab gereja Tuhan akan menjurus pada pembentukan tubuh Kristus.
Menurut 1 Korintus 5:6-8, roti yang tidak beragi adalah kemurnian dan kebenaran. Sedangkan ragi ialah keburukan dan kejahatan. Yang murni sebenarnya adalah Firman Allah. Untuk menjaga kemurniannya, pengajaran harus berdasarkan Alkitab - seperti Pengajaran Mempelai Alkitabiah, tidak ditambah dan tidak dikurangi, tidak pula dicampuri dengan ragi, yaitu dosa dan ajaran Farisi dan Saduki (Matius 16:11-12). Orang Farisi percaya pada kebangkitan orang mati sedangkan orang Saduki tidak (Kisah 23:8). Mereka adalah orang-orang pandai, sehingga kita harus waspada dan berhati-hati terhadap ajaran mereka. Oleh karena itu, janganlah kita asal beribadah. Tuhan mau supaya kita bersih dari ragi supaya adonan itu tidak menjadi khamir (Galatia 5:9).
Tujuan kita beribadah adalah untuk mendengarkan Firman Tuhan (Yosua 24:24). Tetapi hendaknya Firman yang kita dengar merupakan Firman yang murni, tidak bercampur dengan ajaran lain, dan yang tidak menanamkan kebencian dan keburukan. Sekarang ini banyak ibadah yang tidak murni lagi karena kebanyakan dari mereka menuruti selera masing-masing. Hal ini akan menjurus pada kepalsuan, sebab di zaman sekarang telah banyak bermunculan nabi-nabi palsu (1 Yohanes 4:1) maupun guru-guru palsu di tengah-tengah umat Allah, yang memasukkan ajaran-ajaran sesat yang membinasakan (2 Petrus 2:1). Palsu = tidak murni. Pada saat terjadi banyak orang yang murtad, maka nabi-nabi palsu bermunculan dan menyesatkan banyak orang (Matius 24:9-12). Dengan semakin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang menjadi dingin.
Hikmat yang dari atas adalah murni. Di dalamnya terdapat 7 hal: pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, buah-buah yang baik, tidak memihak, dan tidak munafik. Firman Allah adalah janji yang murni, bagaikan perak yang telah teruji 7 kali dalam dapur peleburan di tanah (Mazmur 12:7). Oleh sebab itu, Firman jangan dicampuradukkan dengan akal kepandaian manusia. Bahkan untuk menjaga kemurnian pengajaran yang sehat, akan sampai pada tindakan tidak menerima orang yang membawa ajaran lain (yang tidak murni) ke dalam rumah dan tidak memberi salam kepadanya, supaya kita tidak mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.
Kemurnian berpusat pada Tuhan Yesus Kristus, yang adalah benar (1 Yohanes 3:7). Jika kita disesatkan, berarti menjadi tidak murni lagi. Oleh sebab itu, hendaknya kita ikuti teladan Kristus sebagai teladan sempurna, seperti Rasul Paulus yang mengikuti teladan-Nya (1 Korintus 11:1; 4:16-17).
Selanjutnya adalah pendamai. Yesus Kristus menjadi pengantara kepada Bapa, untuk pendamaian segala dosa kita, untuk mendamaikan kita dengan Allah (1 Yohanes 2:1-2). Adanya damai berarti tidak ada kebencian/permusuhan, sehingga tidak ada kekerasan.
Peramah dapat disamakan dengan suka mengampuni dan tidak ada kepahitan. Jika seseorang belum mengampuni saudaranya, tentunya ia tidak dapat bersikap ramah terhadap saudaranya itu. Sebagai manusia yang berdosa, tentunya kita telah sering menyakiti hati Allah. Tetapi jika kita mau mengaku dosa, maka Tuhan Yesus yang peramah, akan mengampuni segala dosa kita (1 Yohanes 1:9). Dengan adanya keramahan, maka ada persekutuan seorang dengan yang lain dan darah Yesus akan menyucikan kita dari segala dosa, jika terjadi perselisihan seorang dengan yang lain (ayat 7).
Dalam 1 Yohanes 4:9-10, Yesus telah menjadi teladan dalam hal penurut. Ia telah menuruti perintah Bapa untuk datang ke dalam dunia, sebagai korban penghapus dosa bagi kita, dan rela mati di kayu salib supaya kita hidup oleh-Nya. Seperti Tuhan Yesus yang penurut, hendaknya kita mau menurut jika Tuhan mengutus kita (Yohanes 20:21; 17:18). Jika kita merasa bahwa Tuhan telah menyelamatkan, menolong, dan mengampuni dosa-dosa kita, maka kita pun mau menjadi yang murni dalam hal menurut, dengar-dengaran akan Firman Tuhan dan dalam penggembalaan (ibadah dan pelayanan). Menurut berarti tidak melawan atau memberontak. Dengan menjadi penurut, Tuhan pasti memberkati kita.
Yesus telah menaruh belas kasihan kepada kita seperti orang Samaria yang baik hati, dibuktikan dengan menyerahkan nyawa-Nya untuk kita (1 Yohanes 3:16-18). Karena Dia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita, maka kita pun wajib menyerahkan nyawa untuk saudara-saudara kita. Tetapi sebelum sampai menyerahkan nyawa, jika kita mempunyai harta duniawi, hendaknya kita mau membaginya terhadap saudara kita yang menderita kekurangan.
Segala sesuatu akan kelihatan dari buahnya. Apabila tanaman itu baik, ia akan mengeluarkan buah-buah yang baik. Jika kita hidup di dalam Yesus, maka Tuhan pasti memberikan hidup yang kekal, dan selama masih berada di dunia, Tuhan akan memberikan apa saja yang kita minta kepada-Nya (1 Yohanes 5:11-15). Tuhan menginginkan kita supaya menghasilkan buah (Yohanes 15:7-8, 16). Jika hati tidak menuduh kita, berarti sudah murni, maka ada jaminan bahwa kita berbuah-buah, yaitu memperoleh apa saja yang kita minta kepada-Nya (1 Yohanes 3:21-22).
1 Yohanes 4:7-8 menunjukkan bahwa kita memiliki Allah yang murni di dalam Yesus Kristus. Dia tidak memihak karena Allah adalah kasih. Kasih-Nya sama terhadap semua manusia. Yang membuat kita merasa bahwa Allah tidak memihak kepada kita adalah dosa-dosa kita. Dosa membuat kita ketakutan sehingga tidak ada kasih (ayat 18). Tetapi jika kita mau mengaku dosa, maka kita yakin bahwa Allah adalah kasih dan Dia mau mengampuni kita.
Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan (1 Yohanes 1:5). Ini membuktikan bahwa Allah tidak munafik. Orang yang munafik, di luar terlihat terang tetapi di dalamnya gelap. Hendaknya sifat Allah yang murni ini ada pada kita supaya kita menjadi sama seperti Dia.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ketujuh unsur kemurnian harus ada pada sidang mempelai Tuhan, bagaikan Pelita Emas dengan ketujuh lampunya yang menyala terang. Pelita Emas merupakan salah satu alat dalam Tabernakel, terbuat dari emas murni, tidak bercampur dengan bahan lain. Saat ketujuh lampunya menyala, maka Ruang Suci Tabernakel menjadi terang. Tuhan Yesus memberkati.