Ayat Pokok: Kisah Para Rasul 26:17-18
Oleh perjuangan dan pengorbanan Tuhan Yesus sebagai wujud cinta kasih-Nya, kita yang dahulu gelap telah dipindahkan kepada terang sehingga menjadi anak-anak terang.
Rasul Paulus diutus Tuhan kepada bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa kafir, untuk membuka mata mereka supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa iblis kepada Allah. Iblis menguasai kegelapan, sedangkan terang berada dalam kuasa Allah, sebab Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan (1 Yohanes 1:5).
Membuka mata mereka dimaksudkan dalam arti rohani, sebab orang yang hidup dalam gelap atau dikuasai iblis, mata jasmaninya tidak buta. Tak ada seorang manusia pun yang sanggup mengalahkan gelapnya dosa. Kenajisan dan kejahatan semakin bertambah-tambah dengan makan-minum, kawin-mawin, dan kekerasan. Contohnya, kekerasan dalam nikah dan rumah tangga, pembunuhan/bunuh diri, pesta narkoba, dan lain-lain.
Dengan mata rohani yang terbuka, pandangan kita dapat tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman (Ibrani 12:1-2). Ia telah mengabaikan kehinaan dan tekun memikul salib, telah mati dan bangkit, serta duduk di sebelah kanan takhta Allah, sebagai pribadi yang sempurna. Tanpa pandangan rohani yang tertuju kepada-Nya, iman kita tidak akan mencapai kesempurnaan. Tuhan menginginkan kita semua berlomba dengan tekun, dalam perlombaan iman yang diwajibkan bagi kita. Tetapi banyak orang tidak dapat berlomba oleh karena masih memikul beban dan dosa. Padahal Surat Kolose 1:11-14 mengatakan, Kristus telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan (iblis) dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Terang. Di dalam Dia kita memiliki penebusan, yaitu pengampunan dosa.
Kita akan dapat melihat Yesus bila memiliki pencelikan mata oleh iman, sehingga pandangan rohani kita menjadi jelas (2 Korintus 5:7). Jika tidak mau percaya kepada Yesus, berarti pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini (pasal 4:3-4).
Dikisahkan dalam Markus 10:46-52, ketika Yesus masuk dan keluar kota Yerikho, terdapat seorang pengemis yang buta dan duduk di pinggir jalan, namanya Bartimeus. Orang yang buta berarti gelap dan tidak mengetahui apa-apa. Bartimeus merupakan gambaran tentang orang yang buta rohaninya: buta = gelap, mengemis = miskin, duduk di pinggir jalan = tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, sehingga hanya menanti belas kasihan orang. Kondisi ini sama seperti jemaat di Laodikia, yang secara jasmani kaya raya, tetapi di mata Tuhan rohani mereka melarat, malang, miskin, buta, dan bahkan telanjang (Wahyu 3:14-17). Hal ini banyak terjadi pada gereja-gereja Tuhan di masa sekarang. Tanda rohani yang miskin ialah rohaninya suam-suam kuku, tidak dingin atau panas. Tidak ada semangat rohani dalam ibadah, sebab hanya merupakan kewajiban sebagai orang Kristen.
Walaupun matanya buta, telinga Bartimeus bisa mendengar bahwa Tuhan Yesus lewat (Markus 10:47). Alkitab mengatakan, barangsiapa bertelinga, hendaknya ia mendengar, dan berbahagialah orang yang telinganya bisa mendengar. Dikatakan pula bahwa iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus (Roma 10:17). Dari mendengar, timbul iman pada Bartimeus sehingga mulutnya dapat berseru kepada Tuhan Yesus. Jika hati kita percaya setelah mendengar Firman, maka mulut kita dapat mengaku sehingga diselamatkan (ayat 8-10).
Bartimeus berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Kitab Wahyu 22:16-17 mengatakan, bahwa Yesus adalah akar, keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang. Bahkan Dia telah menang (pasal 5:5). Apabila mata rohani kita dicelikkan, maka kita dapat mengenal Yesus sebagai Anak Daud, Mempelai Pria Sorga yang telah menang. Dia telah menyediakan air kehidupan bagi kita dengan cuma-cuma, yang berarti segala kebutuhan hidup kita dicukupkan dan ada mujizat pada hidup orang yang mengenal Tuhan karena mata rohaninya dapat melihat Dia. Maka segala permasalahan dapat diselesaikan dan penyakit kita pun disembuhkan.
Seruan Bartimeus didengar dan kemudian Yesus memanggilnya. Dengan segera Bartimeus menanggalkan jubahnya lalu berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Menanggalkan jubah berarti menanggalkan hidup yang lama. Orang yang masih mengenakan pakaian lama bagaikan orang yang telah sekian lama mengikut Yesus dan mendengar suara-Nya, tetapi tidak mengenal Dia sama sekali. Seringkali jemaat Tuhan datang beribadah kepada Tuhan Yesus tanpa mau menanggalkan hidup lamanya sehingga ia tidak mengalami pertolongan Tuhan.
Dalam Kolose 3:8-10 terdapat beberapa contoh hidup lama, yaitu: marah, geram, kejahatan, fitnah, dan kata-kata kotor. Semua itu harus dibuang. Yang harus dikenakan adalah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran (ayat 12).
Setelah menanggalkan jubahnya, Tuhan Yesus menawarkan apa yg Bartimeus kehendaki supaya Ia perbuat. Dan Bartimeus menjawab, supaya ia dapat melihat. Maka oleh imannya, Bartimeus dapat melihat dan mengenal Yesus. Tanggalkanlah hidup yang lama dan datanglah pada Yesus, maka ada pertolongan; mata rohani kita dicelikkan sehingga dapat melihat serta mengenal Tuhan.