Ayat Pokok: Kisah Para Rasul 1:1-5, 8-9
Sebagai yang diutus Bapa, Tuhan Yesus telah menyelesaikan tugas-Nya di bumi, yang puncaknya adalah penderitaan-Nya di kayu salib sampai Ia menyerahkan Roh-Nya dan mati. Tiga hari kemudian Dia bangkit dan hidup, dan setelah 40 hari terangkatlah Ia ke sorga. Sampai sekarang pun Dia hidup dan hadir di tengah-tengah ibadah kita sebagai Kepala.
Kenaikan Tuhan Yesus merupakan bagian dari rangkaian peringatan Paskah kita. Pada tradisi bangsa Israel, hari raya Paskah dilaksanakan berdasarkan peraturan tentang penyembelihan anak domba. Nama lainnya adalah hari raya Roti Tidak Beragi. Lima puluh hari kemudian, barulah mereka merayakan hari raya Pentakosta. Bagi kita sekarang, setelah kebangkitan Tuhan Yesus maka dihitung 40 hari dan kemudian Tuhan Yesus naik ke sorga. Sepuluh hari kemudian adalah hari Pentakosta, saat turunnya Roh Kudus.
Sebelum terangkat ke sorga, Yesus melarang murid-murid-Nya meninggalkan Yerusalem supaya menantikan janji Bapa, yaitu baptisan Roh Kudus. Jika Yohanes membaptis dengan air, maka tidak lama lagi mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus. Hal ini juga memberi pengertian bahwa, sebelum dibaptis dengan Roh Kudus, maka harus mengalami baptisan air lebih dahulu.
Yesus adalah Pembaptis Roh Kudus. Roh Kudus bagaikan air hidup yang masuk ke dalam hidup kita, sebagai wadahnya. 1 Korintus 3:16; 6:19-20 mengatakan, bahwa kita adalah bait Allah dan Roh Allah diam di dalam kita; merupakan bait Roh Kudus, yang kita peroleh dari Allah, sebab kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar untuk menjadi milik Kristus. Untuk itulah kita harus dibersihkan dengan kiasannya, yaitu melalui baptisan air (1 Petrus 3:21-22). Tentang baptisan air, Alkitab menjanjikan, bahwa barangsiapa yang percaya dan dibaptis, akan diselamatkan (Markus 16:16).
Baptisan air bukanlah untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus. Hati nurani yang baik pasti menginginkan suatu hidup yang baik (Ibrani 13:18-19). Roh Kudus tidak akan dapat masuk apabila hati nurani kita ini kotor. Tidak mungkin suatu wadah yang kotor dipakai untuk menampung air yang bersih. Maka apabila kita sudah menjadi wadah yang bersih, Roh Kudus akan diterima oleh mereka yang percaya dan dari dalam perutnya akan mengalir aliran-aliran air hidup (Yohanes 7:37-39).
Tanda bahwa kita memiliki hati nurani yang baik adalah mau menuruti perintah Tuhan. Berkenaan dengan pesan Tuhan Yesus supaya murid-murid tidak meninggalkan Yerusalem, sebab Tuhan akan mencurahkan Roh Kudus pada waktu mereka berkumpul di sana, para murid menuruti perintah itu. Mengapa harus Yerusalem? Mengapa bukan Betlehem, Nasaret, Bukit Zaitun ataupun Betania?
Zakharia 12:10 menuliskan, bahwa Tuhan akan mencurahkan Roh pengasihan dan Roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem. Daud telah dipilih dan ditetapkan Tuhan menjadi raja atas bangsa Israel. Selain sebagai raja, Daud juga sebagai gembala atas Israel (2 Samuel 5:2). Dalam 2 Samuel 5:3-10 diceritakan, bahwa pada waktu itu pusat pemerintahan Daud adalah di Hebron. Ketika hendak merebut Yerusalem, orang-orang Yebus, yakni sisa-sisa bangsa kafir yang berada di Kanaan, yang seharusnya ditumpas semua tetapi ternyata tidak sehingga dapat menguasai Yerusalem, mengejek-ejek Daud. Mereka mengejek, “Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!” Tetapi Daud berhasil merebut kubu pertahanan Sion – sebutan bagi Yerusalem – yang kemudian juga disebut Kota Daud. Kita ingat, bahwa Yesus disebut juga akar Daud (Wahyu 22:16) dan Dia adalah Mempelai Pria yang berkemenangan.
Dalam kitab Mikha 4:1-2 dikatakan, bahwa dari Sion akan keluar pengajaran dan Firman Tuhan dari Yerusalem. Yerusalem telah menjadi pusat pemerintahan raja Daud dan di sana ada Firman pengajaran. Bagi kita sekarang, Yerusalem bukanlah dalam arti kota yang sedang diperebutkan oleh berbagai bangsa saat ini, melainkan rumah Allah, tempat ibadah kita. Di dalam rumah Allah keluar Firman pengajaran, yang bagi kita adalah Pengajaran Mempelai Alkitabiah.
Apabila ada Firman pengajaran, maka alat-alat perang akan diubah menjadi alat-alat pertanian. Pedang akan ditempa menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas (Mikha 4:3). Tidak akan ada lagi belajar perang, berarti ada damai. Pedang dan tombak telah ditanggung Yesus di kayu salib, di mana Dia ditangkap dengan pedang dan setelah Ia mati, lambung-Nya ditombak oleh seorang prajurit. Bila Firman Pengajaran Mempelai Alkitabiah kita hayati, maka ada damai, ada filadelfia – kasih persaudaraan.
Bersyukurlah, bahwa kita sekarang telah berada dalam suasana Yerusalem. Terhadap kota yang lain tidak ada dikatakan: Betlehem baru - walaupun itu merupakan kota Daud, atau Yerikho baru, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, turutilah perintah Tuhan: Jangan meninggalkan Yerusalem! Dalam suasana Sion/Yerusalem kita memiliki Firman Pengajaran Mempelai Alkitabiah, yang nantinya akan membawa kita menuju kota mempelai di Yerusalem baru. Haleluya!