Firman Pengajaran Mencelikkan Mata Rohani
Uncategorized
Ayat Pokok: Matius 23:16-22
Tuhan yang adalah terang mau melepaskan kita dari gelap kepada terang. Gelap berarti sama dengan dosa. Gelap itu menyedihkan sebab berujung kepada maut. Jika Tuhan melepaskan kita dari gelap, berarti Dia melepaskan kita dari dosa. Hendaknya kita hidup sebagai anak-anak terang dan lebih mengasihi Dia.
Seringkali kita merasa bahwa dengan menjadi Kristen, kita sudah hidup dalam terang karena sudah tidak berdosa lagi. Tetapi sebenarnya masih di dalam kegelapan karena mata rohani masih buta. Hendaknya hal ini kita waspadai, termasuk para hamba Tuhan. Orang yang buta rohani seringkali bersumpah untuk meyakinkan orang terhadap sesuatu. Padahal jika kita mengenal kebenaran Firman, tidak perlu bersumpah sebab Firman itu sendiri adalah kebenaran. Buta rohani berarti bodoh di hadapan Tuhan. Ucapan ini ditujukan kepada ahli Taurat, orang Farisi, dan orang Yahudi. Ahli Taurat dan orang Farisi menggambarkan para hamba Tuhan, pemimpin rohani/rohaniwan. Sedangkan orang Yahudi menggambarkan jemaat Tuhan. Jika pemimpinnya gelap atau buta rohani, lantas bagaimana dengan jemaat atau orang yang dipimpinnya? Padahal seharusnya pemimpin tahu mana yang baik dan mana yang tidak, menuntun orang buta dan menjadi terang bagi orang yang dalam kegelapan, pendidik orang bodoh dan pengajar orang yang belum dewasa (Roma 2:17-20).
Kitab Yesaya 44:16-18 menggambarkan tentang orang yang buta rohaninya. Ia telah membakar roti dan memanggang daging dengan kayu pohon yang dijadikan kayu api dan kemudian memakannya. Sisa kayu itu dibuatnya menjadi allah dan patung sembahannya serta meminta tolong kepadanya. Orang yang demikian tidak tahu apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, mata dan hatinya melekat tertutup sehingga tidak dapat melihat dan memahami. Masih banyak orang Kristen yang demikian. Mereka beribadah kepada Tuhan seperti menyembah kepada berhala sehingga tidak tahu apa-apa.
Surat 2 Korintus 4:1-6 mengatakan, jika Firman yang disampaikan dengan tidak berlaku licik dan tidak dipalsukan, melainkan menyatakan kebenaran, masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka yang akan binasa. Mereka ini adalah orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini sehingga tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang diberitakan dalam Firman.
Oleh sebab itu, hendaknya kita meminta kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus supaya Ia memberikan Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar, dan menjadikan mata hati kita terang sehingga mengerti Firman. Jika kita percaya, maka betapa hebat kuasa-Nya bagi kita (Efesus 1:17-19).
Buta bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu cacat. Buta rohani berarti cacat secara rohani; tidak ada kebutuhan akan Firman yang mencelikkan mata. Untuk mengatasi cacat/buta, kita perlu meminta kepada Allah untuk menyatakan kuasa-Nya dalam Firman. Dan apabila kita telah dicelikkan oleh Firman, maka Firman akan menjadi kesukaan kita dan akan merenungkannya siang dan malam, sehingga ada berkat yaitu: apa saja yang kita perbuat berhasil (Mazmur 1:2-3). Pada ayat 1 terdapat 3 hal yang membuat kita berbahagia, yaitu bila: tidak berjalan menurut orang fasik (berjalan di jalan Tuhan), tidak berdiri di jalan orang berdosa (berdiri di atas pendirian Tuhan), dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh (duduk dalam kumpulan orang benar). Oleh sebab itu Yesaya 8:20 menasihatkan: carilah pengajaran dan kesaksian! Yang tidak mencari pengajaran, maka baginya tidak terbit fajar atau tetap berada dalam gelap. Artinya tidak ada perubahan dan tetap buta.
Apabila Firman telah menjadi kesukaan, maka kita akan menjadi orang Kristen yang tidak mudah roboh. Akan menjadi seperti tanaman yang tumbuh di tepi aliran air/sungai, sebab akar-akarnya merambat ke tepi batang air (Yeremia 17:7-8). Ia bisa bertumbuh dengan baik dan tidak akan layu. Sedangkan pohon yang jauh dari air akan layu, tidak kuat akarnya, dan tidak menghasilkan apa-apa.
Kita perlu dekat dengan air Firman. Dalam Pengajaran Mempelai Alkitabiah, kita bagaikan dekat dengan aliran air. Walaupun pohon di tepi sungai itu ditebang, tapi bila akarnya dekat dengan air, maka ia pasti bersemi dan bertunas kembali (Ayub 14:7-9). Ini menggambarkan hidup kita sebagai manusia, yang lahir dari perempuan (ayat 1-2). Ada kalanya kita harus menghadapi pencobaan, sebab mengikut Yesus harus menyangkal diri dan memikul salib. Tetapi jika kita berakar kuat pada Firman Pengajaran Mempelai Alkitabiah, maka walaupun kekuatan kita terbatas, kita masih dapat bersemi kembali. Batas akhir kekuatan manusia adalah kematian (ayat 5-6, 10).
Orang yang berakar kuat dalam Firman Pengajaran Mempelai bagaikan pohon-pohon kehidupan yang tumbuh di tepi sungai air kehidupan (Wahyu 22:1-2). Tiap bulan ia berbuah dan daunnya dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Jika kita selalu dekat dengan air kehidupan (Firman Tuhan), maka sakit pun disembuhkan dan kehidupan kita pasti berhasil sampai kita masuk ke Yerusalem baru. Haleluya, amin!