Ayat Pokok: Kisah Para Rasul 26:22-23
Allah adalah terang dan Yesus adalah terang, sehingga kita pun harus menjadi anak-anak terang. Oleh karena itu, sidang gereja Tuhan harus terbuka mata rohaninya supaya dapat mengenal maksud Tuhan. Mata adalah pelita tubuh. Jika mata kita terang, maka semua menjadi terang. Jika tidak, maka semuanya adalah kegelapan.
Oleh pertolongan Tuhan, Rasul Paulus masih hidup untuk memberitakan dari apa yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, yaitu bahwa Kristus harus menderita sengsara dan menjadi yang pertama bangkit dari antara orang mati, dan Ia akan memberitakan terang kepada bangsa Yahudi dan kafir. Menjadi bukti bahwa untuk memberitakan terang kepada kita, Kristus harus menderita sengsara. Jika tidak mendapat kemurahan Tuhan, maka kita tetap hidup dalam kegelapan, yang di dalamnya terdapat: makan-minum, kawin-mawin, dan kekerasan.
Pada zaman Nuh, semua manusia yang hidup dalam kegelapan dihukum oleh air bah. Sedangkan Nuh dan keluarganya yang hidup dalam terang, diselamatkan. Kristus sebagai Kepala adalah Penyelamat tubuh, yaitu sidang mempelai perempuan Tuhan. Kristus yang telah bangkit, diberikan kepada kita sebagai Kepala/Suami/Mempelai Sorga (Efesus 1:19-23). Sebagai Kepala, Dia menyalurkan terang kepada tubuh-Nya. Oleh sebab itu, janganlah kita tinggal dalam kegelapan, tetapi terimalah berita terang itu.
Rasul Paulus berkata bahwa ia ditetapkan Tuhan untuk menjadi pelayan dan saksi, diutus kepada bangsa Israel dan kafir, untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang, dari kuasa iblis kepada Allah (Kisah Para Rasul 26:16-18). Demikian pula dengan kita, Tuhan mau supaya kita pun menjadi saksi dari segala yang sudah kita lihat dan apa yang akan Tuhan perlihatkan kepada kita nanti.
Dengan menyaksikan apa yang telah kita lihat dari berkat Tuhan, maka berkat itu akan terus mengalir. Jika tidak, berkat itu bisa berubah menjadi musibah, seperti air yang terus-menerus dibendung sehingga mengakibatkan banjir. Kita perlu bersaksi untuk membuka mata mereka, sebab banyak gereja Tuhan yang masih buta mata rohaninya, belum terbuka.
Yesaya 44:18 mengatakan, mata yang melekat tertutup membuat tidak dapat melihat. Hati yang tertutup membuat tidak dapat memahami. Orang yang demikian akan susah untuk datang kepada terang sehingga selalu berada di jalan yang gelap. Keadilan tetap jauh darinya dan kebenaran tidak sampai kepadanya. Ia berjalan dengan meraba-raba dinding seperti orang buta (pasal 59:9-10). Sebenarnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan dan telinga-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar doa kita (ayat 1-3). Yang merupakan pemisah antara kita dengan Allah ialah segala kejahatan dan dosa kita, karena kita masih hidup dalam kegelapan.
Orang yang hidup dalam gelap akan merasa bahwa Tuhan sangat jauh darinya sehingga Dia tidak mendengar doa-doanya dan menolongnya. Kegelapan dosa dan kejahatannya merupakan tembok pemisah antara dia dengan Allah, yaitu tangan yang cemar oleh darah dan jari oleh kejahatan, serta mulut yang mengucapkan dusta dan lidah yang menyebut-nyebut kecurangan. Walaupun ia menanti-nantikan terang, hanya ada kegelapan belaka, menanti-nantikan cahaya tetapi ia berjalan dalam kekelaman. Akibatnya, ia meraba-raba dinding seperti orang buta dan seolah-olah tidak punya mata, sehingga tersandung di waktu tengah hari seperti di waktu senja, duduk di tempat gelap seperti orang mati. Terhadap merekalah kita diutus Tuhan untuk membuka mata rohani mereka, dengan menyaksikan Pengajaran Mempelai Alkitabiah.
Kisah di dalam Lukas 24:25-32 merupakan gambaran tentang orang Kristen yang sudah berjalan atau hidup bersama Yesus, datang beribadah di gereja dan sudah dibaptis, tetapi tidak mengenal Dia. Tuhan membuat mereka mengenali-Nya dengan cara menyampaikan Firman dan menjelaskan Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi (pendalaman Alkitab), kemudian berlanjut dengan pemecahan roti (perjamuan suci). Ketika itu murid-murid merasa bahwa hati mereka jadi berkobar-kobar atau terbakar. Oleh pendalaman Alkitab dan perjamuan suci, mata kita menjadi terbuka/dicelikkan untuk mengenal Tuhan Yesus. Selanjutnya pada ayat 36-39, pengenalan kepada Yesus menjadi jelas: ada tangan dan kaki yang dapat diraba. Ia pun berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Apabila mata kita telah terbuka sehingga dapat melihat dan mengenal Yesus sebagai Mempelai Pria Sorga, maka hati kita ada damai sejahtera.