Ayat Pokok: Kejadian 6:11-13
Dunia di akhir zaman yang semakin hari semakin gelap, digambarkan seperti pada zaman Nuh. Telah dijelaskan oleh tiga Injil, bahwa keadaan akhir zaman ini ditandai dengan makan-minum/pesta-pora, kawin-mawin, dan kekerasan.
Kekerasan dapat berupa keras suara sampai kekerasan secara fisik, yang dimulai dari dalam rumah, yaitu dalam nikah, rumah tangga, dan seterusnya, sampai kekerasan di berbagai negara dengan terjadinya peperangan. Kekerasan membuktikan bahwa dunia sudah semakin gelap. Mazmur 74:20 mengatakan, bahwa tempat-tempat gelap di bumi penuh sarang-sarang kekerasan. Walaupun dunia telah dikuasai oleh kekerasan, Tuhan telah berjanji bahwa Dia tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita, sehingga dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku, aku tidak akan takut!”
Terjadinya kekerasan berawal oleh adanya menaruh perasaan iri hati, mementingkan diri sendiri, dan berdusta melawan kebenaran (Yakobus 3:14-16). Perasan iri hati adalah di dalam kuasa dunia. Mementingkan diri berada dalam kuasa hawa nafsu daging. Sedangkan dusta berada dalam kuasa setan, sebab iblis adalah bapa segala dusta. Jika kita menjadi pendusta, berarti menjadi anak iblis.
Sedangkan hikmat yang dari atas, pertama-tama adalah murni, yang berarti tidak ada iri hati, mementingkan diri sendiri, dan dusta. Kemurnian datangnya adalah dari Firman. Di dalam kemurnian selanjutnya ada: pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, buah-buah yang baik, tidak memihak, dan tidak munafik (Yakobus 3:17-18). Apabila kita menginginkan keluarga atau rumah tangga kita ada damai, maka terimalah Firman yang murni, yaitu yang tidak dicampur ragi, tidak ditambah maupun dikurangi. Dengan kata lain, terimalah Firman dalam Pengajaran Mempelai yang Alkitabiah. Jika dalam rumah tangga ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, pastilah ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Oleh sebab itu, sikap kita dalam menghadapi kekerasan adalah seperti yang tertulis di dalam Yakobus 3:13, yakni dengan cara hidup yang baik, menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Pun di pasal 1:19 ada nasihat, hendaknya kita cepat untuk mendengar tetapi lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah. Ini merupakan awal dari kelemahlembutan. Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah, sebab akan memberi tempat bagi iblis (ayat 20). Supaya tidak cepat marah, janganlah kita cepat berkata-kata. Segala yang kotor dan kejahatan hendaknya dibuang dan terimalah dengan lemah lembut Firman yang tertanam di dalam hati, yang berkuasa menyelamatkan jiwa kita (ayat 21). Apabila hati penuh dengan Firman, maka kita akan menjadi lemah lembut, seperti yang Tuhan inginkan dari gereja-Nya.
Kekerasan terjadi karena manusia memiliki hati yang keras. Selain merupakan watak/tabiat, juga karena tidak mau menerima Firman. Pada saat mendengarkan Firman, ia mengeraskan hati (Ibrani 3:7-8, 12-14). Sebaliknya, di dalam 1 Tesalonika 2:13, Rasul Paulus mengucap syukur kepada Allah karena jemaat di Tesalonika menerima Firman yang diberitakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi sungguh-sungguh sebagai Firman Allah, yang bekerja di dalam mereka yang percaya.
Kita tidak bisa menjadi lemah lembut tanpa kuasa Firman yang bekerja di dalam hati (Yakobus 1:21). Firman Pengajaran Mempelai Alkitabiah memang keras dan tajam bagaikan pedang bermata dua, tetapi bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyucikan kita. Firman akan terasa keras bila hati kita juga keras. Tetapi jika kita menerima Firman dengan lemah lembut, maka kuasa Firman akan bekerja di dalam hati dan berkuasa menyelamatkan jiwa kita.
Matius 11:28-29 mengatakan, bahwa saat kita mengalami lelah dan letih lesu karena beban hidup yang berat, datanglah kepada Yesus, agar mendapatkan kelegaan. Saat memikul kuk yang Tuhan pasang, belajarlah kepada-Nya yang lemah lembut dan rendah hati, agar jiwa kita mendapat ketenangan. Gereja Tuhan hendaknya memiliki sifat seperti yang terdapat di dalam 1 Petrus 3:3-4, sebab istri di sini membayangkan tentang gereja Tuhan, yang kelak menjadi mempelai perempuan Tuhan Yesus. Oleh sebab itu, harus ada perhiasan rohani atau perhiasan batiniah, yaitu roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.