Tema “Aku Kepunyaan Tuhan” dari Yesaya 44:5, yang kemudian dikaitkan dengan pasal 43:1-2 memberi pengertian, bahwa jika kita sudah betul-betul menjadi kepunyaan Tuhan, tidak usah takut dan bimbang terhadap apa pun. Dia pasti menyertai kita saat melewati air maupun api. Air dan api memang dibutuhkan tetapi kita tidak dapat hidup di dalamnya. Oleh sebab itu, baik hari ini, esok, dan sampai maranata, hendaknya kita tetap menjadi kepunyaan Tuhan.
Salah satu contoh kehidupan dari seorang yang menjadi kepunyaan Tuhan adalah Raja Hizkia, yang dapat dibaca kisahnya dalam 2 Tawarikh 31 dan 32. Pada waktu itu Hizkia dan rakyat Yehuda sedang dikepung oleh Sanherib, raja Asyur, dengan seluruh kekuatan tentaranya. Menghadapi kepungan itu, pada pasal 32:7-8 Hizkia berseru kepada rakyatnya, ”Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Janganlah takut dan terkejut terhadap raja Asyur serta seluruh laskar yang menyertainya, karena yang menyertai kita lebih banyak daripada yang menyertai dia. Yang menyertai dia adalah tangan manusia, tetapi yang menyertai kita adalah Tuhan, Allah kita, yang membantu kita dan melakukan peperangan kita.” Oleh ucapan Hizkia tersebut, rakyat mendapatkan kepercayaannya kembali. Menyitir perkataan dari nabi Ayub, bahwa hidup manusia ini bagaikan orang yang sedang bergumul atau berperang. Tetapi jika kita hidup bersama dengan Tuhan (terdaftar menjadi kepunyaan Tuhan), walaupun kita ini minoritas dan harus menghadapi peperangan dari yang mayoritas, kita pasti menang.
Hizkia dapat mengucapkan kata-kata yang membangkitkan kepercayaan rakyatnya itu, karena ia benar-benar menempatkan diri sebagai kepunyaan Tuhan. Buktinya dapat kita baca dalam 2 Tawarikh 31:20-21. Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanan terhadap rumah Allah dan melaksanakan Firman, ia mencari Allah. Semuanya itu dilakukannya dengan segenap hati, sehingga segala usahanya berhasil. Selain itu, Hizkia memiliki 3 ciri khas sebagai kepunyaan Tuhan:
1. Ia melakukan apa yang baik (2 Timotius 3:17)
Tiap-tiap kepunyaan Tuhan diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
2. Ia melakukan apa yang jujur (2 Timotius 2:19)
Yang menjadi kepunyaan Tuhan harus meninggalkan kejahatan dengan hidup jujur.
3. Ia melakukan apa yang benar (Mazmur 119:94-95, 81)
Sebagai kepunyaan Tuhan, kita harus hidup dengan memperhatikan Firman Tuhan yang adalah kebenaran.
Berdasarkan kehidupan Hizkia seperti di atas, kita dapat membaca kelanjutan kisahnya pada 2 Tawarikh 32:20-21. Saat ia dan nabi Yesaya berdoa dan berseru kepada sorga, Tuhan menjawab doanya sehingga membuat musuh-musuhnya kalah dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini diperjelas lagi dalam Yesaya 37:5-7, 36-38, bahwa Tuhan mengirim malaikat-Nya untuk membunuh 185 ribu orang dalam perkemahan Asyur, dan Raja Sanherib dibunuh dengan pedang oleh anak-anaknya. Terbuktilah, bahwa walaupun secara manusia Raja Hizkia dan rakyat Yehuda tidak mampu menghadapi raja Asyur dan tentaranya, tetapi karena bersama dengan Tuhan, mereka berkemenangan. Ini adalah bukti pembelaan dari Tuhan.
Setelah kita menerima kebaikan dan pertolongan Tuhan, janganlah kita menjadi sombong. Pada 2 Tawarikh 32:24-25 dikisahkan, Hizkia sempat bersikap tidak berterima kasih atas kebaikan Tuhan yang ditunjukkan kepadanya sehingga ia menjadi angkuh. Oleh karena itu Tuhan menimpakan murka-Nya atas Hizkia dan rakyatnya. Untunglah, pada ayat 26-30 dikatakan, kemudian ia sadar dan merendahkan diri di hadapan Tuhan, sehingga Tuhan memberikan kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar kepadanya. Hizkia menjadi berhasil dalam segala usahanya.
Jadi, apabila kita melakukan apa yang baik, jujur, dan benar di hadapan Tuhan, serta selalu mencari Tuhan dengan segenap kerendahan hati, Tuhan pasti membela dan memelihara kita. Ia sanggup membuat kita kaya dan berhasil dalam segala usaha kita. Marilah kita songsong tahun 2007 dengan janji keberhasilan dari Tuhan, karena kita adalah kepunyaan-Nya. Haleluya! zha