"Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” Lukas 15:11-20
Dalam perumpamaan di atas dikisahkan ada dua orang anak, yang sulung dan bungsu. Secara umum anak yang sulung membayangkan orang yang tidak pernah mengalami kelahiran baru sekalipun dia tetap berada di dalam rumah bapa, sedangkan anak yang bungsu membayangkan orang yang hidup menuruti hawa nafsu dagingnya hingga dia menjadi melarat, miskin rohaninya.
Setelah harta bendanya habis, si bungsu itu akhirnya menderita kelaparan. Ini artinya orang yang terus menuruti keinginan hawa nafsu daging, mengejar kepuasan duniawi, pada akhirnya dia tidak lagi mendapatkan kepuasan. Semua yang ada di dunia ini tidak pernah memberikan kepuasan, bahkan segala harta benda yang kita kumpulkan juga tidak memuaskan. Sebagaimana dikatakan dalam Pengkhotbah 5:9, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia.”
Anak yang bungsu tadi mengalami kelaparan bahkan hingga dia mengingini makanan babi, itupun tidak dia dapatkan. Jika kita menuruti hawa nafsu daging, itu tidak pernah memberikan kebahagiaan, selain penderitaan kelaparan. Namun untung saja anak bungsu itu akhirnya menyadari keadaannya. Dia teringat kembali kepada bapanya, bagaimana kelimpahan makanan di rumah bapanya.
Jika keadaan kita sekarang sudah mengalami kejatuhan dalam dosa, karena sudah menuruti hawa nafsu daging, Tuhan masih mau memberikan kemurahan-Nya agar kita sadar akan kesalahan dan dosa kita. Kita harus sadar lebih dahulu dari kemerosotan rohani kita. Bahkan tidak cukup hanya sadar, tetapi harus dilanjutkan dengan mau bertobat. Sebagaimana anak bungsu tadi, dia menyadari keadaannya dan dia bangkit dan kembali kepada bapanya.
Orang yang sudah merosot rohaninya karena jatuh dalam dosa, sebenarnya dia sudah tidak layak lagi. Namun jika seseorang belum menyadari keadaannya, seringkali merasa diri tetap layak di rumah bapa. Jika kita mau sadar dan bertobat, maka Bapa di sorga pasti mau menerima kita kembali, karena Dia mengasihi kita. Kasih Bapa sangat besar, bahkan lebih besar dari segala dosa kita, bagaimanapun keadaan kita, asal kita mau sadar dan bertobat. Sebagaimana Lukas 15:20-20 mengatakan, "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.” Juga dikatakan dalam surat 1 Yohanes 3:1, "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.”
Setelah anak bungsu itu sadar dan bertobat, bapanya tidak menghukum dia tetapi sebaliknya justru bapa itu memberikan jubah yang terbaik, cincin serta sepatu kepada anak bungsu itu. Salah satu ucapan bapa kepada anak bungsu itu adalah, "anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali”. Ini artinya anak bungsu itu mengalami kelahiran baru, mengalami hidup yang baru. Lukas 15:22-24 mengatakan, "Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.”
Bapa masih sabar kepada kita anak-anak-Nya sekalipun sudah membuat hati-Nya sakit karena segala perbuatan dosa kita. Dia memberi kesempatan untuk berbalik dan bertobat supaya kita tidak binasa, tetapi kita diselamatkan. Sebagaimana ditulis dalam 2 Petrus 3:9, 15a, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. … Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, …”
Sekarang tangan Bapa tetap terbuka menanti kita sadar dan berbalik bertobat kepada-Nya. Sedalam apapun kejatuhan kita, Dia tetap mau kembali mengasihi kita. Dia tidak akan menolak kita, tetapi dia mau menerima kita kembali dengan kasih-Nya. Marilah sekarang juga kita menyadari dosa kita dan bertobat supya kita mengalami kehidupan yang baru yang penuh sukacita dan kebahagiaan. Haleluya!