Kenakan Manusia Baru
Uncategorized
"Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.” Yohanes 4:13-19
Dari kisah di atas, Yesus menawarkan air hidup kepada seorang perempuan Samaria yang sedang menimba air di sumur Yakub. Namun sebelum Dia memberikan air hidup itu, Dia mengoreksi dosa dan kesalahan perempuan itu lebih dahulu. Yesus berkata kepada perempuan itu, "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." Tentunya Yesus sudah tahu bahwa perempuan ini memiliki suami yang tidak sah, bahkan sudah lima suami yang sudah dia miliki. Karena Dia Mahatahu bahkan sampai apa yang ada di dalam hati kita. Dia tidak perlu kesaksian manusia, sebagaimana ditulis dalam Yohanes 2:25, "dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.” Di hadapan manusia kita dapat menyembunyikan segala sesuatu yang ada di hati kita, tetapi Tuhan dengan kuasa Firman-Nya yang tajam bagaikan pedang bermata dua, mengetahui apa yang ada di hati manusia. Hal ini sesuai dengan yang ditulis dalam Ibrani 4:12-13, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”
Tuhan memang tahu segala dosa kita, tetapi Tuhan mau pengakuan dan kejujuran kita atas segala dosa kita di hadapan-Nya. Tidak ada manusia yang tidak berdosa, bahkan tidak ada yang benar. Sebagaimana ditulis dalam Roma 3:10, 23, "seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. … Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”
Dalam kisah di atas tadi, Yesus mengoreksi kehidupan nikah dari perempuan Samaria itu. Hal ini juga menjadi koreksi bagi nikah kita. Karena kejatuhan yang banyak terjadi di akhir zaman ini adalah kejatuhan nikah. Oleh sebab itu hubungan antara suami dan isteri tidak boleh ada kerenggangan. Karena kerenggangan ini memberikan celah atau kesempatan iblis menggoda dan mempengaruhi, sebagaimana yang terjadi pada Adam dan Hawa, pada saat Hawa seorang diri iblis datang merayu dan menyesatkan dia. Kita harus berwaspada jangan sampai nikah menjadi rusak, karena akibatnya rumah tangga pun menjadi rusak.
Hidup dalam percabulan dan kenajisan merupakan kehidupan lama yang sama dengan penyembahan berhala. Lima suami dari perempuan Samaria tadi bagaikan lima dosa yang disebutkan dalam Kolose 3:5-6, "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].”
Pada perempuan Samaria tadi, lima orang sudah menjadi suaminya bahkan yang ada padanya sekarang, yaitu yang keenam juga bukan suaminya. Lima dosa yang sama dengan penyembahan berhala harus dimatikan, dan itu merupakan kehidupan yang lama. Tetapi masih ada "suami” keenam, yaitu dosa yang merupakan sifat manusia, marah, geram, kejahatan dan kata-kata kotor dari mulut. Sekalipun lima dosa yang sama dengan penyembahan berhala sudah tidak ada pada kita, namun kita harus waspada jangan kita masih menyimpan dosa bagaikan "suami” keenam tadi. Hal ini dinasihatkan dalam Kolose 3:7-8, "Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;” Kita harus waspada terhadap kata-kata yang keluar dari mulut kita seperti dikatakan dalam Matius 15:18-19, "Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.”
Kehidupan lama adalah seperti pakaian yang lama, yang sudah kotor, harus ditanggalkan dan dicuci sehingga menjadi bersih. Kita tidak mungkin menyucikan kehidupan kita, tetapi air Firman Tuhan yang akan menyucikan hidup kita, memperbaruhi hidup kita secara terus menerus. Jika pakaian kehidupan lama kita sudah kita tanggalkan, sekarang kita harus mengenakan pakaian yang baru, yaitu: belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Lima hal ini merupakan pakaian yang baru yang harus kita kenakan. Kolose 3:13-14 mengatakan, "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” Lima hal ini merupakan wujud kasih persaudaraan, di mana kita hidup dalam kasih, saling mengampuni. Jika kita mengenakan kehidupan yang baru ini, kita akan merasakan damai sejahtera Kristus di dalam hati kita. Haleluya!