PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Jul
29

Ranting Melekat Pada Pokok Anggur

Ranting Melekat Pada Pokok Anggur
Uncategorized
"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." Yohanes 15:1-8

Yesus adalah pokok anggur. Ini artinya Dia adalah sebagai Kepala yang akan menyalurkan segala sesuatu untuk ranting-rantingnya sehingga dapat menghasilkan buah yang banyak. Kita sebagai ranting harus menyatu dengan pokok anggur supaya dapat menghasilkan buah. Ini juga berarti bahwa kita harus menyatu kepada Dia sebagai Kepala, bagaikan isteri yang menyatu dengan Suami sehingga tidak terjadi perceraian.

Firman Tuhan mengatakan bahwa menyatu dengan Tuhan juga berarti kita juga menyatu dalam tanda kematian-Nya, bersekutu dalam penderitaan-Nya supaya kita juga mengalami kebangkitan bersama Dia. Menyatu dalam hal inilah yang seringkali kita tidak mau mengalaminya. Padahal tidak akan ada kemenangan dalam kuasa kebangkitan-Nya jika kita tidak lebih dulu menderita dalam kematian-Nya. Dikatakan dalam Filipi 3:10-11, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.”

Seringkali kita merasa sudah berbuat yang baik namun harus mengalami penderitaan yang seharusnya tidak kita tanggung. Sebenarnya ini merupakan kasih karunia pada Allah. Firman Tuhan mengatakan karena memang untuk itulah kita dipanggil supaya kita mengikuti jejak penderitaan Kristus. Sebagaimana ditulis dalam 1 Petrus 2:19-21, "Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.”

Sekalipun kita sudah berbuat yang baik bahkan sudah menghasilkan buah namun harus kita ingat, bahwa ranting anggur yang sudah berbuah sekalipun harus dibersihkan supaya lebih banyak menghasilkan buah. Proses pembersihan ini melalui kuasa Firman Tuhan yang mengoreksi kesalahan dan dosa kita. Proses pembersihan ini memang terasa tidak enak kita rasakan tetapi ini harus kita lalui sehingga kita lebih banyak menghasilkan buah.

Kita tidak mungkin mendengar suara Firman dari Tuhan secara langsung, bahkan untuk melihat Tuhan pun tidak mungkin bagi kita. Untuk itu Tuhan memakai hamba-hamba Tuhan untuk menyampaikan Firman Tuhan bagi kita. Sebagaimana juga perjalanan bangsa Israel saat keluar dari Mesir, sekalipun Tuhan sendiri yang memimpin mereka berjalan, namun mereka tidak bisa melihat dan mendengar suara Tuhan secara langsung. Tuhan memakai Musa dan Harun untuk menyampaikan Firman Tuhan dan memimpin dalam perjalanan mereka. Keluaran 6:25-26 mengatakan, "Itulah Harun dan Musa, yang diperintahkan TUHAN: "Bawalah orang Israel keluar dari tanah Mesir menurut pasukan mereka." Merekalah yang berbicara kepada Firaun, raja Mesir, supaya mereka membawa orang Israel keluar dari Mesir. Itulah Musa dan Harun. Pada waktu TUHAN berfirman kepada Musa di tanah Mesir, TUHAN berfirman kepadanya: "Akulah TUHAN; katakanlah kepada Firaun, raja Mesir, segala yang Kufirmankan kepadamu." Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN: "Bukankah aku ini seorang yang tidak petah lidahnya, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku?" 

Tuhan tetap beserta kita dan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita, sebagaimana dalam perjalanan bangsa Israel pada waktu siang Tuhan memberikan tiang awan yang melindungi mereka dari terik matahari dan tiang api pada malam hari untuk memberikan kehangatan bagi mereka. Ditulis dalam Keluaran 13:21-22, "TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.”

Untuk itu kita harus dapat menghormati hamba Tuhan yang menggembalakan kita dalam Firman Tuhan. Kita harus menempatkan diri sebagai anak rohani yang menghormati orang tua rohani kita. Fiman Tuhan juga mengatakan bahwa selain ada bapa ibu secara jasmani juga ada orang tua di dalam Tuhan atau secara rohani yang harus kita taati, menurut dan mematuhi. Seperti ditulis dalam Efesus 6:1-2, "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” Rasul Paulus pun menempatkan diri sebagi orang tua, yaitu sebagai ibu yang mengasuh dan merawati anaknya tetapi juga sebagai bapa yang menasihati anaknya supaya kita hidup menurut Firman Tuhan. Sebagaimana dapat kita baca dalam 1 Tesalonika 2:7-12, "Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.” Diperkuat dalam 1 Timotius 5:17, "Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.” Juga dalam 1 Tesalonika 5:12-13, "Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.” Menghormati orang tua yang sudah bekerja keras memimpin kita dalam Tuhan bahkan yang menegor kesalahan kita adalah suatu keharusan. Menghormati berarti kita juga siap menerima tegoran dengan senang hati. 





Post a comment