"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” Yohanes 15:13-14
Kasih Yesus bukanlah kasih yang biasa, tetapi kasih yang demikian besar hingga Dia memberikan nyawa-Nya untuk kita. Padahal kita bukanlah orang yang benar tetapi sebaliknya kita adalah manusia yang berdosa, bahkan demikian besar dosa kita. Karena dosa kita besar maka diperlukan juga kasih yang demikian besar, sehingga sebesar apapun dosa kita kasih-Nya lebih besar dari segala dosa kita. Salah satu dosa kita adalah pelanggaran hukum Allah sebagaimana yang dilakukan oleh Hawa.
Tuhan memberikan kebebasan bagi manusia tetapi sekalipun demikian, ada yang harus diperhatikan yaitu jangan memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Karena pada saat manusia melanggar perintah Tuhan dengan memakan buah itu, akibatnya adalah kematian. Seperti tertulis dalam Kejadian 2:15-17, "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Setiap pelanggaran hukum Allah adalah dosa dan akibat dari dosa adalah maut. Dalam surat 1 Yohanes 3:4 dikatakan, "Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Bukankah demikian manusia, seringkali lebih suka melanggar hukum sekalipun akibatnya kematian. Apalagi buah pengetahuan yang baik dan yang jahat menarik mata sehingga Hawa tertarik dan mengambil serta memakannya. Memang hidup dalam dosa terasa enak bagi hawa nafsu daging kita, tetapi ingat bahwa dosa berakhir kepada maut.
Untuk menyelamatkan manusia yang sudah demikian rusak akibat dosa, Yesus memberikan nyawa-Nya sebagai bukti kasih-Nya yang besar bagi kita, orang-orang yang berdosa, dan menyebut kita sebagai sahabat-sahabat-Nya. Roma 3:23-24 mengatakan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”
Tuhan Yesus sudah demikian besar mengasihi kita bahkan kasih-Nya dengan pengorbanan nyawa-Nya sendiri. Namun apakah kita juga mau mengasihi Yesus, bukan hanya ungkap kasih dengan kata-kata saja tetapi kasih yang sungguh-sungguh, tulus keluar dari hati kita. Janganlah seperti Petrus yang mengatakan mengasihi Yesus seolah asal jawab saja, barulah pada saat Tuhan menanyakan ketiga kalinya, Petrus tersentuh hatinya untuk mengasihi Tuhan. Yohanes 21:15-17 menulis, "Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Setelah Yesus bertanya kepada Petrus: "Apakah engkau mengasihi Aku?” hingga tiga kali dan Petrus menjawab bahwa dia mengasihi Dia, Yesus berkata: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Ini artinya jika kita mengasihi Yesus, kita harus menjadi domba-domba yang digembalakan. Yesus adalah Gembala yang baik sehingga kita sebagai domba-domba-Nya harus mengikuti Dia. Namun Yesus juga adalah Anak Domba yang sudah disembelih, menjadi korban di kayu salib. Dia adalah Anak Domba yang mau menanggung penyakit kita dan memikul kesengsaraan kita. Inilah pribadi Yesus yang sangat mengasihi kita. Dapat kita baca dalam Yesaya 53:4-7, "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.”
Mengasihi Yesus dibuktikan dengan pengorbanan. Seringkali kita mengalami penindasan, habis akal, aniaya bahkan dihempaskan. Namun jika tanda kematian Yesus ada dalam hidup kita maka kehidupan Yesus juga menjadi nyata dalam tubuh kita ini. Sebagaimana dikatakan dalam 2 Korintus 4:8-11, "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.”
Marilah kita mengasihi Yesus bukan sebatas kata-kata saja, tetapi biarlah kasih kita tulus keluar dari hati kita. Kasih kita kepada Yesus kita buktikan dengan pengorbanan sebagaimana Yesus juga mengasihi kita dengan pengorbanan. Bahkan Dia adalah Anak Domba yang sudah menanggung segala kelemahan kita. Haleluya!