PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Sep
23

Hamba yang Setia dan Bijaksana

Hamba yang Setia dan Bijaksana
Uncategorized
"Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." Matius 24:42-44

Kedatangan Yesus kembali sudah tidak lama lagi, kita harus berjaga-jaga dan bersiap sedia. Waktu kedatangan-Nya tidak ada seorangpun yang tahu. Oleh sebab itu kita harus menantikan dengan sabar bagaikan petani yang harus bersabar menantikan hasil dari apa yang dia tanam. Seperti digambarkan dalam Yakobus 5:7-9, "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat! Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.”

Dalam menantikan kedatangan Tuhan kita juga harus menjadi hamba yang selalu melakukan tugasnya dengan setia ketia tuan itu datang. Matius 24:45-46 mengatakan, "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.” Dalam mengerjakan segala pekerjaan janganlah kita melakukan dengan bersungut-sungut dan omelan, sekalipun demikian bertubi-tubi pekerjaan yang ditugaskan kepada kita. Tetapi harus kita ingat, jika kita sudah mengerjakan segala sesuatu janganlah kita menjadi sombong dan merasa semuanya adalah jasa kita, karena kita harus menyadari bahwa sebenarnya kita hanyalah sebagai hamba-hamba yang tidak berguna yang harus melakukan segala pekerjaan kita. Seperti dinasihatkan dalam Lukas 17:7-10, "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Ada juga hamba yang jahat, yang tidak mengerjakan pekerjaannya tetapi justru memukul hamba-hamba yang lain serta hidup dalam kemabukan. Pada saat tuannya datang maka dia akan dihukum sebagaimana ditulis dalam Matius 24:48-51, "Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi." Tetapi baiklah kita bukan menjadi hamba yang jahat, tetapi kita adalah hamba yang setia dan bijaksana. 

Kita disebut bijaksana adalah seperti digambarkan bagaikan gadis yang bijaksana yang menanti kedatangan Mempelai Pria dengan pelita yang menyala beserta cadangan minyaknya. Ditulis Matius 25:1-13, "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Pelita kita akan menyala jika kita mau mendengar dan menerima Firman Tuhan. Karena Firman Tuhan merupakan pelita bagi kita. Tetapi mendengar Firman Tuhan tidak cukup sekali saja, tetapi harus selalu mendengar Firman Tuhan sehingga pelita kita tetap menyala. Karena jika pelita kita menyala sesaat dan kemudian padam adalah bagaikan gadis yang bodoh.

Bukan hanya bijaksana, sebagai hamba kita juga harus setia. Kesetiaan ini digambarkan bagaikan hamba yang menerima talenta. Hamba yang baik dan setia adalah hamba yang mengerjakan talenta yang diberikan dan mengembangkannya. Bahkan setia dalam hal-hal yang tampak kecil. Tidak menjadi masalah berapa talenta yang kita terima, baik lima talenta ataupun dua talenta bahkan satu talenta. Tetapi yang harus kita perhatikan adalah kita harus mengembangkan dan hasilnya adalah seratus persen. Yang lima talenta menjadi sepuluh talenta dan dari dua talenta menjadi empat talenta. Dengan demikian di mata tuannya hamba yang demikian adalah hamba yang baik dan setia. Berkatnya adalah kita pasti berbahagia. Sebagaimana ditulis dalam Matius 25:20-23, "Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”

Sedangkan hamba yang jahat adalah hamba yang malas dan tidak mau mengembangkan talenta yang dia terima. Dia tidak menghasilkan apa-apa dari talenta yang dia terima. Sehingga akhirnya satu talenta yang dia punya pun akan diambil dari padanya. Berwaspadalah jika kita tidak mau mengembangkan talenta yang Tuhan diberikan bagi kita, maka Tuhan akan mengambil talenta yang kita punyai. Dapat kita baca dalam Matius 25:24-30, "Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Marilah kita bersiap sedia dengan pelita yang tetap menyala serta mengerjakan segala tugas pelayanan kita. Marilah kita menjadi hamba yang setia dan bijaksana yang mau mengerjakan bahkan mengembangkan talenta yang telah Tuhan berikan bagi kita. Sehingga pada akhirnya kita disebut berbahagia. Haleluya!





Post a comment