Selama kita hidup di dalam dunia ini, kita tentu harus menghadapi berbagai macam tantangan, bagaikan menghadapi benteng-benteng yang kuat. Namun dalam menghadapi segala tantangan itu, janganlah menggunakan senjata-senjata duniawi, dengan kekuatan atau keahlian kita, tetapi baiklah kita menggunakan senjata kuasa Allah yang sanggup meruntuhkan benteng-benteng. Surat 2 Korintus 10:3-4 menyebutkan, "Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.”
Tuhan mau melakukan perkara yang besar bagi kita! Sekalipun tantangan di depan kita besar, Tuhan juga sanggup menolong kita dengan perkara yang besar, bahkan dengan cara yang ajaib. Karena perkara besar dan keajaiban yang Tuhan kerjakan, kita tidak akan dipermalukan. Ditulis dalam Yoel 2:20-21, "Yang datang dari utara itu akan Kujauhkan dari padamu, dan akan Kuusir ke suatu negeri kering dan tandus, barisan mukanya ke laut timur, dan barisan belakangnya ke laut barat, maka bau busuknya dan bau anyirnya akan naik, sebab ia telah melakukan perkara yang besar. Jangan takut, hai tanah, bersorak-soraklah dan bersukacitalah, sebab juga TUHAN telah melakukan perkara yang besar!”
Ada kisah dalam Yosua 3:1-17, pada saat bangsa Israel akan menyeberangi sungai Yordan, mereka harus berjalan sedang peti perjanjian harus diangkat oleh imam-imam dan berjalan di depan bangsa Israel. Dalam perjalanan hidup kita, kita harus menempatkan tabut perjanjian yaitu kuasa Firman dalam Pengajaran Mempelai Alkitabiah di depan kita. Sehingga kita dapat dipimpin dalam perjalanan kita. Namun ada syarat yang harus kita perhatikan, yaitu kita harus menguduskan diri supaya Tuhan melakukan perbuatan ajaib bagi kita.
Kalau bangsa Israel sebelumnya dipimpin Musa dengan membawa tongkat, tongkat mempunyai pengertian bagi kita adalah ajaran mula-mula. Tetapi sekarang, pada saat harus menyeberangi sungai Yordan, tidak menggunakan tongkat lagi, tetapi para imam harus memikul peti perjanjian, yang memberikan pengertian kita harus memikul Firman Tuhan dalam pengajaran. Ini artinya kerohanian kita harus meningkat, bukan terus dengan pengajaran dasar atau mula-mula tetapi harus meningkat terus dengan pengajaran yang membawa kita pada kesempurnaan. Hal ini sebagaimana tertulis dalam Ibrani 6:1-2, "Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal.”
Dalam perjalanan kita, jangan kita menyimpang ke kanan atau ke kiri. Kita harus waspada jangan sampai kita terpengaruh dengan berbagai pengajaran lain yang menyesatkan kita. Kita harus memperkatakan Firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam. Ini artinya jangan sampai kita lupa akan Firman Tuhan. Sehingga perjalanan kita akan berhasil dan kita akan beruntung. Ditulis dalam Yosua 1:5-8, "Seorang pun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”
Kita adalah sebagai pasukan atau pahlawan yang gagah perkasa. Sebagai pasukan kita harus selalu siap, yaitu mau mendengar dan melakukan setiap perintah Firman Tuhan. Yosua 1:13-18 menyebutkan, "Ingatlah kepada perkataan yang dipesankan Musa, hamba TUHAN itu, kepadamu, yakni: TUHAN, Allahmu, mengaruniakan keamanan kepadamu dan memberikan kepadamu negeri ini; perempuan-perempuan dan anak-anak di antara kamu dan ternakmu boleh tinggal di negeri yang diberikan Musa kepadamu di seberang sungai Yordan, tetapi kamu, semua pahlawan yang gagah perkasa, haruslah menyeberang di depan saudara-saudaramu dengan bersenjata, dan haruslah menolong mereka, sampai TUHAN mengaruniakan keamanan kepada saudara-saudaramu seperti kepada kamu juga, dan mereka juga menduduki negeri yang akan diberikan kepada mereka oleh TUHAN, Allahmu. Kemudian bolehlah kamu pulang kembali ke negerimu sendiri dan menduduki negeri yang diberikan Musa, hamba TUHAN itu, kepadamu di seberang sungai Yordan, di sebelah matahari terbit.” Lalu mereka menjawab Yosua, katanya: "Segala yang kauperintahkan kepada kami akan kami lakukan dan ke mana pun kami akan kausuruh, kami akan pergi; sama seperti kami mendengarkan perintah Musa, demikianlah kami akan mendengarkan perintahmu. Hanya, TUHAN, Allahmu, kiranya menyertai engkau, seperti Ia menyertai Musa. Setiap orang yang menentang perintahmu dan tidak mendengarkan perkataanmu, apa pun yang kauperintahkan kepadanya, dia akan dihukum mati. Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu!"
Sebagai pelayan Tuhan yang merupakan pasukan Tuhan, kita harus memikul tabut perjanjian, yaitu memikul atau melakukan Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Sekalipun berat tetapi tabut perjanjian harus kita pikul. Sehingga kita akan berhasil dan beruntung dalam perjalanan kita menuju Yerusalem baru. Kuatkan dan teguhkan hati kita. Haleluya!