Jangan Hidup dalam Kekafiran
Uncategorized
KU 4 Februari 2018
Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Yohanes 4:7-10
Dari kisah di atas dapat kita ketahui bahwa sebenarnya orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang Samaria. Mengapa demikian, karena orang Samaria adalah orang yang sekalipun sudah beribadah kepada Tuhan, tetapi mereka juga masih beribadah kepada allah berhala mereka sesuai adat mereka. Sebagaimana disebutkan dalam 2 Raja-raja 17:32-34, "Di samping itu mereka berbakti kepada TUHAN dan mengangkat dari kalangan mereka imam untuk bukit-bukit pengorbanan, maka orang-orang inilah yang melakukan ibadah bagi mereka di kuil di atas bukit-bukit pengorbanan itu. Mereka berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada allah mereka sesuai dengan adat bangsa-bangsa yang dari antaranya mereka diangkut tertawan. Sampai hari ini mereka berbuat sesuai dengan adat yang dahulu. Mereka tidak berbakti kepada TUHAN dan tidak berbuat sesuai dengan ketetapan, hukum, undang-undang dan perintah yang diperintahkan TUHAN kepada anak-anak Yakub yang telah dinamai-Nya Israel.” Ini juga memberikan pengertian kepada kita, janganlah kita mencampuradukkan cara hidup kita yang rohani dengan cara hidup duniawi, dengan adat-istiadat yang bertentangan dengan keimanan kita.
Rasul Paulus juga menasihatkan kepada orang-orang Korintus supaya mereka tidak bercampur dengan orang-orang yang tidak percaya, dan tentu saja dengan cara hidup mereka dalam kekafiran. Karena Tuhan mau diam bersama-sama dengan kita dan hidup di tengah-tengah kita. Namun jika kita sudah hidup sebagai orang-orang percaya tetapi pada saat yang sama juga masih hidup dalam penyembahan berhala dalam kekafiran, maka tidak mungkin Tuhan akan diam di tengah-tengah kita. Surat 2 Korintus 6:11-18 menyebutkan, "Hai orang Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu. Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu. Maka sekarang, supaya timbal balik -- aku berkata seperti kepada anak-anakku --: Bukalah hati kamu selebar-lebarnya! Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa."
Tuhan mau menjadikan kita sebagai anak-anak Allah sehingga kita layak memanggil Dia, Abba ya Bapa. Untuk itu hidup kita harus dipimpin oleh Roh Allah dan meninggalkan cara hidup kafir seperti Roma 8:14-16 menyebutkan, "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”
Jika pada saat Yesus meminta air kepada seorang perempuan Samaria, dia mengatakan "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?", sebenarnya Yesus juga pernah ditolak oleh orang-orang Samaria ketika Yesus hendak masuk ke sana. Dapat kita baca dalam Lukas 9:51-56, "Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.” Mereka menolak Yesus masuk tentunya karena memang cara hidup mereka dalam penyembahan berhala. Sehingga Yesus akhirnya masuk ke desa yang lain. Janganlah kita hidup dalam kekafiran sehingga dengan cara hidup kita, kita menolak kehadiran Yesus. Dan tentu saja Yesus tidak akan diam di tengah-tengah kita.
Orang Yahudi pun juga pernah menolak Yesus sebagaimana dapat kita baca dalam Yohanes 8:20, 57-58, "Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Dan tidak seorang pun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba. … Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Juga dalam Yohanes 10:37-39 menuliskan, "Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.” Seringkali disadari atau tidak kita juga sering menolak Yesus. Kita hanya datang kepada Yesus pada saat kita memerlukan Dia, tetapi pada saat kita merasa tidak perlu pertolongan, kita menolak Dia.
Sekalipun Yesus ditolak oleh orang Samaria (kafir) dan juga orang Yahudi, namun justru Yesus rela mati untuk mengadakan pendamaian. Sehingga baik orang kafir maupun orang Yahudi telah diperdamaikan menjadi satu tubuh Kristus, dan sekarang di dalam kesatuan tubuh Kristus ada damai sejahtera. Ini merupakan kasih Yesus yang luar biasa bagi kita. Sehingga selayaknya kita juga mengasihi Dia! Haleluya!