Senjata Kuasa Allah
Uncategorized
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Efesus 6:10-12
Ayat di atas menunjukkan bahwa dalam dunia ini, kita menghadapi suatu perjuangan bukan melawan darah dan daging, bukan melawan manusia tetapi melawan roh-roh jahat di udara. Oleh sebab itu dalam peperangan kita tidak dapat menggunakan senjata-senjata duniawi, tetapi kita harus menggunakan perlengkapan senjata Allah. Senjata kita diperlengkapi dengan kuasa Allah, demikian ditulis dalam 2 Korintus 10:3-4, "Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.”
Senjata kuasa Allah adalah Firman Tuhan yang dapat menyelamatkan setiap orang yang percaya. Dikatakan dalam Roma 1:16, "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”
Bangsa Israel setelah mereka keluar dari perbudakan di Mesir, harus menghadapi Yerikho. Dalam menghadapi Yerikho ini pun mereka tidak mengandalkan senjata duniawi, tetapi dengan kuasa Allah. Sebenarnya mereka sudah mengalami kehebatan kuasa Allah yaitu pada saat mereka keluar dari Mesir. Bukan dengan senjata duniawi mereka mengalahkan Firaun dan pasukannya. Tetapi kuasa Allahlah yang sanggup mengalahkan Firaun dan pasukannya, bahkan dengan kuasa Allah membelah laut Teberau sehingga bangsa Israel dapat menyeberanginya. Hal ini sudah terdengar pada penduduk Yerikho, dan itu menyebabkan kengerian di antara penduduk Yerikho. Yosua 2:9-10 mengatakan, "dan berkata kepada orang-orang itu: "Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas.”
Berbeda dengan pada saat menghadapi Firaun, menghadapi Yerikho, bangsa Israel harus membawa tabut Tuhan dan setiap pagi harus mengelilingi kota Yerikho sekali selama enam hari. Pada hari ketujuh, mereka harus mengelilinginya lagi tetapi bukan hanya sekali tetapi tujuh kali. Kisah ini dapat kita baca dalam Yosua 6:1-27. Setiap pagi mereka harus mengelilingi Yerikho dengan membawa tabut Tuhan, ini memberikan pengertian kepada kita sekarang bahwa setiap pagi kita harus ada hubungan dengan Tuhan melalui doa kita. Pada hari ketujuh, mereka harus mengelilinginya tujuh kali dan kemudian mereka harus bersorak. Ini menunjuk pada akhir zaman, kita yang mau dibentuk menjadi mempelai Tuhan dan yang telah siap sedia, bersorak "Haleluya” merupakan suatu puncak kemenangan dan sukacita sebagai mempelai-Nya. Sebagaimana dapat kita baca dalam Wahyu 19:1, 3-7, Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita, … Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya." Dan kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu tersungkur dan menyembah Allah yang duduk di atas takhta itu, dan mereka berkata: "Amin, Haleluya." Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: "Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!" Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.”