"Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” 1 Petrus 1:8-9
Hidup kita harus mempunyai tujuan. Demikian juga hidup rohani kita juga harus mempunyai tujuan, yaitu keselamatan jiwa kita. Karena jika kita memiliki tujuan maka kita akan berusaha untuk mencapai tujuan itu. Kita harus mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar, maksudnya dengan sungguh-sungguh bukan hanya karena untuk dilihat manusia atau gembala sidang. Namun dalam usaha dalam mengerjakan keselamatan, kita tidak seorang diri tetapi Tuhan menolong kita termasuk memberikan kemauan bagi kita. Usaha dalam mengerjakan keselamatan digambarkan bagaikan kita mengejar sesuatu yang benar-benar membutuhkan perjuangan. Sebagaimana ditulis dalam Filipi 2:12-13, "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Juga dalam Filipi 3:12-14, "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”
Mengerjakan keselamatan itu bahkan bagaikan kita harus berlari-lari untuk mencapai tujuan. Namun harus kita perhatikan, bahwa jika kita berlari kita jangan menoleh ke belakang, tetapi arahkan diri kita ke depan kepada tujuan. Artinya jangan perkara-perkara dunia ini menyita perhatian kita. Yesus berkata kepada seorang muda yang kaya, supaya dia menjual segala miliknya, meninggalkan rumah dan saudaranya serta ladangnya. Segala ikatan keluarga maupun pekerjaan, jangan itu menghalangi kita dalam berlari-lari untuk mencapai keselamatan jiwa kita. Ditulis dalam Matius 19:21, 29, "Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." … Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.”
Demikian juga Lot, Tuhan mengasihi dia dan mau menyelamatkan dia dengan keluarganya. Bahkan ketika mereka berlambat-lambat, malaikat Tuhan memegang tangan mereka dan menuntunnya supaya segera berlari ke tempat yang selamat. Namun sayang sekali, ketika Tuhan menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, isteri Lot menoleh ke belakang dan menjadi tiang garam. Harta duniawi inilah yang seringkali menghalangi kita untuk mencapai perkara yang rohani yaitu keselamatan jiwa kita. Kisah Lot ini dapat kita baca dalam Kejadian 19:15-17, 24, "Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: "Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini." Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana. Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap." … Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.”
Jika isteri Lot menjadi tiang garam, maka dapat dikatakan dia menjadi garam yang tawar, merupakan garam yang tidak berguna. Tentang hal ini kita diingatkan bahwa kita memang adalah garam dunia, tetapi jika garam itu sudah menjadi tawar maka tidak berguna lagi selain dibuang orang. Hal ini sebagaimana ditulis dalam Lukas 14:34-35, "Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Marilah kita mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, dengan sungguh-sungguh bagaikan berlari-lari untuk mencapai tujuan. Janganlah segala perkara dunia ini menghalangi kita. Haleluya!