PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Mar
5

Melayani Tuhan

Melayani Tuhan
Uncategorized
Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." 1 Raja-Raja 17:1

Elia adalah seorang pelayan Tuhan yang menyampaikan Firman Tuhan. Tuhan menyertai dia dengan kuasa, sehingga apa yang dia katakan bahwa tidak akan turun hujan sampai dia katakan kemudian pun terjadi. Kekeringan melanda daerah itu bahkan sampai sungai menjadi kering sebagaimana dikatakan Elia. Ditulis dalam 1 Raja-Raja 17:7, "Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.” Kekeringan ini juga pernah dinubuatkan Yeremia sebagaimana ditulis dalam Yeremia 14:1-6, "Firman TUHAN yang datang kepada Yeremia mengenai musim kering. Yehuda berkabung, pintu-pintu gerbangnya rebah dan dengan sedih terhantar di tanah; jeritan Yerusalem naik ke atas. Pembesar-pembesarnya menyuruh pelayan-pelayannya mencari air; mereka sampai ke sumur-sumur, tetapi tidak menemukan air, sehingga mereka pulang dengan kendi-kendi kosong. Mereka malu, mukanya menjadi merah, sampai mereka menyelubungi kepala mereka. Pekerjaan di ladang sudah terhenti, sebab hujan tiada turun di negeri, maka petani-petani merasa kecewa dan menyelubungi kepala mereka. Bahkan rusa betina di padang meninggalkan anaknya yang baru lahir, sebab tidak ada rumput muda. Keledai-keledai hutan berdiri di atas bukit gundul, mengap-mengap seperti serigala, matanya menjadi lesu, sebab tidak ada rumput.”

Tuhan memakai seorang janda yang lemah dan miskin untuk memberi makan Elia. Dia bukanlah hidup berkecukupan apalagi berkelimpahan, tetapi dalam keadaan kekurangan terlebih lagi dalam masa kekeringan, dia mau melayani Elia, seorang hamba Tuhan. Bukankah kadang kita berpikir jika sudah menjadi kaya atau berkecukupan barulah kita mau berkorban untuk pekerjaan Tuhan. Tetapi sebenarnya berkorban tidak perlu menunggu kita menjadi kaya atau berkelebihan, tetapi apapun keadaan kita, kita harus bisa melayani dan berkorban bagi Tuhan.

Yesaya 54:4-6, "Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu. Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi. Sebab seperti isteri yang ditinggalkan dan yang bersusah hati TUHAN memanggil engkau kembali; masakan isteri dari masa muda akan tetap ditolak? firman Allahmu.”
Sebagaimana janda di Sarfat yang mau menurut apa yang dikatakan Elia, kita pun sekalipun kekuatan kita tidak seberapa, bahkan keadaan kita lemah, tetapi jika kita mau menurut Firman Tuhan maka Tuhan dapat membuka pintu yang tertutup. Tuhan dapat membuka pintu berkat-Nya bagi kita. Tetapi ingat, jika Tuhan dapat membuka pintu, Dia juga dapat menutupnya. Janganlah kita mengeraskan hati, sehingga pintu itu dibukakan bagi kita, bukan ditutup bagi kita. Wahyu 3:8 mengatakan, "Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.”

Seorang janda di Sarfat itu melayani Elia karena sebelumnya Tuhan sudah memerintahkan dia, dan dia mau menurut perintah Tuhan itu. Dia tidak berbantah kepada Tuhan dengan alasan keadaannya yang lemah dan miskin. Tuhan sanggup membuka pintu berkat sekalipun keadaan kita sangat lemah. Kuncinya, kita harus mau menurut Firman Tuhan! Setelah janda itu mau menurut perintah Tuhan untuk melayani Elia, Tuhan memberkati dia selama musim kekeringan dengan tepung yang tinggal segenggam dan sedikit minyak itu tidak pernah habis hingga musim kering itu berakhir. Sebagaimana ditulis dalam 1 Raja-Raja 17:13-16, "Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.”

Perintah Elia kepada janda di Sarfat itu, dia harus membuat roti dari tepung yang segenggam itu pertama adalah untuk Elia barulah setelahnya untuk dia dan anaknya. Hal ini sesuai dengan yang tertulis dalam Lukas 17:7-10, "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." Kita harus mengutamakan melayani dalam pekerjaan Tuhan lebih dulu apapun keadaan kita, sekalipun keadaan kita sangat terbatas dan lemah, barulah kita mengerjakan untuk kepentingan kita. Maka Tuhan pasti melimpahkan berkat-Nya bagi kita. Sebagaimana janda Sarfat itu terpelihara selama masa kekeringan itu. Haleluya.



Post a comment