Kelahiran Baru
Uncategorized
Seperti yang kita ketahui bersama, Paskah secara umum adalah memperingati kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Melalui Firman Tuhan dalam Pengajaran Mempelai Alkitabiah kali ini, kita akan melihat pengertian Paskah lebih dalam lagi.
Paskah menunjuk pada korban Yesus di kayu salib, Dia yang telah rela mati namun yang juga telah bangkit. Dituliskan dalam Efesus 1:7, bahwa Tuhan Yesus harus melewati penderitaan di kayu salib hingga mati adalah untuk menebus kita dari kuasa dosa. Darah-Nya yang tercurah di salib, telah mengampuni dosa-dosa kita. Kata "menebus” mempunyai pengertian "membeli”. Jadi jika hidup kita telah ditebus Tuhan, maka kita sekarang menjadi kepunyaan Tuhan. Sungguh berbahagia dan bangga bila kita dijadikan sebagai kepunyaan Tuhan, mengingat kita adalah manusia hina oleh karena dosa, namun Tuhan mau membeli kita dengan darah-Nya yang mahal, darah yang tak bercacat cela.
Sebagaimana dituliskan dalam Kolose 2:14, bahwa karena dosa, kita bagaikan orang yang berhutang yang tak terbayarkan. Namun, oleh korban Yesus di kayu salib maka segala hutang dosa kita telah dihapuskan-Nya. Dia membayar lunas dengan darah-Nya yang mahal, sehingga kita menjadi milik atau kepunyaan Tuhan. Pengertian milik Tuhan ini bukan seperti seseorang memiliki benda atau hal-hal jasmani lain, melainkan dalam pengertian hubungan suami-istri, di mana istri adalah kepunyaan suami, dan suami kepunyaan istri. Jadi, kesimpulannya Yesus rela mati menebus kita dari dosa, supaya kita menjadi istri atau mempelai perempuan-Nya.
Paskah adalah kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Jadi, Yesus tidak hanya mati saja, tetapi Tuhan Yesus juga telah bangkit. Wahyu 5:6, 11-12 menuliskan bahwa dalam tanda kebangkitan-Nya, Yesus adalah sebagai Anak Domba yang telah disembelih yang layak menerima kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan dan puji-pujian. Yesus layak menerima segala hal tersebut karena dalam kuasa kebangkitan-Nya, Ia telah melahirkan kita menjadi baru, seperti tertulis dalam 1 Petrus 1:3.
Bila dihubungkan dengan kematian-Nya, maka kematian Yesus adalah untuk mengampuni dan membenarkan hidup kita dari dosa. Sedangkan kebangkitan Yesus melahirkan kita menjadi baru, supaya kita tidak kembali lagi hidup di dalam dosa. Bila Yesus hanya mati dan tidak bangkit, 1 Korintus 15:14 menuliskan bahwa sia-sialah kita percaya pada-Nya, sebab walaupun dosa-dosa kita sudah diampuni oleh tanda kematian-Nya, namun untuk selanjutnya kita bisa terjebak kembali lagi hidup dalam dosa yang berakhir dengan kebinasaan. Tapi dengan Yesus bangkit, maka kuasa-Nya sanggup melahirkan kita menjadi baru, menjadi manusia baru, tidak hidup dalam dosa lagi dan yang terus menerus mengalami pembaruan sampai sempurna.
Untuk lebih jelasnya, Roma 6:5-10 menjelaskan tentang kuasa kematian dan kebangkitan Tuhan yang sungguh-sungguh merupakan kebutuhan kita. Melalui pengorbanan salib-Nya, manusia kita yang dikuasai dosa turut disalibkan supaya kita menjadi satu dalam tanda kematian-Nya dan bila kita menyatu dengan kematian-Nya, kita pun akan menyatu dengan tanda kebangkitan-Nya.
Pada ayat 4 dituliskan bahwa sebagai orang-orang yang telah menjadi satu dalam tanda kematian bersama Yesus, tubuh dosa kita pun telah dikuburkan bersama-sama Dia. Untuk selanjutnya, sama seperti Ia telah bangkit dari kubur-Nya dan tidak mati lagi, demikian juga kita yang telah dikuburkan bersama-sama Dia akan menyatu dalam kebangkitan-Nya, yaitu dengan kita mengalami suatu kelahiran baru.
Ciri-ciri dari orang yang sudah mengalami kelahiran baru, dituliskan dalam Kolose 3:1-2 adalah mau mencari dan memikirkan perkara-perkara yang di atas, di mana Kristus ada duduk di sebelah kanan Bapa. Tidak lagi hanya memikirkan dan mencari hal-hal jasmani yang ada di bumi ini saja, tetapi mengutamakan untuk mencari perkara-perkara di atas atau perkara-perkara rohani. Jadi sudah jelas, orang yang tidak mengalami kelahiran baru, tidak mau mencari perkara-perkara di atas. Mengapa demikian? Karena disibukkan untuk mendapatkan hal-hal jasmani di bumi ini. Ini berarti, walaupun sudah menyatu dengan kematian Tuhan dan mendapat pengampunan dosa, tetapi tidak menyatu dengan kebangkitan Tuhan, tidak mengalami kebangkitan. Jika kita mencari dan memikirkan perkara-perkara di atas, bukan berarti perkara-perkara di bawah, yaitu kebutuhan jasmani tidak kita dapatkan. Jika kita mau mengutamakan perkara-perkara rohani, maka segala keperluan kita selama di bumi ini pasti Tuhan cukupkan dengan ajaib. Bahkan lebih lagi Tuhan mau ada bersama-sama kita, membawa suasana sukacita Sorgawi bagi kita.
Perkara di atas menurut Ibrani 11:14-16, adalah suatu tanah air sorgawi. Jika kita merindukan tanah air sorgawi berarti kita mau mencari dan memikirkan perkara di atas yang telah Tuhan sediakan. Ibrani 13:14 juga menuliskan bahwa selama hidup di dunia ini, kita tidak memiliki tempat tinggal tetap! Itulah sebabnya kita perlu mencari kota yang akan datang sebagai tempat tinggal tetap kita, itulah Kota Yerusalem baru. Di dalam Yerusalem baru tidak ada maut, ratap tangis, perkabungan maupun dukacita, sebaliknya di sana terdapat mata air kehidupan yang memberikan hidup. Tentunya kita sudah tahu bahwa Yerusalem baru adalah mempelai perempuan Tuhan.
Kembali tentang kuasa kebangkitan Yesus, 1 Korintus 15:55-57 menuliskan bahwa oleh percaya akan kuasa kebangkitan Yesus yang telah mengalahkan maut, maka Rasul Paulus dengan berani menantang maut. Sebab ia yakin dan bersyukur bahwa Allah telah memberikan kemenangan melalui Tuhan Yesus. Kemenangan yang juga menjadi berkat bagi kita sekarang bahkan berkat hidup yang penuh pengharapan untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kita, seperti tertulis dalam 1 Petrus 1:3-4.
Namun jangan kita lupa, berkat-berkat luar biasa dalam kuasa kebangkitan Tuhan ini bisa kita terima, berawal dari pengorbanan Yesus di kayu salib. Pada ayat 19 dituliskan bahwa Tuhan Yesus telah mencurahkan darah-Nya yang mahal, sebagai Anak Domba yang tersembelih dan mati.
Selayaknya kita bersyukur oleh kuasa kebangkitan Yesus yang telah melahirkan kita menjadi baru dan menjadikan hidup kita penuh pengharapan. Sebab sudah tersedia berkat kemenangan dan hidup yang penuh harapan. Seharusnyalah seperti tertulis dalam Ibrani 12:2-3, kita mengarahkan pandangan kita kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Dengan demikian kita tidak menjadi lemah dan putus asa.
Di dalam Roma 8:24-25 dituliskan bahwa kita diselamatkan dalam pengharapan. Pengharapan adalah mengharap sesuatu yang belum kita lihat. Keselamatan adalah pengharapan kita, sehingga kita harus nantikan dengan tekun. "Tekun” berarti tetap bertahan sekalipun harus mengalami kesengsaraan, sebagaimana ditulis dalam Roma 5:3-4. Jangan sampai karena kesengsaraan menyebabkan kita putus asa. Jika kita tetap tekun maka kita menjadi orang yang tahan uji, sehingga kita memiliki pengharapan. Jadi jika oleh kuasa kebangkitan Yesus melahirkan kita menjadi baru dan menjadikan hidup kita penuh pengharapan, berarti dapat dikatakan jika kita tidak mengalami kuasa kebangkitan Yesus, kita tidak mengalami kelahiran baru dan tentu saja akibatnya kita tidak memiliki pengharapan akan keselamatan.
Lebih jauh lagi dalam Roma 5:2 menuliskan, bahwa di dalam pengharapan selain ada jaminan keselamatan, juga akan menerima kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah, menurut 1 Petrus 1:4 adalah yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu. Dalam Kolose 3:4 dituliskan, pada saat Kristus menyatakan diri kelak sebagai Mempelai Pria Sorgawi, kita juga akan menyatakan diri bersama Dia dalam kemuliaan. Tidak ada kemuliaan lain yang melebihi menjadi mempelai perempuan Tuhan. Kemuliaan inilah yang menjadi pengharapan kita, yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu.
Menerima yang tidak dapat binasa sesuai dengan Wahyu 12:1, 3 menunjukkan bahwa mempelai perempuan penuh kemuliaan Allah dengan bersalut matahari, berdiri di atas bulan, dan bermahkotakan dua belas bintang. Namun iblis dalam rupa seekor naga berwarna merah padam yang besar, yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh berusaha mengincar mempelai Tuhan yang akan melahirkan. Pada ayat 15-17 naga ini menyemburkan air sebesar sungai dari mulutnya untuk membinasakan mempelai perempuan Tuhan. Namun, karena mempelai Tuhan penuh dengan kemuliaan Allah, tidak dapat binasa, sehingga lolos dan diungsikan dari naga itu selama tiga setengah tahun di padang gurun. Ketika dilihat bahwa ia tidak bisa membinasakan mempelai Tuhan, marahlah naga itu lalu memerangi keturunan yang lain. Maksudnya, adalah orang-orang Kristen lain yang tidak menjadi mempelai perempuan Tuhan. Orang-orang ini akan masuk dalam aniaya antikristus selama tiga setengah tahun.
Menerima yang tidak dapat cemar mempunyai pengertian dalam Wahyu 19:7-9, kita dibawa masuk dalam pernikahan dengan Anak Domba Allah. Mempelai perempuan Anak Domba yang telah siap sedia mengenakan pakaian kemuliaan mempelai itulah pakaian lenan halus yang putih bersih, berkilau-kilauan, tidak ada kecemaran.
Menerima yang tidak dapat layu menurut Wahyu 21:2, 9-11 adalah menunjuk kemuliaan Allah di Kota Yerusalem baru. Yerusalem baru yang penuh kemuliaan Allah, maka yang di dalamnya tidak dapat layu. Di Yerusalem Baru juga ada mata air kehidupan dan pohon-pohon kehidupan, seperti tertulis dalam Wahyu 22:1-3.
Jadi, kita lihat bahwa oleh kuasa kebangkitan Yesus, kita dibawa untuk mengalami kelahiran baru, menjadi manusia baru yang hidup penuh pengharapan. Pengharapan tertinggi adalah untuk kelak menjadi mempelai perempuan Tuhan yang dipenuhi kemuliaan Allah. Sehingga tidak dapat binasa, walaupun ada ancaman antikristus, tidak dapat cemar yaitu layak masuk pesta nikah Anak Domba dan yang tidak dapat layu karena selamanya tinggal dalam Kota Yerusalem baru. Haleluya!