Waspadalah Terhadap Pencuri
Uncategorized
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.” Yohanes 10:1-3
Untuk masuk ke dalam kandang, domba harus melalui pintu, dan pintu itu adalah Yesus sendiri. Sedangkan siapa yang masuk tidak melalui pintu adalah seorang pencuri dan perampok. Tuhan menghitung setiap domba-domba-Nya yang masuk ke dalam kandang, bahkan Gembala itu mengenal nama setiap domba-domba-Nya. Yehezkiel 20:37 menyebutkan, "Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.”
Kita harus berwaspada, karena "pencuri dan perampok”, yaitu iblis, berusaha masuk dalam kandang domba, dalam jemaat yang digembalakan. Pencuri dan perampok masuk berusaha mencuri, membunuh dan membinasakan. Oleh karena itu dalam melaksanakan ibadah, kita harus jadikan rumah Tuhan sebagai rumah doa. Dalam melaksanakan ibadah kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh sejak awal hingga akhir ibadah. Kita harus mencari hubungan dengan Tuhan dalam doa kita. Janganlah justru pada saat doa, kita malah melakukan aktivitas lain, berbicara satu dengan yang lain, berjalan-jalan dan lain sebagainya. Karena jika kita tidak menjadikan rumah Tuhan sebagai rumah doa, maka pasti di dalamnya menjadi sarang penyamun, tempat pencuri dan perampok. Ditulis dalam Matius 21:12-13, Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."
Doa orang benar yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, besar kuasanya. Sebagaimana Elia, dia dengan bersungguh-sungguh berdoa, dan apa yang didoakan terjadi. Elia adalah orang biasa yang sama dengan kita. Kita pun jika berdoa dengan sungguh-sungguh maka besar kuasanya. Hal ini sebagaimana ditulis dalam Yakobus 5:16-18, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.”
Jika kita berdoa sungguh-sungguh, Tuhan memberikan jaminan bahwa apa saja yang kita minta, akan kita peroleh dari Tuhan. Dapat kita baca dalam 1 Yohanes 3:21-22, "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Juga dalam 1 Yohanes 5:14-15 disebutkan, "Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”
Kembali pada kisah dalam Matius 21:12 tadi, Tuhan menjadi marah karena rumah doa dijadikan sebagai sarang penyamun, jika dikaitkan dalam Yohanes 10:1 adalah seorang pencuri dan perampok. Pencuri dan perampok adalah iblis. Pencuri adalah suatu dosa yang berhubungan dengan uang (harta). Yudas sekalipun adalah murid Yesus, dia disebut sebagai iblis. Sebagaimana dapat kita baca dalam Yohanes 6:70-71, "Jawab Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis." Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.” Malah lebih jelas ditulis dalam Yohanes 12:4-6, "Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”
Selain pencuri itu mencuri harta, ada juga mencuri hati, sebagaimana yang dilakukan Absalom mencuri hati orang-orang Israel. Hal ini dilakukan Absalom karena dia melawan Daud, ayahnya. Kisah ini dapat kita baca dalam 2 Samuel 15:1-12. Seorang pencuri hati ini sangat berbahaya, apalagi dia ada di dalam kandang domba. Dengan kata-kata yang muluk-muluk dan bahasa yang manis, menipu atau mencuri hati orang yang tulus hatinya. Kita harus berwaspada terhadap pencuri semacam ini, bahkan harus kita hindari. Roma 16:17-19 memperingatkan kita, "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat.”
Jika ada di antara kita yang disengaja atau tidak sudah menjadi pencuri, baik mencuri harta ataupun mencuri hati, Tuhan masih berkemurahan tidak langsung menghukum tetapi memberi kesempatan untuk bertobat. Jangan mencuri lagi tetapi menjadi berkat bagi yang lain. Efesus 4:27-28 menuliskan, "dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” Haleluya.