Di
dunia ini sebenarnya manusia berada di antara dua pilihan. Apakah di pihak
benar dan kudus atau di pihak jahat dan cemar, sama seperti ada dua "bapa”,
yaitu Allah Bapa di Sorga yang sempurna dalam kebenaran dan kekudusan, ataukah
bapa iblis yang sempurna dalam kejahatan dan kecemaran. Tentu kita akan memilih menjadi anak-anak dari Allah Bapa di Sorga, untuk itu kita
harus memperhatikan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa dari hidup kita. Allah
Bapa di Sorga menghendaki kita sempurna dalam kebenaran dan kekudusan sama
seperti Dia, supaya kita layak dibawa ke gunung kudus, itulah Gunung Sion
dengan Kota Yerusalem Baru di mana ada kelimpahan air kehidupan di dalamnya
yang memancar keluar dari mata air kehidupan.
Sementara
itu, iblis selalu berusaha menggagalkan rencana Allah untuk menyempurnakan kita
dengan jalan menjebak manusia untuk menjadi jahat bertambah jahat dan cemar
bertambah cemar, dengan tujuan membuat manusia sempurna dalam dosa. Semakin
bertambah-tambah jahat dan cemar sehingga menjadi gunung dosa, dengan kota Babel
yang menuju kebinasaan dalam lautan api.
Untuk
itu kita benar-benar harus waspada supaya tidak terjebak masuk rencana iblis
yang berakhir pada kebinasaan ini, dengan kita mau terbuka hati untuk
sungguh-sungguh memperhatikan Pengajaran Firman Tuhan.
Di
dalam 2 Petrus 3:9 dituliskan bahwa Allah menghendaki
supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan
bertobat dari dosa-dosanya. Jadi, bila kita sudah terjerat dalam dosa, haruslah
kita segera berbalik dan bertobat. Namun orang yang mengeraskan hati dan tidak
mau bertobat, maka dia akan menjadi kehidupan yang jahat bertambah jahat dan
cemar bertambah cemar, seperti tertulis dalam Wahyu
9:20-21. Di sini manusia tidak mau bertobat dari kejahatannya, yaitu
dosa pencurian dan pembunuhan, juga dosa cemar, yaitu hidup dalam dosa
percabulan dan sihir. Tentang dosa sihir ini harus kita ketahui adalah dosa
kenajisan. Sebab merupakan hidup yang bergaul dengan roh-roh penyembahan
berhala dan di hadapan Tuhan adalah perzinahan secara rohani. Disebutkan bahwa
kehidupan yang mengeraskan hati serta tidak mau bertobat dari segala dosa-dosanya
walaupun sudah melihat malapetaka-malapetaka yang terjadi akibat murka Tuhan,
pasti mati dalam lautan api.
Perlu
kita sadari, kehidupan kita di dunia ini penuh ancaman, sewaktu-waktu bisa saja
datang malapetaka dan musibah dengan tidak terduga, untuk itu mari kita segera bertobat
dengan sungguh-sungguh supaya terhindar dari malapetaka dan kebinasaan. Kisah Para Rasul 3:19 menuliskan bahwa pertobatan akan
terjadi jika kita lebih dulu menyadari bahwa kita sudah berada di jalan yang
salah, kemudian menyesali akan dosa-dosa yang sudah kita perbuat, barulah terjadi
pertobatan yang benar.
Pentingnya
pertobatan adalah supaya dosa-dosa kita diampuni. Jadi, walaupun sudah sebagai
orang Kristen, tapi tanpa pertobatan yang benar, tidak akan menerima pengampunan
dosa. Kisah Para Rasul 5:31 menegaskan bahwa ada
pengampunan dosa bagi kita, asal kita mau bertobat.
Betapa
besar kasih Allah kepada kita, karena Ia tidak menghendaki seorang pun dari
kita binasa, sebagaimana terdapat pada Yehezkiel
18:31-32. Walaupun sepatutnya kita harus mati akibat dosa-dosa kita, Allah
masih memberikan kesempatan untuk kita mau bertobat supaya hidup. Jika Allah
saja tidak menghendaki kita mati, mengapa kita harus mati? Untuk itu marilah
kita mau bertobat supaya beroleh hidup.
Hal
yang sama dituliskan dalam Yehezkiel 33:11,
yaitu bahwa Tuhan tidak menghendaki orang berdosa mati dalam kejahatannya
melainkan Tuhan menghendaki pertobatan yang membawa pada kehidupan. Untuk
itulah Tuhan sampai sekarang masih bersabar dengan maksud memberi kesempatan yang
besar kepada manusia untuk bertobat dan hidup.
Perlu
kita perhatikan bahwa seruan Tuhan untuk bertobat ini bukanlah ditujukan untuk
orang-orang di luar Tuhan, yang tidak percaya dan tidak menerima Tuhan Yesus,
tetapi adalah untuk kita yang sudah mendapat kemurahan menjadi orang-orang
benar. Dikatakan demikian karena menurut Yehezkiel
33:13, ada orang benar yang seharusnya hidup, namun tidak sungguh-sungguh bertobat sehingga
kemudian berbuat curang atau dosa lagi. Maka terhadap orang seperti ini,
perbuatan-perbuatan kebenaran pada masa lalunya tidak akan diperhitungkan lagi.
Orang tersebut harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya.
Sebaliknya,
dalam ayat 14-16 dituliskan bahwa apabila ada
orang jahat yang sudah dipastikan mati, namun kemudian ia sungguh-sungguh
bertobat dari dosanya dan melakukan keadilan dan kebenaran, maka ia dipastikan
hidup, dan tidak akan mati, sebab segala dosa pada masa lalunya tidak akan
diingat-ingat lagi, dengan kata lain ada penghapusan dosa.
Dari
perbandingan tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa untuk kepastian hidup, kita
harus sungguh-sungguh bertobat dan melakukan keadilan dan kebenaran seperti
tertulis dalam Yehezkiel 33:19. Mengenai "melakukan keadilan dan kebenaran”, kita dapat membaca dalam Yeremia 23:1-5, pada ayat-ayat ini dituliskan bahwa
sidang jemaat adalah bagaikan domba-domba yang perlu digembalakan. Sebab di dalam
penggembalaan ada jaminan makan, minum,
dan keselamatan dari bahaya, dengan gembala sebagai penjaga dan yang
bertanggung jawab akan jiwa kita.
Sayangnya
dalam ayat-ayat ini ditunjukkan tegoran keras kepada para gembala yang tidak
bertanggung jawab menjaga kawanan
domba-domba Tuhan sehingga mengakibatkan domba-domba tercerai berai. Untuk
itulah, Allah menjanjikan datangnya gembala baik, itulah Tuhan Yesus Kristus
sebagai Akar Daud yang akan menggembalakan domba-domba-Nya. Ciri khas dari Gembala
Baik ini adalah melakukan keadilan dan kebenaran. Di dalam Hosea 2:18, dituliskan bahwa Tuhan mau menjadikan kita
istri-Nya dalam keadilan dan kebenaran sama seperti Dia.
Jadi
kita melihat bahwa pertobatan itu sangat penting supaya kita beroleh hidup, serta melakukan keadilan dan kebenaran
sehingga kita layak menjadi istri Tuhan Yesus Kristus, sempurna seperti Bapa di
Sorga.
Melihat
kehendak Allah yang mau supaya kita selamat, benarlah Firman Tuhan dalam Mazmur 8:5-6 bahwa siapakah kita ini sehingga Allah
mau mengingat dan mengindahkan kita? Walaupun pada penciptaan mula-mula manusia
diciptakan serupa dengan gambar Allah, namun manusia sudah jatuh dalam dosa,
sehingga seharusnya manusia tidak perlu diingat dan diindahkan lagi.
Kembali
pada 2 Petrus 3:9, dilanjutkan ayat 15a, di sini
kita melihat betapa besarnya kasih Allah yang tetap mau mengingat dan
mengindahkan kita yang berdosa. Sungguh Dia adalah Allah yang sabar, yang
menghendaki kita semua selamat, sehingga dengan kesabaran-Nya memberi
kesempatan untuk kita berbalik dan bertobat dari dosa-dosa kita, sesuai yang
tertulis dalam 1Timotius 2:3-4, Allah kita
menghendaki keselamatan kita.
Untuk
selamat, harus berbalik dan bertobat, mengenai kedua hal ini lebih dalam lagi
kita akan mempelajari pengertiannya, yang pertama tentang berbalik,
menurut 1Petrus 2:25 perlu berbalik karena sudah
tersesat seperti domba sesat. Memang benar, akibat dosa kita semua menjadi
domba sesat yang tidak mau mendengar suara gembala dan yang lebih suka menuruti
kehendak diri sendiri, seperti tertulis dalam Mazmur
49:14-15. Jika terus dalam kesesatan seperti ini maka akan bertemu
gembala lain, itulah gembala maut yang dapat membawa kepada kebinasaan.
Tuhan
tidak mau kita binasa oleh gembala maut, karena itu dalam 1 Petrus 2:25 tadi diajarkan untuk kita segera
berbalik kepada Tuhan Yesus, Gembala dan Pemelihara jiwa kita, yaitu dengan
kita mau menjadi domba-domba yang digembalakan. Sebagai domba yang mau
digembalakan maka sikap kita dalam Ibrani 13:17,harus mau taat dan tunduk kepada
pimpinan. Baik pimpinan itu adalah Tuhan sendiri maupun gembala-gembala manusia
yang sudah ditetapkan Tuhan.
Jadi,
untuk selamat kita harus berbalik, dari domba yang sesat menjadi domba yang mau
digembalakan. Yang kedua, setelah kita berbalik adalah harus bertobat.
Di dalam Roma 8:36 diajarkan bahwa bertobat adalah
kita siap menjadi domba-domba sembelihan setiap hari. Artinya kita mau menurut
dan berserah pada kehendak Tuhan melalui Firman-Nya.
Contohnya,
saat menerima Firman yang tajam menegor kesalahan-kesalan kita, kita tidak
tersinggung atau sakit hati melainkan dengan rendah hati mau mengakui
kesalahan, mohon ampunan Tuhan dan memperbaikinya. Inilah yang disebut bertobat.
Siap
menjadi domba sembelihan berarti siap menanggung risiko apapun, termasuk
merasakan sakitnya tegoran Firman. Ada saatnya Tuhan menggunakan cara-cara lain
untuk membuat kita bertobat. Di antaranya dengan mengizinkan kita mengalami
penderitaan-penderitaan badani. Namun,
semua itu ditujukan supaya kita menjadi jera dan tidak lagi berbuat dosa. Pada Roma 8:35, asalkan kita sungguh-sungguh mengasihi
Tuhan Yesus, tidak mau terpisah dari kasih-Nya, maka sesakit apapun yang kita
rasakan demi pertobatan itu, kita pasti sanggup bertahan.
Selanjutnya,
dalam 1 Petrus 4:1-3 yang dimaksud bertobat
adalah berhenti dari menuruti kehendak-kehendak daging. Untuk itu, daging kita
yang penuh keinginan-keinginan dosa ini haruslah "disembelih” dan digantikan
hidup yang mau menuruti kehendak Allah, yang dibaharui terus menerus sampai
sempurna menjadi Mempelai Perempuan Tuhan.
Demikianlah
Tuhan mengajarkan untuk kita beroleh keselamatan menjadi mempelai Tuhan. Yaitu
dengan kita mau berbalik dan bertobat selagi Tuhan masih memberi kesempatan
dengan panjang sabar-Nya. Kita mau menjadi domba-domba yang digembalakan dan
menjadi domba-domba yang siap disembelih dengan menuruti setiap FirmanNya.
Tuhan Yesus Kristus Mempelai Pria Sorga kiranya menolong dan menguatkan kita
sampai kita sempurna sama seperti Dia. Haleluya.