Raja di Atas Segala Raja dan Tuan di Atas Segala Tuan
Uncategorized
Menjadi orang besar dan terkemuka, tentulah ini menjadi keinginan semua orang. Tidak terkecuali bagi kita anak-anak Tuhan pun mau menjadi besar dan terkemuka. Namun yang perlu diperhatikan adalah seperti dalam Markus 10:43-45 mengajarkan: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya”. Teladan sempurna yang sudah menjadi besar dan terkemuka karena mau merendahkan diri menjadi pelayan dan hamba adalah Tuhan Yesus sendiri.
Disebutkan Tuhan Yesus datang ke dunia bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Ini bukti Ia mau menjadi pelayan, dan Tuhan Yesus juga rela datang ke dunia dengan tujuan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, karena Ia mau menjadi hamba. Mengapa demikian? Filipi 2:7-8 menuliskan bahwa ada dua hal yang telah Tuhan kerjakan, yaitu pertama: Ia mau mengosongkan diri dari ke-Allahan-Nya dan mengambil rupa hamba, sama dengan manusia. Dengan rela Tuhan mau melakukan hal ini karena Ia mau melayani kita. Kedua, bahwa Tuhan dalam keadaan sebagai manusia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Hal ini dilakukan-Nya karena Ia mau menempatkan diri sebagai hamba.
Lebih dalam lagi kita melihat teladan Tuhan Yesus dengan membaca Roma 15:7-9. Teladan Tuhan Yesus di sini adalah bahwa Ia telah menjadi pelayan, baik bagi Bangsa Israel maupun Bangsa Kafir (kita semua), supaya kita sebagai Bangsa Kafir bisa mengenal dan memuliakan Allah. Meskipun Tuhan Yesus adalah Anak Allah yang banyak ditentang dan tidak diakui oleh orang-orang Yahudi seperti tertulis di dalam Yohanes 5:18, namun Ia rela merendahkan diri, dan mau melayani manusia. Sebab Ia adalah Anak Allah yang mau melakukan segala perintah Bapa sampai selesai. Ini juga dapat menjadi teladan bagi kita supaya dalam bekerja melayani Tuhan, harus sampai selesai. Dalam Yohanes 4:34 dituliskan bahwa bagi Tuhan Yesus melaksanakan perintah Bapa sampai selesai adalah makanan-Nya.
Lantas, apakah perintah Bapa kepada Tuhan Yesus? Perintah itu adalah supaya Tuhan Yesus menjadi pelayan manusia di bumi dan telah Tuhan kerjakan dalam bentuk menyembuhkan orang sakit, mengusir setan-setan, dan masih banyak hal yang lain, bahkan yang terutama adalah menyelamatkan manusia. Bahkan Yohanes 17:4 menuliskan bahwa Tuhan telah menyelesaikan perintah Bapa sehingga Bapa dipermuliakan.
Selain telah rela menjadi pelayan, Tuhan Yesus juga mau menjadi hamba. Atau lebih tepatnya menjadi budak, yaitu orang yang diperjualbelikan untuk dipekerjapaksakan. Dalam Matius 26:14-16 kita melihat bagaimana Tuhan Yesus benar-benar menjadi budak yang dijual oleh Yudas dengan harga tiga puluh uang perak. Selanjutnya, di atas kayu salib kita melihat wujud nyata keadaan Tuhan yang telah menjadi budak. Sebagai seorang budak, Tuhan Yesus harus mengerjakan apa saja yang diperintahkan. Walau itu berat, penuh risiko, bahkan sampai menyerahkan nyawa, tetap harus Ia lakukan. Sehingga bersyukur atas kerelaan Tuhan Yesus menjadi budak dengan Ia tergantung di kayu salib, sebab oleh korban-Nya ini kita menerima berkat besar berupa pengampunan dosa dan kesembuhan oleh kuasa darah Yesus.
Melalui teladan-Nya, Tuhan Yesus membawa kita menjadi besar dan terkemuka sama seperti Dia, yaitu dengan kita juga mau menjadi pelayan dan hamba seperti Tuhan Yesus, kita mau melakukan segala perintah Tuhan dalam Firman-Nya dengan penuh tanggung jawab dan sampai selesai. Setelah melewati pengorbanan-Nya, menjadi pelayan dan budak bagi kita, maka Tuhan Yesus sudah menjadi yang terbesar dan terkemuka seperti tertulis pada Wahyu 19:14-16. Dia menjadi besar dan terkemuka di Sorga karena semua pasukan Sorga mengikuti Dia yang menunggangi kuda putih, berpakaian lenan halus yang putih bersih dan yang mulut-Nya mengeluarkan sebilah pedang tajam, dan nama-Nya adalah "Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan”.
Dalam 1 Timotius 6:14-16 menuliskan bahwa pribadi Tuhan Yesus sebagai Raja dan Tuan di atas segala-galanya merupakan Penguasa satu-satunya dan penuh bahagia. Satu-satunya pribadi yang tidak takluk kepada maut yang bersemayam dalam terang yang tidak terhampiri. Bagi Dialah hormat, kuasa yang kekal.
Penampilan Tuhan Yesus sebagai Raja diatas segala raja mau menyatakan bahwa Ia adalah Yang Besar, sebab Ia telah rela menjadi pelayan manusia dan dikatakan sebagai Tuan diatas segala tuan menunjukkan pribadi-Nya adalah yang terkemuka, yang sudah rela menjadi budak untuk menolong kita. Bagi kita, Dialah Kepala yang tertinggi.
Oleh karena itu, marilah kita mengikuti teladan Tuhan Yesus, dengan kita mau merendahkan diri menjadi pelayan dan hamba bagi saudara-saudara kita. Maka pasti kita menerima berkat besar menjadi yang terbesar dan terkemuka, sama seperti Tuhan Yesus. Dengan kata lain kita menjadi isteri dari Raja dan Tuan di atas segala-galanya, isteri dari Anak Domba yang berkemenangan seperti tertulis dalam Wahyu 17:14. Jadi, bagi kita yang mau merendahkan hati seperti teladan Yesus, ada jaminan kemenangan atas segala musuh, bahkan berhak masuk kota Yerusalem Baru. Amin.