PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Mei
14

Kekuatan Damai Sejahtera Allah

Kekuatan Damai Sejahtera Allah
Uncategorized
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, Mempelai Pria Sorga. Kita patut bersyukur pada Tuhan karena Tuhan selalu baik, termasuk bila sekarang kita dalam keadaan sehat, itu merupakan kemurahan Tuhan. Karena untuk dapat datang beribadah kepada Tuhan, ada tiga hal yang kita perlukan. Pertama, tubuh yang sehat. Bagaimana mungkin kita bisa datang beribadah jika tubuh kita sakit, apalagi harus dirawat di rumah sakit. Tidak cukup hanya tubuh sehat, kita pun perlu adanya waktu atau kesempatan untuk beribadah. Walaupun tubuh sehat, namun bila tidak menyempatkan diri datang beribadah, maka tetap tidak bisa beribadah. Selain kesehatan dan kesempatan, satu hal lagi masih kita perlukan untuk bisa datang beribadah, itulah kemauan atau kehendak dari diri sendiri. Sekalipun sehat dan ada kesempatan, tetapi bila malas beribadah, pasti terhambat juga untuk datang beribadah kepada Tuhan. Untuk itu, bila tubuh kita sekarang sehat, kita punya kesempatan dan kemauan untuk beribadah kepada Tuhan, ini adalah kemurahan dan kebaikan Tuhan bagi kita. Sebab Tuhan mau berkarya melalui kuasa Firman yang kita terima dalam ibadah untuk menyempurnakan kita menjadi sama seperti Bapa di Sorga.

Dalam 1 Tesalonika 5:23 dapat kita baca bahwa Allah damai sejahtera menghendaki kesempurnaan terjadi pada kita meliputi tubuh, jiwa dan roh. Untuk itu Tuhan berkarya pada tubuh kita, menyempurnakan sampai organ tubuh paling dalam, dibuktikan dengan dibebaskan dari segala penyakit. Tuhan juga berkarya menyempurnakan jiwa dan roh kita sehingga jiwa kita ada ketenangan dan rohani kita adalah rohani yang sehat. Inilah kesempurnaan yang Tuhan ingin kerjakan dalam kita sampai kita tak bercacat dan siap menyambut kedatangan-Nya.

Disebutkan di atas bahwa Allah kita adalah "Allah damai sejahtera” dan memang benar Allah kita adalah Allah sumber damai sejahtera, seperti tertulis dalam Roma 15:33. Sehingga bila kita menempatkan Allah di dalam hati kita, maka kita pasti akan merasakan damai sejahtera terus menerus, tiada habisnya. Ditambah lagi kita mendapat berkat berupa kuasa untuk menghancurkan iblis di bawah kaki kita seperti yang dinyatakan dalam Roma 16:20. Karena iblis ditaklukkan, maka pasti segala permasalahan kita pun beres. Bila damai sejahtera Allah ada dalam hati kita, maka yang pertama damai sejahtera itu akan menjaga hidup kita supaya jangan kita merasa putus asa menghadapi apapun juga; bahkan jangan sampai kita berputus asa lalu terjerumus dalam dosa. Selanjutnya, damai sejahtera Allah itu kita perlukan karena ada kuasa untuk menyempurnakan kita.

Lantas bagaimanakah caranya supaya hati kita dipenuhi damai sejahtera Allah? Kolose 1:21-22 menjelaskan bahwa Allah yang memberikan damai sejahtera-Nya kepada kita melalui kematian Kristus. Sebab oleh kematian Kristus di kayu salib telah memperdamaikan kita yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran yang nyata pada perbuatan kita. Setelah diperdamaikan dengan Allah, selanjutnya korban Kristus menggarap hidup kita sampai kita layak ditempatkan di hadapan Allah sebagai yang kudus, tidak bercela dan tidak bercacat, dengan kata lain dalam keadaan sempurna. Jadi, untuk mendapat damai sejahtera Allah, maka kita harus menerima dan menghargai korban Yesus di kayu salib.

Bila di atas korban salib Tuhan Yesus berkarya memperdamaikan kita dengan Allah, maka Efesus 2:14-15 menuliskan bahwa korban Tuhan Yesus merobohkan tembok perseteruan di antara kita. Karena sudah tidak ada lagi perseteruan, maka pasti ada damai sejahtera. Inilah berkat dari korban kematian Yesus di kayu salib. Namun Tuhan Yesus tidak hanya mati saja. Ibrani 13:20-21 mengatakan bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan oleh kuasa kebangkitan Tuhan memberikan damai sejahtera bagi kita. Kesimpulannya, damai sejahtera diberikan kepada kita melalui kuasa kematian dan kebangkitan Yesus.

Dalam kematian-Nya, Tuhan Yesus dikenal sebagai "Gembala baik”, sesuai yang tertulis dalam Yohanes 10:11, 15. Gembala yang baik karena rela menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Kita yang telah merasakan kebaikan dan kasih Tuhan yang dibuktikan dengan penyerahan nyawa-Nya, maka Yohanes 12:25-26 mengajar kita untuk mau mengasihi dan membalas kebaikan Tuhan dengan cara "siap menyerahkan nyawa untuk Tuhan”. Menyerahkan nyawa di sini mempunyai pengertian bahwa kita mau melayani Tuhan dengan segala pengorbanan atau risiko apapun yang harus dihadapi. Apabila kita siap melayani dengan segala pengorbanan, bahkan nyawa sekalipun, maka kita justru memelihara nyawa kita untuk hidup yang kekal.

Bila dalam tanda kematian-Nya Tuhan Yesus adalah Gembala baik, maka dalam tanda kebangkitan-Nya Tuhan disebut sebagai "Gembala Agung”. Yesus tidak lagi sebagai Gembala yang menyerahkan nyawa bagi domba-domba-Nya, tetapi Dia datang untuk memberikan mahkota kehidupan bagi kita; seperti tertulis dalam 1 Petrus 5:4. Menurut Yohanes 10:17-18, kebangkitan Yesus berarti Dia yang telah memberikan nyawa-Nya, menerimanya kembali, sesuai tugas yang diterima dari Bapa. Jadi, Tuhan Yesuslah yang berkuasa memberikan nyawa-Nya, karena Dia adalah Gembala yang baik, namun Dia juga berkuasa mengambil nyawa-Nya kembali.

Sebagai Gembala Agung, keagungan-Nya kita kenal melalaui pribadi-Nya sebagai "Kepala” yang lebih tinggi dari segala pemerintah, penguasa, dan lain sebagainya yang ada di bumi maupun yang di Sorga. Sekarang, kita tidak lagi sebagai domba sesat, tetapi kita menjadi domba-domba yang digembalakan oleh Tuhan Yesus, Gembala Agung, Pemelihara jiwa kita seperti disebutkan dalam 1 Petrus 2:25.

Kembali pada 1 Tesalonika 5:23. Pada ayat ini, kita lihat bahwa Allah damai sejahtera mau menguduskan dan menyempurnakan kita. Ayat ini mempunyai pengertian bahwa sebelum menguduskan dan menyempurnakan kita, Allah mau memberikan damai sejahtera-Nya bagi kita. Karena dosa, manusia tidak memiliki damai sejahtera. Akibatnya mereka berusaha mencari damai sejahtera dengan segala macam cara. Sayangnya banyak manusia yang tidak mengetahui bahwa damai sejahtera adalah bersumber pada Allah sendiri. Melalui damai sejahtera yang dikerjakan-Nya di dalam korban Yesus Kristus di kayu salib, Allah mau berkarya untuk menguduskan dan menyempurnakan kita.

Seperti dituliskan dalam Ibrani 10:14, 10, hanya oleh satu korban saja, itulah korban salib Yesus, telah menguduskan kita dan kemudian menyempurnakan kita. Yang pertama, melalui korban salib Yesus menguduskan kita yang percaya kepada-Nya. Kita dikuduskan dari segala dosa sehingga kita layak disebut sebagai "orang-orang kudus”. Sama seperti sebutan untuk jemaat-jemaat Efesus, Filipi dan Kolose yang bisa kita lihat dalam Efesus 1:1, Filipi 1:1 dan Kolose 1:1-2. Kita yang hina dan penuh dosa serta kejahatan, tetapi Tuhan mau menguduskan kita, memisahkan kita dari dosa untuk menjadi milik Allah.

Selanjutnya, mengenai orang-orang kudus, dituliskan dalam Wahyu 5:8 dan 8:3-4, bahwa doa orang-orang kudus itu bagaikan asap kemenyan yang naik sampai ke hadirat Allah. Ini berarti doa orang-orang kudus itu berkenan kepada Allah. Bila doa kita berkenan kepada Allah, maka sudah pasti doa kita didengar dan dikabulkan Allah. Hanya oleh korban Yesus Kristus, kita bisa menjadi orang-orang kudus, menjadi milik Allah bahkan doa kita pasti dikabulkan Tuhan. Bila dihubungkan dengan Tabernakel, korban Yesus Kristus di kayu salib menunjuk pada Mezbah Korban Bakaran yang terletak di halaman Tabernakel. Pada Mezbah Korban Bakaran ini merupakan tempat korban-korban penghapus dosa dipersembahkan. Hal ini menunjuk pada korban Yesus Kristus yang menghapus segala dosa-dosa kita. Wahyu 5:9-10 mengatakan bahwa korban Yesus yang mati di kayu salib adalah sebagai Anak Domba Allah yang disembelih. Dia disembelih dan  darah-Nya tercurah  untuk menebus kita menjadi orang-orang kudus,  menjadi imam-imam dan raja-raja.

Bila melalui korban Yesus sudah menjadikan kita sebagai orang-orang kudus, maka Wahyu 5:8 dan 8:3 mau menunjukkan bahwa ciri khas orang-orang kudus itu adalah suka berdoa, bagaikan dupa di atas alat Mezbah Dupa di ruangan suci Tabernakel, yang berbau harum dan naik sampai ke hadirat Allah. Dalam berkat Firman Tuhan melalui Pengajaran Mempelai Alkitabiah kita telah mengetahui ada tiga waktu doa utama, yakni jam sembilan pagi, jam dua belas siang, dan jam tiga sore.

Tidak cukup hanya menjadi orang-orang kudus, kita juga harus diproses untuk menjadi sempurna. Seperti halnya dikuduskan, kita pun disempurnakan hanya oleh satu korban, itulah melalui korban Yesus di kayu salib. Dijelaskan dalam Kolose 1:21-22 bahwa oleh korban Yesus, kita yang dahulu hidup jauh dan bermusuhan dengan Allah, karena dosa, maka sekarang telah diperdamaikan dengan Allah, sehingga kita bisa merasakan damai sejahtera dalam hidup kita. Filipi 4:7 menuliskan bahwa damai sejahtera dari Allah ini akan memelihara hati dan pikiran kita dari hal-hal yang jahat! Sebab hati dan pikiran yang jahat itu adalah masa lalu saat masih jauh dan bermusuhan dengan Allah. Hati dan pikiran yang jahat itu membuat hidup tidak ada damai sejahtera. Tetapi sekarang, setelah dikuasai oleh damai sejahtera Allah, maka hati dan pikiran kita akan terarah untuk melakukan yang baik sampai mencapai kesempurnaan.

Lebih luar biasa lagi, kekuatan damai sejahtera Allah sanggup menghancurkan iblis di bawah kaki kita. Sehingga pada kita ada jaminan kemenangan, yang akan membawa kita untuk mencapai kesempurnaan menjadi mempelai perempuan Tuhan. Untuk itu dalam Filipi 4:6 kita dinasihati supaya jangan kuatir tentang apaun juga. Tapi baiklah kita menyatakan dalam doa dan  permohonan dengan ucapan syukur kepada Tuhan. Sekali lagi, doa dari orang kudus pasti didengar dan dijawab oleh Allah.

Kesimpulan yang dapat kita ambil, kita tidak cukup hanya dikuduskan, namun harus disempurnakan menjadi mempelai Tuhan. Sebab bila hanya menjadi orang-orang kudus, Wahyu 12:17, 13:5-7 menuliskan bahwa yang tidak menjadi mempelai Tuhan, akan menjadi pelampiasan amarah naga dalam aniaya antikristus selama tiga setengah tahun. Wahyu 18:20 menuliskan bahwa oleh karena orang-orang kudus maka Babel dihukum. Tetapi Wahyu 17:6, 18:24 juga memperingatkan kita bahwa orang-orang kudus akan dibunuh. Lebih jelasnya tertulis dalam Wahyu 6:9-11. Orang-orang kudus yang berpegang pada hukum Allah dan kesaksian Yesus, mereka dikalahkan. Namun demikian bukan berarti menjadi orang-orang kudus itu sia-sia atau tidak berharga! Sebaliknya, sangat penting untuk proses kesempurnaan kita. Sebab kita tidak bisa disempurnakan bila tidak lebih dahulu dikuduskan.

Tuhan menghendaki kita untuk tidak berhenti hanya menjadi orang-orang kudus. Tuhan menghendaki sebagai orang-orang kudus, kita berlanjut disempurnakan sebagai mempelai Tuhan yang tidak akan mengalami kematian, lolos dari aniaya antikristus bahkan memperoleh hidup kekal di kota Yerusalem Baru. Amin!




Post a comment