PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Agu
6

Mata Rohani Dicelikkan

Mata Rohani Dicelikkan
Uncategorized
"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!” Firman Tuhan dari Mazmur 95:6-7 ini merupakan undangan bagi kita, untuk menjadi umat gembalaan-Nya yang beribadah kepada Tuhan.  Juga dalam Mazmur  100:3-4; "Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. 100:4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!”

Tuhan menghendaki kita menjadi domba yang digembalakan sebagai satu kawanan domba. Untuk itu Tuhan akan mengangkat seorang gembala dalam satu kawanan domba itu untuk menggembalakan sebagaimana dalam Yehezkiel 34:23; "Aku akan mengangkat satu orang gembala atas mereka, yang akan menggembalakannya, yaitu Daud, hamba-Ku; dia akan menggembalakan mereka, dan menjadi gembalanya.” Sebagai domba yang digembalakan, janganlah kita mengeraskan hati terhadap suara gembala, terhadap suara Firman Tuhan.

Sebagai kawanan domba yang digembalakan, harus mau beribadah sebagaimana disebutkan tadi dengan kata "sujud menyembah.” Sujud menyembah ini juga dilakukan orang bangsa Israel dalam Keluaran 4:31; "Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah.”

Sujud atau bertekuk lutut merupakan sikap doa dan penyerahan diri kita kepada Tuhan. Filipi 2:9-11 menulis: "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Tuhan Yesus sendiri berlutut berdoa di taman Getsemani sebagaimana ditulis dalam Lukas 22:40-41; "Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, … Berdoa ini sangat penting. Selain dilakukan dengan senantiasa, namun alangkah baiknya kita juga lakukan di pagi hari setelah kita bangun tidur sebelum mengerjakan segala pekerjaan kita. Kita mulai hari yang baru dengan berdoa. Selain itu, berlutut juga mempunyai pengertian kita mau datang merendahkan diri di hadapan Tuhan. Tuhan pasti memperhatikan dan mendengar doa kita bahkan menjawab apa yang kita doakan.

Jika berlutut merupakan penyerahan tubuh kita kepada Tuhan, menyembah merupakan penyerahan jiwa dan roh kita kepada Tuhan. Maka Tuhan adalah Allah yang besar, sanggup melakukan keajaiban bagi kita. Mazmur 86:10 menulis: Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah. Juga dalam Mazmur 77:14-15 menyebutkan Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa.

Namun mengapa seseorang tidak dapat sujud menyembah kepada Tuhan? Ada kisah dalam Yohanes 9:1-38 tentang seorang buta sejak lahir yang menjadi pengemis. Pada saat dia bertemu Yesus, dia mengalami keajaiban pada saat Yesus mencelikkan matanya.  Setelah matanya celik, disebutkan pada ayat 35-38: "Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?" Jawabnya: "Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!" Katanya: "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya.” Dia segera sujud menyembah Yesus setelah matanya dicelikkan.

Bukankah seringkali disadari atau tidak, mata rohani kita sebenarnya buta? Karena buta maka rohani kita pun menjadi miskin. Akibat buta, maka kita tidak percaya dan tidak dapat sujud menyembah.  Kita baca tadi, setelah orang buta itu dicelikkan dia berkata "Aku percaya, Tuhan!” dan segera sujud menyembah. Rohani buta disebabkan karena "dunia” ini, surat 2 Korintus 4:3-4 menulis: Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.”

Cara yang digunakan Tuhan untuk mencelikkan mata orang yang buta tadi disebutkan pada ayat 6-7: "Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.” "Ludah” mempunyai pengertian Firman Tuhan yang tajam mengoreksi.  Matius 4:4 menulis: Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Dapat kita bayangkan apabila kita diludahi orang, maka tentunya dapat membuat hati kita tersinggung. Demikian juga Firman Tuhan itu mencari hati kita, bahkan mau tinggal dalam hati kita. Baiklah jangan kita tersinggung atau mengeraskan hati dan menolak Firman Tuhan pada saat Firman Tuhan yang tajam mengoreksi kehidupan kita sehingga terjadi keajaiban, mencelikkan mata rohani kita.

Setelah Tuhan mengolesi matanya dengan ludah yang sudah dicampur dengan tanah, Tuhan menyuruh orang itu pergi ke kolam Siloam membasuh diri. Ini membutuhkan ketaatan. Seandainya orang tadi setelah diolesi matanya dengan tanah bercampur ludah dan tidak mau menurut untuk membasuh diri di kolam Siloam, maka pasti matanya tidak akan celik. Kita juga harus menurut terhadap Firman Tuhan sehingga keajaiban itu benar-benar nyata dalam hidup kita. Mata rohani kita dicelikkan!

Setelah orang buta tadi dicelikkan dia mendapat tantangan dari orang Farisi yang mempersoalkan bagaimana dia dicelikkan. Bahkan sampai mereka memanggil orang tuanya untuk menanyakan bagaimana orang itu dicelikkan. Bukan hanya itu dia harus menanggung risiko diusir oleh orang Farisi. Ini artinya setiap orang yang mengalami pencelikkan mata rohani, dia harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana keselamatan itu adalah tanggung jawab masing-masing. Namun demikian, kita tidak seorang diri. Orang buta tadi, setelah diusir oleh orang-orang Farisi, dia bertemu dengan Yesus.



Post a comment