Upah Dosa dan Upah Mencari Tuhan
Uncategorized
"Tidak satu pun manusia yang sempurna”. Perkataan ini sangat tepat mengingat keadaan manusia banyak kelemahan dan kekurangan. Manusia dengan mudah terjerumus untuk berbuat dosa. Seiring perkembangan zaman, dosa pun semakin berkembang, menyebabkan semua manusia tidak lagi memiliki kemuliaan Allah, tidak ada lagi kemerdekaan, sebaliknya dibayang-bayangi maut kekal.
Tuhan Yesus melalui Firman-Nya berkata, "Haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di Sorga adalah sempurna”. Tuhan Yesus mengerti bahwa manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan dan kesempurnaan Allah yang dulu ada pada waktu manusia pertama diciptakan. Adam diciptakan serupa dengan gambar dan teladan Allah. Karena dosa, Adam kehilangan kemuliaan Allah, berlanjut sampai kepada keturunan-keturunannya, bahkan sampai zaman kita sekarang. Saat ini dosa makin merajalela menguasai manusia, membuat manusia tidak lagi memiliki damai sejahtera.
Hidup dalam dosa adalah hidup tanpa damai sejahtera. Dikatakan demikian sebab hidup dalam dosa berarti sudah kehilangan kemuliaan Allah. Layaknya orang kehilangan sesuatu pasti merasa sedih, kecewa, bingung bahkan marah-marah. Situasi seperti ini berarti tanpa damai sejahtera bukan? Selanjutnya, hidup dalam dosa berarti diperbudak oleh dosa, hilang kemerdekaan. Seorang budak adalah orang yang sudah dijual, tidak berharga dan selalu dipaksa untuk bekerja dan bekerja. Suatu hidup yang penuh kelelahan. Demikian juga halnya bila menjadi hamba atau budak dosa, diperintah untuk selalu berbuat dosa sampai menjadi lelah baik secara jasmani maupun secara rohani dan pasti tidak ada damai sejahtera.
Yang lebih ngeri lagi, bila hidup dalam dosa dibayang-bayangi oleh maut, sebab upah dosa adalah maut. Maut di sini berarti kematian kekal atau lebih tepatnya siksaan kekal di neraka. Hidup yang dibayang-bayangi kematian pasti dalam ketakutan dan pasti tidak ada damai sejahtera. Tetapi puji syukur kepada Tuhan karena melalui korban salib Yesus yang berkuasa mengampuni segala dosa-dosa kita. Oleh korban Tuhan Yesus, kemuliaan Allah yang telah hilang karena dosa, dikembalikan lagi kepada kita. Kita pun dimerdekakan dari perbudakan dosa dan mendapat jaminan hidup kekal di Yerusalem Baru. Pastilah kita juga mendapat damai sejahtera dari Allah. Damai sejahtera yang sanggup menyempurnakan kita, menjadi sama seperti Bapa di Sorga. Amin.
Dalam Roma 6:23 dituliskan bahwa upah dosa adalah maut. Tentang upah, Roma 4:4 menuliskan bahwa upah adalah hak bagi orang yang bekerja. Orang yang berbuat dosa berarti bekerja untuk dosa, pasti sudah tersedia upah yang kelak diterima sesuai perbuatannya, seperti tertulis dalam Wahyu 22:12. Upah tidak hanya diterimakan kepada orang yang berbuat dosa saja, 2 Korintus 5:10 menulis bahwa kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, untuk menerima apa yang patut diterima sesuai perbuatan kita, baik ataupun jahat.
Tuhan mengingatkan supaya kita tidak hidup menuruti dosa, tidak lagi berbuat jahat seperti tertulis dalam 2 Petrus 2:12-15. Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang yang berbuat jahat atau berbuat dosa disamakan dengan binatang yang tidak berakal, yang lahir hanya untuk dimusnahkan. Bahkan disamakan dengan kotoran (=tinja). Sungguh menjijikkan dan sia-sia hidup orang berdosa. Sifat dosa mengikat, sehingga orang yang terikat dalam dosa tidak pernah merasa jemu berbuat dosa. Mengapa tidak jemu? Karena selalu mengharap mendapat upah dari perbuatannya. Seperti Bileam bin Beor yang bersedia diperintah untuk mengutuki Bangsa Israel demi mendapat upah.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa bukan hanya orang yang berbuat dosa saja yang mendapat upah, orang yang berbuat baik pun akan mendapat upah dari perbuatan baiknya. Syarat untuk mendapatkan upah yang baik, kita mau mencari Allah dengan sungguh-sungguh, seperti tertulis dalam Ibrani 11:6. Pada ayat 24-26 dituliskan tentang teladan Musa yang mau mengarahkan pandangan kepada upah dari Allah, karena itu ia memilih untuk meninggalkan kenikmatan dan kekayaan sebagai anak putri Firaun, lebih suka menderita sengsara bersama umat Allah. Mengapa Musa memilih hal ini? Sebab Musa menganggap bahwa menderita karena Kristus itu adalah suatu kekayaan yang lebih besar dari segala harta Mesir, bahkan dari segala harta dunia. Sebab harta dunia ini sifatnya hanya sementara, tetapi upah dari Allah itu kekal.
Untuk itu marilah kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan, yaitu melalui kita setia dan giat beribadah serta melayani Tuhan. Jangan kita membiasakan diri menjauhi pertemuan-pertemuan ibadah, seperti tertulis dalam Ibrani 10:25. Sebab bila kita tetap setia, tidak mundur dari iman dan kasih kepada Tuhan Yesus, maka ayat 35 menyebutkan bahwa ada upah yang besar menanti kita. Ayat 37-39 mengingatkan bahwa waktu kedatangan Tuhan kembali sudah sangat dekat, tinggal sedikit waktu, yang berarti sudah dekat saat-saat menerima upah yang baik, upah dari Allah, berupa hidup yang di Sorga. Haleluya!