Mencari Tuhan
Uncategorized
Rambu-rambu lalu lintas adalah tanda atau petunjuk yang digunakan dalam perjalanan agar sampai pada tujuan dengan aman dan selamat. Pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas akan berakibat kecelakaan bahkan bisa berujung maut atau kematian. Demikian juga perjalanan kekristenan kita bagai berjalan di jalan untuk mencapai suatu tujuan, yaitu masuk Kota Yerusalem Baru (Sorgawi). Perjalanan tersebut juga memerlukan rambu-rambu agar tetap berada pada jalan Tuhan yang bisa membawa kita sampai pada tujuan.
Berada di jalan Tuhan berarti berada di jalan lurus. Amsal 8:17 menulis, berjalan di jalan lurus itu bagaikan kita mencari Tuhan. Dasar mencari Tuhan karena kita mengasihi Tuhan. Sementara Amsal 4:11-12; 8: 10-12 menulis, dalam mencari Tuhan kita memerlukan "hikmat” dan hikmat itu adalah kekayaan yang lebih berharga daripada emas maupun perak. Hikmat inilah yang menuntun kita untuk tetap berada pada jalan lurus sehingga perjalanan kita dalam mencari Tuhan tidak terhambat dan tidak tersandung. Kitab Mazmur 34:5 mengatakan, apabila kita mau sungguh-sungguh mencari Tuhan dengan memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan, maka Tuhan menjawab kita. Pada saat itulah, segala kegentaran kita dilepaskan Tuhan.
Selanjutnya, dalam 2 Tawarikh 15:2,4,15, kita melihat betapa Tuhan begitu baik bukan hanya berkenan ditemui, tetapi juga memberkati orang-orang yang mencari-Nya. Berkat yang dilimpahkan adalah keamanan, baik keamanan dalam nikah, keluarga maupun pekerjaan sehingga hidup kita berbahagia. Ada satu syarat supaya kita bisa bertemu Tuhan seperti yang ditulis pada ayat 1 dan 2, yakni mau mendengar Firman Tuhan yang disampaikan hamba-Nya, mau tetap beserta Tuhan atau tidak membiarkan Tuhan; dan kita tidak meninggalkan Tuhan. Ada satu teladan bagi kita, yaitu Raja Asa yang mau mendengar Firman Tuhan. Meskipun dia seorang raja, ia mau mendengar perkataan Nabi Azarya yang diutus oleh Tuhan. 1 Timotius 5:17 juga mengajar agar kita menghormatidan mendengar perkataan-perkataan Hamba Tuhan yang menyampaikan Firman, terutama yang sudah berjerih lelah berkhotbah dan mengajar.
Berikut agar kita menemukan Tuhan saat kita mencari-Nya, Tuhan mengajar supaya kita jangan membiarkan dan meninggalkan Tuhan. Wujudnya dengan kita mau memperhatikan dan setia beribadah kepada Tuhan. Kalau kita tidak membiarkan dan meninggalkan Tuhan, maka Tuhan pun tidak membiarkan dan meninggalkan kita. Sebaliknya kalau kita membiarkan dan meninggalkan Tuhan, akibatnya seperti yang tertulis pada 2 Tawarikh 15:3, yaitu hidup tanpa Allah yang benar, tanpa pengajaran, dan tanpa hukum. Tiga akibat ini akan kita bahas satu persatu.
Yang pertama, hidup tanpa Allah yang benar, berarti hidup dalam kekafiran; yakni hidup tidak mengenal Allah yang benar melainkan menyembah berhala. Melalui Firman PMA, kita mengenal Allah yang benar adalah Firman. Sebab pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman adalah Allah sendiri(Yohanes 1:1).Hidup tanpa Allah berarti tidak percaya Firman. Sangat rugi karena tidak merasakan kuasa Firman yang sanggup membuat doa kita dikabulkan Tuhan. Sebab dalam Markus 11:22-24 menuliskan asal percaya Firman dan tidak bimbang hati, maka apa yang kita minta dalam doa kepada Tuhan, pasti kita menerimanya. Amin. Walaupun yang kita doakan adalah mustahil di mata manusia, namun oleh kuasa Firman Tuhan pasti terjadi.
Apabila kita percaya Firman, kita dibawa untuk mengenal dan memiliki Allah yang benar. Yaitu Allah yang Esa, sesuai yang ditulis dalam 1 Korintus 8:3-6, Allah yang esa adalah satu-satunya Allah yang benar. Apabila ada "allah” lain, dengan jumlah banyak, maka itu bukan Allah, melainkan berhala. Kita harus benar-benar mengenal Allah, untuk itu kita harus sungguh-sungguh mengasihi-Nya. Allah yang Esa, menurut Yohanes 4:23-24 adalah Allah Roh, karena itu Ia tidak bisa dilihat dengan mata jasmani kita, namun harus kita sembah dalam roh dan kebenaran. Sedangkan "allah” yang bisa dilihat, itu bukan Allah yang berhala.
Yang kedua, tentang hidup tanpa pengajaran. Dalam Yesaya 5:24 dituliskan penyebab hidup tanpa pengajaran adalah karena menolak pengajaran yang diberikan Tuhan. Akibat menolak pengajaran akan dibakar dan akan tertimpa malapetaka-malapetaka seperti dituliskan dalam Yeremia 6:10, 19. Oleh sebab itu, Yesaya 2:2-3 mengajak kita untuk berjuang mendapatkan Firman Pengajaran yang keluar dari Sion dan dari Yerusalem. Itulah Firman dalam Pengajaran Mempelai Alkitabiah(PMA) bagi kita sekarang.
Yang ketiga, hidup tanpa hukum. Kalau ada hukum, semuanya menjadi tertib, teratur, dan sopan. Namun tanpa hukum yang terjadi adalah kekacauan. Dalam 1 Korintus 14:33,40 kita melihat bahwa yang menjadi kehendak Tuhan adalah kita hidup dengan tertib, teratur, tidak menjadi seperti domba liar. Untuk itulah perlu adanya hukum agar tidak liar seperti tertulis dalam Amsal 29:18. Kalau hidup menurut hukum berarti kita mau menjadi domba-domba yang digembalakan.
Akibat membiarkan dan meninggalkan Tuhan akan masuk dalam berbagai kesesakan, bahkan dalam 2 Tawarikh 15:5-7 dituliskan akibat tanpa Allah, tanpa Pengajaran dan tanpa hukum membuat terjadinya kekacauan besar dan tidak ada keselamatan. Saat dalam kesesakan, teguran Tuhan pada ayat 4 ditujukan supaya kita mau berbalik dan bertobat kepada Tuhan. Kuatkan hati dan jangan lemah semangat untuk mencari Tuhan. Maka Tuhan yang baik pasti berkenan ditemui dan menyatakan pertolongan dari kesesakan. Haleluya!
Berikut pada Yesaya 35:8-9 dituliskan ada jalan lurus yang disebut juga "jalan raya dan jalan kudus”, karena disebut "jalan raya”, maka Yeremia 31:21 menyerukan untuk memasang dan memperhatikan rambu-rambu supaya apabila tersesat segera kembali dan mencapai tujuan. Disebut sebagai "jalan kudus” karena tidak sembarang orang bisa melaluinya. Orang-orang pandir (bodoh) dan tidak tahir (najis) tidak dapat menempuhnya. Hanya orang-orang yang bertanda keselamatan yang berjalan di jalan ini dengan aman dan tenang. Sebab singa maupun binatang buas tidak akan ada di jalan kudus ini.
"Rambu-rambu” yang harus diperhatikan di jalan lurus, maka bagi kita adalah memiliki Allah yang benar, memiliki pengajaran, dan memiliki hukum. Rambu-rambu inilah yang menyadarkan kita saat sudah tersesat dan jatuh dalam berbagai kesesakan, untuk cepat bertobat dan mencari Tuhan. Seperti Raja Asa pada 2 Tawarikh 15:8-11 setelah menerima Firman yang disampaikan Nabi Azarya, Asa melakukan pembaruan bersama dengan semua orang yang mau bertobat dan mau mencari Tuhan. Baik itu orang dewasa, anak-anak, laki-laki, maupun perempuan, sesuai yang tertulis pada ayat 12-13. Kalau ada yang tidak mau mencari Tuhan, pasti dihukum mati!
Demikian juga bagi yang mau bertobat dan rindu diperbarui, kita mau mencari Tuhan dengan segenap hati dan jiwa, maka sukacita Tuhan akan turun. Seperti yang dialami Asa dan rakyatnya, yang tertulis dalam ayat 14-15. Sukacita itu terjadi karena saat kita mencari Tuhan, Ia memberi diri-Nya untuk ditemukan, dan sukacita ini adalah sukacita Mempelai; sukacita tertinggi.Dikatakan demikian karena dengan kita bertemu Tuhan, berarti kita bertatap muka dengan Dia, seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 13:12. Bertatap muka dengan Tuhan, menurut Efesus 5:27 berarti kita ditempatkan dihadapan Tuhan sebagai Mempelai-Nya yang tanpa cacat cela dan layak masuk sukacita kekal di Yerusalem Baru.
Untuk itu mari kita mencari Tuhan dengan segenap hati dan jiwa dengan sungguh-sungguh memperhatikan rambu-rambu di jalan lurus yang kita tempuh agar kita mencapai tujuan akhir kita yaitu masuk Kota Yerusalem Baru. Tuhan Yesus Kristus Mempelai Pria Sorga Memberkati kita. Amin.