Tetaplah Kerjakan Keselamatanmu
Uncategorized
Untuk menghasilkan sesuatu yang baik memerlukan suatu proses yang baik juga. Istilah yang sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari ini adalah benar adanya. Bila dibandingkan dengan sistem cepat jadi atau instan, mungkin yang namanya proses ini kalah jauh, tidak lagi diminati oleh banyak orang. Sebab dilihat bahwa cara instan adalah lebih cepat dan praktis. Secara jamani, mungkin saja cara instan ini dapat menjadi pilihan kita, tetapi tidak untuk hal rohani, apalagi dalam hal mencapai keselamatan.
Keselamatan adalah anugerah atau kasih karunia Allah untuk kita. Tanpa Allah memberikan keselamatan kepada kita, mustahil kita selamat. Sekalipun keselamatan adalah kasih karunia Allah, kita pun harus mempunyai usaha supaya layak menerima keselamatan tersebut. Kita harus menghargai dan mempertahankan kasih karunia itu sampai keselamatan yang sesungguhnya itu kita terima. Puncak keselamatan kita yaitu saat kita menjadi mempelai perempuan Tuhan dan layak masuk kota Yerusalem Baru.
Untuk sampai pada puncak keselamatan ini, maka ada proses yang harus kita alami. Proses ini tidak bisa sekali jadi atau dengan cepat-cepat, tetapi harus senantiasa dikerjakan sampai pada akhirnya. Untuk itu Filipi 2:12 mengajarkan kita "tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Kata-kata "tetaplah kerjakan” di sini adalah suatu dorongan untuk kita secara terus menerus mengerjakan keselamatan sampai kita menerima keselamatan yang sebenarnya.
Proses yang Tuhan kehendaki untuk kita alami demi keselamatan, diawali dengan kita percaya Tuhan. Dengan percaya Tuhan Yesus, maka kita memiliki pengharapan tidak mengalami kematian. Menurut Yohanes 1:12, dengan percaya Tuhan Yesus maka kita ada memiliki hak untuk menjadi anak-anak Allah. Siapakah anak-anak Allah? Jika kita telusuri menurut Lukas 3:38, Adam juga disebut sebagai anak Allah. Kesimpulan yang bisa kita ambil bahwa anak-anak Allah adalah merupakan kedudukan atau status awal manusia. Tetapi sayang, akibat dosa, maka Adam beserta keturunannya sampai pada kita sekarang telah kehilangan status sebagai anak-anak Allah ini. Bahkan, akibat dosa manusia dibayang-bayangi maut dan mustahil untuk selamat. Oleh sebab itu sekali lagi kita perlu diproses oleh Firman Allah agar kita kembali seperti kedudukan semula sebagai anak-anak Allah.
Penyebab hilangnya status kita sebagai anak-anak Allah adalah karena dosa. Roma 3:9-10 menuliskan bahwa semua manusia ada di bawah kuasa dosa, sehingga tak ada seorang manusia pun yang benar. Akibat dikuasai oleh dosa, maka segala perbuatan, pemikiran, dan jalan hidup manusia menjadi tidak benar dan ini mendatangkan malapetaka-malapetaka bagi manusia itu sendiri. Oleh karena itu, kita harus dibebaskan dari kuasa dosa, dengan kata lain kita harus diubahkan dari yang tidak benar menjadi benar, sehingga kita pun luput dari malapetaka-malapetaka yang menimpa bumi ini.
Dari yang tidak benar menjadi benar; ini membutuhkan proses yang berlangsung terus menerus atau dengan kata lain "tetaplah kerjakan keselamatanmu” hingga pada akhirnya kita akan dijadikan kembali sebagai anak-anak Allah, menjadi sama dengan Tuhan Yesus, Anak Allah. Akhir dari proses inilah kita disebut menjadi sempurna.
Ada kisah pada tiga Injil tentang seorang muda yang bertanya kepada Yesus bagaimana supaya ia selamat. Anak muda ini dituliskan sebagai orang yang melakukan seluruh hukum Taurat. Sekilas tampak suatu kehidupan kerohanian yang sangat baik. Sekalipun demikian Tuhan mengatakan bahwa, masih ada yang harus ia kerjakan, untuk keselamatan. Pada Markus 10:21, Tuhan berkata "… hanya satu lagi kekuranganmu ...” Pada Lukas 18:22 menuliskan "... masih tinggal satu lagi yang harus kaulakukan …” dan Matius 19:21 dituliskan "… jikalau engkau hendak sempurna …” Tiga istilah ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keselamatan, maka harus mengalami proses secara terus menerus, tidak boleh berhenti, tidak boleh seperti anak muda pada kisah ini yang berhenti mengerjakan keselamatannya hanya karena hartanya. Orang muda ini adalah gambaran orang-orang yang melepaskan hak untuk kembali sebagai "anak-anak Allah”. Sekali lagi kita diingatkan untuk terus bertahan dalam menjalani proses keselamatan sampai kesudahannya, sampai kita sempurna menjadi mempelai perempuan Tuhan. Matius 24:13 menuliskan bahwa orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Proses untuk mengembalikan keadaan kita sebagai anak-anak Allah ini disebut juga sebagai proses pembaharuan hidup. Menurut 2 Korintus 4:16-17 adalah suatu proses pembaharuan dari sehari ke sehari, dan seperti yang sudah disebutkan berulang kali, ini adalah yang harus terus menerus dikerjakan. Peringatan bagi kita yang sudah berada dalam proses ini adalah jangan sampai kita berhenti atau keluar dan kembali dalam hidup lama yang dikuasai dosa.
Dalam Yosua 18:2-3 kita melihat teguran Tuhan kepada Bangsa Israel karena mereka bermalas-malas untuk menduduki negeri yang menjadi milik pusaka mereka; padahal Tuhan telah memberikan negeri itu kepada mereka. Teguran ini berlaku juga untuk kita. Kita sudah diberi hak menjadi anak-anak Allah melalui percaya Tuhan Yesus, seharusnyalah kita berusaha atau berjuang untuk mempertahakannya. Caranya dengan kita selalu digembalakan, seperti ditulis dalam Mazmur 23:1-3. Sebab di dalam penggembalaan, kita dituntun di jalan yang benar sampai pada akhirnya kita berada dalam kebenaran yang sempurna.
Berada dalam penggembalaan berarti kita mau selalu beribadah. Jadi sekarang, yang harus kita perjuangkan untuk proses pembaharuan kita adalah untuk kita setia beribadah. Jangan kita bermalas-malas beribadah seperti teguran Tuhan kepada Bangsa Israel. Sebab malas adalah halangan untuk proses pembaharuan kita. Malas dapat diartikan sebagai rasa tidak suka, tidak bergairah dan tidak bersemangat. Supaya kita dapat menyukai dan bergairah bahkan bersemangat untuk beribadah, lebih dahulu kita harus memiliki pengertian yang benar dalam tujuan kita beribadah. Tujuan utama kita beribadah adalah untuk mendengar dan menerima Firman Tuhan. Dalam 2 Korintus 4:7-9 dapat kita baca bahwa kita mendapatkan harta yang menjadi kekuatan luar biasa dalam hidup kita yang seperti bejana tanah liat ini.
Tidak bisa dipungkiri, dalam perjalanan hidup kita, pasti ada saat kita mengalami berbagai macam penderitaan. Bagaikan kita ditindas, habis akal, dianiaya, dan dihempaskan. Namun bila dalam hidup kita ada harta Firman, maka menghadapi segala penderitaan tersebut kita tidak akan terjepit, tidak putus asa, tidak ditinggalkan sendirian dan tidak binasa. Malah kita akan dikuatkan untuk tetap mengerjakan keselamatan kita.
Oleh karena dengan beribadah kita mendapatkan harta Firman yang menjadi kekuatan kita, maka jangan malas datang beribadah! Orang malas, menurut Amsal 18:9 adalah saudara dari si perusak. Si perusak ini tentu saja adalah iblis dan akibat bersaudara dengan si perusak, hidupnya pun menjadi rusak. Selain itu menurut Amsal 26:13-16 keadaan orang pemalas itu digambarkan seperti pintu yang berputar pada engselnya. Kelihatannya bergerak, tapi aktifitasnya hanya tetap di tempat saja. Bila kita bertanya pada orang malas, pasti selalu saja ada alasannya. Oleh karena itu si pemalas sering merasa diri lebih bijak dari orang lain. Si pemalas yang tidak beranjak dari tempatnya ini, identik dengan orang yang suka tidur. Bila terus menerus tinggal dalam kemalasan, maka Pengkhotbah 10:18 menuliskan bahwa akibat kemalasan runtuhlah atap dan bocorlah rumah. Demikianlah orang yang bermalas-malas beribadah. Hidup rohaninya akan runtuh, menjadi lamban untuk bergerak mendapatkan Firman, sehingga tidak ada kekuatan untuk berjuang mencapai keselamatan.
Untuk itu, jangan malas! Roma 12:11 menasihatkan supaya jangan kerajinan kita kendor, tetapi biarlah roh kita menyala-nyala dan melayani Tuhan, hingga kita sempurna dan diselamatkan menjadi mempelai perempuan Tuhan. Haleluya!