Ayat Pokok: Kisah Para Rasul 26:18
Semakin gelap dunia ini, semakin manusia hidup dalam kekerasan, seperti yang telah terjadi pada zaman Nuh. Namun demi melindungi kita dari kekerasan, semua itu telah ditanggung oleh Tuhan Yesus. Ia telah diperlakukan semena-mena dan tidak manusiawi oleh orang banyak: ditampar, diludahi, disiksa, dimahkotai duri, sampai terpaku di kayu salib. Hidup dalam kegelapan berarti hidup dalam kuasa iblis. Hidup dalam terang, berarti hidup dalam kuasa Allah dan berbuahkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran (Efesus 5:8-9). Syukur kepada Allah, yang melalui korban Paskah, kita dipindahkan dari gelap kepada terang, dari kuasa iblis kepada Allah.
Iblis berkuasa atas maut. Dia menghendaki supaya maut melanda seluruh dunia ini, sehingga manusia bukan saja mati secara jasmani tetapi juga mengalami kematian yang kedua. Manusia seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut (Ibrani 2:14-15). Oleh sebab itu, yang bisa mengalahkan kuasa iblis dan maut adalah kematian Yesus di kayu salib. Maka di dalam Yesus ada keselamatan, baik untuk masa sekarang (damai sejahtera, ketenangan, tidak gelisah, kesembuhan dari penyakit) maupun untuk masa yang akan datang, sehingga kita tidak ada rasa takut lagi kepada maut.
Walaupun Tuhan Yesus telah dianiaya dan mengalami kekerasan, Ia masih bertahan. Ia baru mati setelah menyerahkan nyawa-Nya. Karena dilihat bahwa Yesus sudah mati, maka Ia tidak dipatahkan kaki-Nya, seperti terhadap kedua orang penjahat di kiri kanan-Nya. Tetapi seorang prajurit menikam lambung-Nya dengan tombak, sehingga mengalir keluar darah dan air (Yohanes 19:30-37). Inilah yang membedakan antara kematian Tuhan Yesus sebagai Orang Benar dengan kedua penjahat itu. Maka genaplah apa yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan” (Mazmur 34:20-21; 22:18).
Tubuh/daging Yesus boleh hancur karena cambukan dan darah-Nya yang deras mengalir. Jika Ia adalah manusia biasa, pasti sudah mati kehabisan darah. Tetapi tulang-Nya tidak dipatahkan. Karena itu, Ia bisa menaklukkan semua musuh di bawah kaki-Nya, dan musuh yang terakhir dibinasakan ialah maut (1 Korintus 15:24-26). Andaikata kaki Yesus dipatahkan, maka korban salib Yesus, saat Ia menyerahkan nyawa-Nya, hanya berlaku untuk mengampuni kita dari dosa, tetapi tidak untuk mengalahkan maut. Kita diingatkan pada korban perayaan Paskah di zaman bangsa Israel, yaitu dagingnya dimakan tetapi tulangnya tidak boleh dipatahkan.
Karena kaki Yesus tidak dipatahkan, maka segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada (Efesus 1:22-23). Kepala berarti: Suami, Mempelai Pria Sorga. Jika gereja Tuhan sadar dan tahu nilai dari korban Paskah Tuhan Yesus, maka harus mau menerima Kristus sebagai Kepala. Pada-Nya maut telah dikalahkan sehingga kita bebas dari kuasa maut/iblis. Jika kita mengerti hal ini, hendaknya kita semakin mengasihi Dia.
Karena maut telah dikalahkan, berarti tersedia keselamatan bagi kita. Dia Pembela dan Pemelihara kita. Jemaat berarti yang telah memiliki tanda darah Yesus (Kisah Para Rasul 20:28). Oleh darah Yesus, ada pengampunan dosa, penebusan, dan kita berkemenangan. Jemaat adalah tubuh, yang pastinya perlu kepala. Karena itulah Yesus diberikan kepada jemaat sebagai kepala.
Paskah bukanlah suatu peristiwa yang menyedihkan, melainkan hadiah terbesar yang diberikan Tuhan bagi kita. Kematian Kristus telah memindahkan kita dari kuasa iblis kepada kuasa Allah, dengan menaklukkan segala musuh dan Dia diberikan kepada jemaat sebagai Kepala. Saat menghadapi berbagai permasalahan, sudahkah kita memiliki tanda darah Yesus dan menjadi jemaat-Nya? Sudahkah kita menerima Dia sebagai Kepala? Bila sudah, maka Dia sanggup membereskan permasalahan kita dan memberi kemenangan bagi kita. (L)