Jalan yang Lurus
Uncategorized
Sebagai orang Kristen pernahkah kita merenungkan, apa tujuan hidup kita dan mengapa percaya kepada Tuhan Yesus? Apakah sekedar untuk selamat, diberkati dan merasa damai saja? Memang, semua itu bisa kita peroleh di dalam Tuhan Yesus. Akan tetapi, apabila kita hanya mencari keselamatan, berkat, dan damai tanpa diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yaitu masuk ke Yerusalem Baru, maka kehidupan itu bagaikan orang yang mengembara, tanpa tujuan. Mazmur 107:4-5 menulis akibat mengembara tanpa tujuan rohani menjadi lapar dan haus sehingga jiwa menjadi lemah lesu dan mudah berputus asa.
Melalui Firman Pengajaran Mempelai Alkitabiah dijelaskan bahwa tujuan akhir kehidupan kekristenan ini adalah Kota Yerusalem Baru (Sorgawi) dan menjadi Mempelai Perempuan Tuhan. Untuk sampai kepada tujuan akhir tersebut harus menempuh jalan lurus. Dalam Yesaya 35: 8-9 disebutkan di jalan lurus tidak ada binatang buas sehingga aman dan tidak terancam. Yang berjalan di sana adalah orang-orang yang diselamatkan. Sedangkan Yesaya 26:7 menulis, bahwa jalan lurus adalah jalan orang benar yaitu, orang-orang yang telah dibenarkan oleh korban Kristus. Sementara itu Hosea 14:10 menjelaskan, orang benar adalah orang yang "bijaksana dan paham”, itulah orang yang mendapat kemurahan menerima "hikmat” dari Tuhan untuk berjalan di jalan yang lurus. Tetapi orang-orang yang tidak berhikmat, pada ayat ini disebut sebagai pemberontak, mereka akan jatuh saat berjalan di jalan lurus.
Setelah berjalan di jalan lurus, apakah jaminannya? Amsal 4: 11-12 mengatakan, langkah kita tidak akan terhambat bahkan sekalipun kita berlari tidak akan tersandung. Selain itu Yesaya 58:8-9 menulis,bahwa di jalan lurus banyak hal yang baik, pertolongan, dan mujizat-mujizat yang Tuhan nyatakan untuk kita, antara lain: segala luka (termasuk luka hati) pulih dengan segera; kebenaran Firman menjadi barisan depan atau penuntun jalan kita; kemuliaan Tuhan (itulah kuasa Roh Kudus) menjadi barisan belakang kita; di saat kita memanggil, Tuhan menjawab; dan saat kita berteriak minta tolong, Tuhan berkata "Ini Aku”. Haleluya! Tawaran dan janji yang demikian indah untuk kita.
Bagaimana dengan orang- orang Kristen yang tidak memiliki tujuan hidup? Tidak bertujan berarti mengembara seperti disebutkan di awal tulisan ini, mereka akan haus, lapar, lemah lesu, dan berputus asa. Mereka yang tidak mau berjalan di jalan yang lurus adalah orang-orang fasik yang berjalan dalam kegelapan, jalannya mudah tersandung. Yesaya 65:11-12 menyatakan bahwa bagi mereka sudah pasti tersedia pedang untuk membantai mereka! Mereka telah meninggalkan Tuhan, mereka tidak mau menjawab saat Tuhan memanggil, tidak mau mendengar saat Tuhan berbicara melalui Firman. Bahkan melakukan apa yang jahat dan lebih suka dengan apa yang tidak diperkenankan Tuhan. Janganlah kita menjadi orang yang demikian, supaya tidak dibantai dengan pedang. Kehidupan orang yang tidak mau berjalan di jalan lurus adalah orang-orang yang tidak mau bertobat. Wahyu 22:15 menulis, orang-orang yang tidak bertobat, tidak mengalami kelahiran baru disejajarkan dengan anjing-anjing. Mereka akan tetap di luar(tidak bisa masuk Yerusalem Sorgawi).Wahyu 21:27 juga menuliskan yang namanya tidak terdaftar dalam Kitab Kehidupan, yaitu orang-orang yang tidak mengalami kelahiran baru,tidak mau bertobat maka Wahyu 21:8 menuliskan bahwa mereka akan dilemparkan ke dalam lautan api yang menyala-nyala. Itulah kematian yang kedua, kematian kekal. Tentu kita tidak menghendaki kematian kekal itu menimpa kita.
Marilah kita menjadi kepunyaan Tuhan seperti tertulis dalam Yesaya 43:1, yang mau bertobat, mengalami kelahiran baru dan ada tanda penebusan serta mau berjalan di jalan yang lurus. Saat jiwa letih lesu melalui Firman Tuhan kita diajar untuk berseru-seru agar Tuhan mendengar dan menguatkan jiwa kita serta mengarahkan kita ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang menuju ke Yerusalem Baru.
Kembali pada Yesaya 58:9 jika kita berteriak minta tolong, kemudianTuhan berkata: "Ini Aku”. Ini berarti Tuhan menyatakan pribadi-Nya untuk menolong kita. Sebab "Aku” adalah bagian dari nama Tuhan, yakni "AKU ADA YANG AKU ADA”, dan sesuai nama-Nya, Tuhan pasti selalu ada. Ia telah ada sebelum Abraham ada, seperti tertulis dalam Yohanes 8:58. Jadi, kapan saja kita perlu, Tuhan ada! Dia tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita, Dialah penolong kita. Keluaran 3:11-14 menulis,Tuhan menyatakan diri kepada Musa dengan kata "Aku adalah Aku”. Jadi "Aku” adalah nama Tuhan. Suatu koreksi untuk kita, jangan memakai kata "aku” untuk diri sendiri. Lucifer menonjolkan "aku-nya” karena ingin sama dengan Allah, namun akhirnya dicampakkan ke bumi. Jadi, satu-satunya "Aku” hanyalah Allah.
Bagaimana cara supaya Tuhan mau menyatakan diri-Nya saat kita berteriak minta tolong? Yesaya 58:9b mengajarkan supaya kita memiliki kasih persaudaraan dengan wujud tidak mengenakan kuk kepada sesama, maksudnya tidak menjadi beban bagi sesama; kedua, tidak menunjuk jari kepada sesama, berarti tidak membenarkan diri sendiri; tidak memfitnah sesama. Kasih persaudaraan dinyatakan dengan kita mau melayani sesama yang menderita lahir (lapar) dan batin (tertindas).
Berikut mari kita melihat kota Yerusalem Baru yang menjadi tujuan orang-orang Kristen. Ibrani 12:22-23 menjelaskan bahwa Kota Yerusalem Baru adalah suatu kumpulan yang meriah dari jemaat anak-anak sulung (yang mengalami kelahiran baru oleh benih firman) dan roh-roh orang benar (yang mati dalam Tuhan) yang telah menjadi sempurna, yang namanya tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba . Dikatakan suatu kumpulan yang meriah karena dari segi jumlah, Wahyu 7:4 dan 9 menuliskan bahwa jemaat anak-anak sulung itu terdiri dari orang Israel sebanyak 144.000 orang dan dari orang-orang kafir tidak terhitung jumlahnya dari segala kaum, bagsa, dan bahasa. Jemaat anak-anak sulung ini adalah sidang mempelai perempuan Tuhan yang pada ayat 14 dijelaskan telah keluar dari kesusahan besar, yaitu berupa permasalahan-permasalahan hidup, penderitaan, dan sebagainya. Juga disebutkan bahwa sidang mempelai Tuhan ini keseluruhannya mengenakan jubah putih yang telah dicuci dalam darah Anak Domba. Kumpulan besar yang meriah ini menurut Wahyu 19:1 dan 6 suaranya terdengar bagai desau air bah dan deru guruh yang hebat memuji Allah dan Anak Domba dengan seruan "Haleluya!”. Inilah suara mempelai Tuhan yang siap masuk pesta nikah Anak Domba.
Untuk itu mari kita berjuang menjadi mempelai perempuan Tuhan dengan nama terdaftar di Sorga sehingga layak masuk Kota Yerusalem Baru, kota yang luar biasa luas serta indahnya. Dalam Wahyu 21:16-18 dijelaskan bentuk dan ukuran Kota Yerusalem Baru. Bentuknya empat persegi dengan panjang dan lebar yang sama: 12.000 mil. Bila diukur luasnya dalam hitungan kilometer, hasilnya adalah 12.000 x 1,5 km = 18.000 km2. Sungguh tempat yang luar biasa luas, tepat untuk tinggalnya kumpulan meriah dari mempelai Tuhan.
Oleh karena itu kita harus mengalami kelahiran baru dan bertobat, mengingat bahwa kita menurut Ibrani 13:14 tidak mempunyai tempat tinggal tetap di dunia ini. Harapan kita tinggal di kota yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri, yaitu Yerusalem Sorgawi. Untuk itu, mari kita serahkan diri untuk dipimpin Tuhan berjalan di jalan lurus, dengan pandangan tertuju lurus ke depan, ke Kota Yerusalem Baru, menjadi Mempelai Perempuan Tuhan. Haleluya!