Hamba yang Baik
Uncategorized
Tuhan Yesus segera datang kembali! Firman Tuhan mengatakan waktunya sudah di ambang pintu. Ini artinya waktunya memang benar-benar sudah singkat. Oleh sebab itu kita harus senantiasa mempersiapkan diri, sehingga pada saat kedatangan-Nya kita sudah siap sedia.
Ada sebuah perumpamaan tentang hamba yang setia dan yang jahat dalam Matius 24:45-51. Hamba yang setia atau yang baik adalah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya ketika tuannya datang. Hamba yang jahat adalah hamba yang tidak mengerjakan tugas dari tuannya, malah dia melakukan kejahatan. Atau dapat dikatakan menurut perumpamaan tadi, hamba yang baik adalah hamba yang setia dan bijaksana, tetapi hamba yang jahat adalah hamba yang memukul hamba yang lain dan makan, minum serta mabuk.
Perumpamaan tadi merupakan suatu koreksi bagi kita. Seringkali kita sebagai jemaat merupakan hamba yang tidak setia, baik dalam ibadah maupun dalam pelayanan. Setia dibuktikan bukan hanya pada saat senang, tetapi justru pada saat dalam kesulitan dan penderitaan. Namun setia menurut Wahyu 2:10 adalah tidak takut menderita bahkan tetap setia sampai mati, dan Tuhan akan mengaruniakan mahkota kehidupan. Jika kita setia sampai mati, sebenarnya kita tidak akan mati karena Tuhan mengaruniakan mahkota kehidupan. Ini sesuai dengan apa yang ditulis dalam Yohanes 12:24-25 "… Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.” Setia itu dibuktikan dengan mempertaruhkan nyawa. Namun seringkali hanya karena masalah yang sepele kita sudah mengundurkan diri, tidak setia lagi.
Kita sudah bertekad untuk tetap setia namun demikian kita harus berwaspada seperti pada jemaat di Pergamus menurut Wahyu 2:12-13. Iblis berusaha menggagalkan kesetiaan kita. Sebagai contoh, Antipas tetap setia kepada Tuhan bahkan hingga dia dibunuh karenanya. Dia bahkan menentang jemaat yang melawan kebenaran. Untuk dapat setia, Wahyu 17:14 menuliskan, kita harus melalui dipanggil dan dipilih.
Namun tidak cukup hanya setia, hamba yang baik juga adalah hamba yang bijaksana. Bijaksana menurut Matius 7:24-27 adalah jika kita mau mendengar Firman dan melakukannya. Mendengar Firman berarti kita mau melaksanakan ibadah kita. Jadi, tidak ada gunanya jika kita menjadi hamba yang demikian setia mengerjakan segala tugas yang ditugaskan, tetapi tidak bijaksana. Tidak bijaksana karena tidak mau mendengar Firman dan tidak mau melakukannya.
Sebagai lawan dari hamba yang baik adalah hamba yang jahat. Hamba yang jahat memukuli hamba yang lain. Ini berarti tidak ada kasih persaudaraan, yang ada adalah kebencian dan roh pemecah belah dalam jemaat. Selain memukuli hamba lain, hamba yang jahat makan, minum dan mabuk. Ini berarti dia hidup dalam hawa nafsu daging dan keduniawian. Sebagai hamba dia hanya mengejar hal-hal duniawi.
Ada suatu nasihat dalam Lukas 21:34, "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.” Dalam ibadah dan pelayanan kita pun jangan kita kerjakan untuk mencari kepentingan-kepentingan duniawi. Roma 14:17-18 mengatakan, "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.”
Marilah kita menjadi hamba yang baik, setia dan bijaksana, bukan sebagai hamba yang jahat, yang hidup dalam kebencian tanpa kasih serta dalam hawa nafsu daging. Sehingga pada hari Tuhan, pada saat tuan itu datang kita didapati sebagai hamba yang sudah siap sedia.