PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Mei
2

Kasih Karunia Membawa Kepada Hidup Kekal

Kasih Karunia Membawa Kepada Hidup Kekal
Uncategorized
Pemulung mengais-ngais sampah, pengemis, dan pengamen menadahkan tangan di jalan-jalan raya. Sementara, penderita kanker, tumor, dan penyakit ganas lain berobat ke luar negeri demi mendapat kesembuhan, sedangkan yang sehat giat berolahraga dan bekerja. Dari fakta tersebut bisa disimpulkan bahwa sebagian besar manusia berusaha untuk terus hidup dan tidak mau mati. Namun, manusia penuh keterbatasan. Sebesar dan sehebat apa pun usahanya hanya bersifat sementara. Faktanya, tidak ada satu pun manusia bisa melawan maut. Semua manusia sudah dibayang-bayangi maut seperti yang ditulis Roma 6:23 bahwa upah dosa adalah maut. Jadi, hal yang mustahil bila manusia bisa meloloskan diri dari maut.

Ada beberapa macam maut. Yang pertama, maut dalam wujud kematian secara jasmani, yaitu kematian pada umumnya karena sakit, karena kecelakaan maupun karena usia sudah lanjut. Yang kedua, maut dalam wujud kematian secara rohani. Ciri-ciri kematian secara rohani, sudah tidak lagi bersemangat untuk berdoa kepada Tuhan, tidak bersemangat beribadah, tidak bersemangat melayani, tidak bersemangat makan makanan rohani berupa Firman Tuhan. Yang ketiga, maut berupa suasana penderitaan, kesengsaraan, tanpa sukacita, dan tanpa damai sejahtera. Yang terakhir atau keempat, maut pada puncaknya, yang diistilahkan dalam Alkitab sebagai kematian kedua, atau kematian berupa siksaan kekal di neraka.

Mengapa bisa mengalami kematian kedua? Jawabannya upah dosa adalah maut. Siapa yang ingin lolos dari maut atau kematian kedua ini? Semua manusia tentu ingin lolos dari maut, ingin lolos dari siksaan api neraka dan menginginkan hidup kekal. Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara juga menginginkan hidup kekal? Hanya ada satu cara untuk memperoleh hidup kekal yaitu, bila kita mendapat kasih karunia Allah. Sedangkan kasih karunia tersebut hanya bisa diperoleh lewat korban salib Yesus. Kasih karunia Allah itu membebaskan kita dari dosa sehingga kita luput dari maut. Sebaliknya, kita memperoleh jaminan hidup kekal.

Sebelum kita membahas kasih karunia lebih jauh, mari kita melihat lebih dulu bagaimana awal dosa dan maut menguasai manusia. Roma 5:12-14 mengatakan bahwa dosa masuk ke dunia oleh karena seorang Adam yang hidup pada awal zaman. Mulai zaman Adam sampai zaman sebelum Musa dosa dan maut terus menguasai manusia. Dosa begitu berkuasa atas manusia karena manusia belum mengenal hukum. Baru pada zaman Musa, khususnya bangsa Israel mengenal dosa dan hukumannya. Walaupun belum ada hukum, Roma 1:18-20 menunjukkan bahwa manusia yang hidup pada awal zaman telah diberi pengertian di dalam hatinya mengenai dosa. Inilah yang disebut "hati nurani”. Melalui hati nurani ini, manusia diperlihatkan bahwa sesungguhnya ada Allah yang harus disembah. Walaupun Allah itu tidak bisa dilihat oleh mata jasmani, tetapi keberadaan-Nya nyata melalui segala  ciptaan-Nya. Untuk itu yang harus disembah adalah Allah, bukan batu atau kayu. Menyembah batu dan kayu atau penyembahan berhala, berarti berdosa kepada Allah.

Pada zaman Musa, Yohanes 1:16-17 menulis, diberikanlah hukum Taurat. Keluaran 31:18 menyebutkan bahwa hukum Taurat diterima oleh Musa di Gunung Sinai dalam wujud dua loh batu yang ditulisi sepuluh hukum Allah, ditulis oleh jari Allah sendiri. Dengan diberikannya Taurat kepada Musa, maka Roma 5:13 menuliskan bahwa dosa pun mulai diperhitungkan. Sementara itu dosa bukan makin berkurang, namun dosa masih menguasai manusia bahkan semakin bertambah-tambah. Untuk itulah Allah memberikan kasih karunia melalui Tuhan Yesus Kristus untuk mengimbangi dosa yang bertambah-tambah, sesuai yang tertulis pada Roma 5:20-21. Supaya selain dosa yang membawa pada maut, ada juga kasih karunia dari Tuhan Yesus yang membawa pada hidup yang kekal.

Menurut Yohanes 1:14 Tuhan Yesus Kristus adalah wujud Firman yamg menjadi manusia (daging) yang diam di antara kita. Dia yang menjadi Manusia sebenarnya adalah Anak Tunggal Bapa yang penuh kasih karunia dan kebenaran. Jadi, tidak salah bila kasih karunia datang dari Dia. Pada ayat 29 dijelaskan bahwa kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus diberikan kepada kita dengan wujud, Ia telah rela menjadi Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Kasih karunia-Nya juga ditulis dalam Efesus 2:4-8, bahwa Allah yang kaya akan rahmat, melimpahkan kasih karunia-Nya yang besar kepada kita melalui korban salib Tuhan Yesus. Oleh korban salib Yesus, kita yang awalnya mati karena dosa, dihidupkan kembali bersama-sama Kristus sehingga kita beroleh keselamatan. Kasih karunia-Nya juga nyata kepada kita karena kita dipersiapkan untuk menerima tempat bersama-sama Tuhan Yesus di Sorga, dengan syarat kita harus percaya Tuhan Yesus Kristus dan menghargai korban salib-Nya.

Jadi, kita melihat bahwa dosa yang mendatangkan maut dan telah berkuasa pada manusia sejak zaman Adam tidak bisa dikalahkan dengan diberikannya hukum Taurat kepada Musa di Gunung Sinai. Untuk itulah Allah memberikan kasih karunia-Nya memalui korban salib Yesus di Gunung Golgota. Oleh kasih karunia Allah ini maka dosa dan maut berhasil dikalahkan. Bahkan kasih karunia Allah ini membawa kita ke Gunung Sion. Menurut Ibrani 12:22-23, Gunung Sion adalah gunung tempat kota Allah yang hidup. Suatu kota yang sangat indah dan penuh kemuliaan Allah, itulah kota Yerusalem Baru. Ini adalah puncak kasih karunia Allah yang dilimpahkan kepada kita, yaitu bahwa Allah mau menjadikan kita sebagai mempelai perempuan-Nya sesuai yang tertulis dalam Wahyu 21:9-11a, kita dibawa masuk kota Yerusalem Baru dan memperoleh hidup yang kekal. Haleluya!

Pada Kejadian 6:5,11-12 ditunjukkan bahwa Nuh dan keluarganya hidup di tengah-tengah kejahatan, manusia pada zaman itu hidup penuh kekerasan dan rusak, sehingga bumi pun menjadi rusak serta memilukan hati Tuhan. Oleh sebab itu pada ayat 13 Allah memutuskan hendak memusnahkan bumi dengan segala yang hidup di dalamnya dengan mendatangkan air bah. Kehidupan manusia pada zaman Nuh ini sama dengan kehidupan manusia pada saat sekarang, yaitu manusia makin bertambah-tambah dalam dosa dan kejahatan. Keadaan seperti ini sangat berbahaya karena bisa merusak kehidupan jemaat sebagai sidang mempelai Tuhan. Itulah sebabnya Allah juga akan memusnahkan bumi ini seperti pada zaman Nuh, bedanya bukan lagi dengan air bah, melainkan dengan  api.

Di tengah-tengah kejahatan dan rusaknya manusia di bumi, masih beruntung ada Nuh dengan keluarganya yang mendapat kasih karunia Tuhan; seperti tertulis dalam Kejadian 6:8-9, Nuh mendapat kasih karunia Tuhan sebab ia adalah seorang yang benar, tidak bercela dan hidup bergaul dengan Allah. Keberadaan Nuh ini menyebabkan Allah tidak langsung memusnahkan bumi saat itu. Allah masih memberi kesempatan kepada Nuh untuk membangun bahtera agar selamat dari air bah. Saat itu, hanya Nuh dan keluarganya yang terdiri atas Nuh, istrinya, tiga anak, dan tiga menantunya yang lolos dan tetap hidup ketika air bah datang.

Keluarga Nuh yang mendapat kasih karunia dan diselamatkan ini menurut Efesus 2:16-19 adalah bayangan dari "keluarga Allah” yang dipersatukan oleh salib Kristus, karena sudah diikat dalam satu kasih persaudaraan, sehingga satu dengan yang lainnya tidak merasa asing, tetapi dekat dan saling mengenal. Keluarga Nuh atau keluarga Allah yang mendapat kasih karunia Allah ini dijelaskan dalam Mazmur 128:1-6 adalah keluarga yang berbahagia. Istri, anak-anak, suami bahkan sampai keturunan-keturunan diberkati karena takut kepada Tuhan. Keluarga yang mendapat kasih karunia serta diselamatkan dari musibah akhir zaman. Keluarga yang dipersiapkan menjadi Mempelai Perempuan Tuhan. Untuk itu, selagi masih ada waktu, selagi Tuhan masih melimpahkan kasih karunia-Nya, mari kita masuk dalam proyek pembentukan sidang mempelai Tuhan. Caranya, dengan kita mau tergabung menjadi anggota keluarga Allah yang terikat oleh kasih persaudaraan. Kejadian 6:3 mengatakan bahwa Tuhan memberi umur kepada manusia hanya sampai seratus dua puluh tahun saja. Demikian pula kasih karunia Allah pada zaman kita sekarang juga ada batasnya.

Seratus dua puluh tahun umur manusia pada zaman Nuh, bila diartikan secara rohani dengan melihat peta zaman menunjukkan enam ribu tahun Yobel atau enam ribu tahun mulai dari Adam sampai kita sekarang. Satu tahun Yobel adalah lima puluh tahun. Jadi, bila seratus dua puluh tahun dikalikan lima puluh tahun adalah enam ribu tahun, yang terbagi dalam tiga zaman, yaitu :
1)    Dua ribu tahun zaman Bapa, dihitung mulai dari zaman Adam sampai zaman Abraham.
2)    Dua ribu tahun zaman Anak, dihitung mulai dari zaman Abraham sampai zaman Tuhan Yesus Kristus dengan pengorbanan salib-Nya.
3)    Dua ribu tahun zaman Roh Kudus, dihitung mulai dari zaman Tuhan Yesus Kristus mati di salib dan bangkit sampai zaman kita sekarang.

Zaman kita hidup sekarang adalah zaman terakhir, zaman kasih karunia Allah dilimpahkan sehingga disebut juga "zaman kasih karunia”. Berakhirnya dua ribu zaman terakhir ini berarti berakhir juga kasih karunia Allah untuk manusia. Akhirnya manusia dihadapkan kepada dua pilihan, yaitu masuk neraka sebagai upah perbuatan-perbuatan dosanya, atau masuk Yerusalem Baru, hidup kekal bersama Tuhan Yesus Kristus, sebagai upah perbuatan baik.


Post a comment