Jangan Mengeraskan Hati
Uncategorized
"Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Ayat dalam Wahyu 1:3 ini menunjukkan bahwa supaya berbahagia, kita harus membaca – dengan mata kita, mendengar – dengan telinga, namun yang sangat penting juga adalah harus menuruti Firman Tuhan. Untuk menurut, hati kita tidak boleh keras.
Hati yang keras, bagaikan batu, tidak akan dapat menuruti Firman Tuhan. Tuhan mengetahui bagaimana hati kita. Sekalipun ditutupi sedemikian rupa apa yang ada di dalamnya sehingga tidak ada orang yang mengetahui apa yang ada di dalam hati kita, namun Tuhan tahu, Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin kita. Ditulis dalam Yeremia 17:9-10, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."
Jika kita tidak mengeraskan hati, dan kita mau menuruti Firman Tuhan, maka Tuhan pasti memberkati kita. Bagaikan pohon di tepi air yang tidak pernah kekeringan tetapi selalu menghasilkan buah seperti dapat kita baca dalam Yeremia 17:7-8, "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”
Kekeringan secara alam ini sudah membuat kita sengsara, tanaman-tanaman pun menjadi kering dan tidak menghasilkan buah. Namun yang lebih berbahaya lagi adalah kekeringan secara rohani. Kekeringan akan menyebabkan perkabungan. Tentang hal ini telah dinubuatkan nabi Yeremia dalam Yeremia 14:1-6, "Firman TUHAN yang datang kepada Yeremia mengenai musim kering. Yehuda berkabung, pintu-pintu gerbangnya rebah dan dengan sedih terhantar di tanah; jeritan Yerusalem naik ke atas. Pembesar-pembesarnya menyuruh pelayan-pelayannya mencari air; mereka sampai ke sumur-sumur, tetapi tidak menemukan air, sehingga mereka pulang dengan kendi-kendi kosong. Mereka malu, mukanya menjadi merah, sampai mereka menyelubungi kepala mereka. Pekerjaan di ladang sudah terhenti, sebab hujan tiada turun di negeri, maka petani-petani merasa kecewa dan menyelubungi kepala mereka. Bahkan rusa betina di padang meninggalkan anaknya yang baru lahir, sebab tidak ada rumput muda. Keledai-keledai hutan berdiri di atas bukit gundul, mengap-mengap seperti serigala, matanya menjadi lesu, sebab tidak ada rumput.”
Karena kekeringan, banyak orang mengembara mencari air. Segala sesuatu yang dikerjakan akan menjadi kegagalan. Demikianlah sengsaranya masa-masa kekeringan, tanpa air Firman. Yang lebih mengerikan lagi, Tuhan tidak mau mendengarkan sekalipun mereka berdoa dan berpuasa, malah sebaliknya mereka akan dibinasakan dengan perang atau bahaya pedang, kelaparan dan penyakit sampar. Yeremia 14:11-12 menuliskan, "TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini! Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar." Keadaan ini sangat bertolak belakang dengan orang yang diberkati Tuhan, yang bagaikan pohon di tepi sungai yang tidak pernah mengalami kekeringan.
Tuhan adalah sumber kehidupan, setiap orang yang pergi meninggalkan Tuhan adalah bagaikan meninggalkan sumber air yang hidup yang akan mengalami kebinasaan. Tetapi kita yang hidup dalam berkat Tuhan, Tuhan menjadi kepujian kita. Sekalipun di dunia kita bisa sakit, Tuhan yang menyembuhkan dan menyelamatkan kita. Oleh sebab itu janganlah kita mengeraskan hati, tetapi biarlah Tuhan menyelidiki hati kita dan menguji batin kita. Kita buang segala kekotoran dosa yang Tuhan koreksi dari kehidupan kita.