Tuhan Mengubah Pahit Menjadi Manis
Uncategorized
"Mara”, ini adalah nama suatu tempat yang pernah disinggahi bangsa Israel dalam perjalanan mereka keluar dari Mesir menuju Kanaan. Dinamakan Mara disebabkan air ditempat itu rasanya pahit. Dalam Keluaran 15:22-26 dikisahkan bahwa setelah menyeberangi laut Teberau dan berjalan selama tiga hari melalui padang gurun Syur, sampailah bangsa Israel di Mara. Dalam kelelahan dan kehausan, bangsa Israel berharap mendapatkan air untuk diminum di tempat itu. Tapi sayang air di situ tidak bisa diminum sebab pahit rasanya, sehingga bangsa Israel akhirnya bersungut-sungut kepada Musa sebagai pemimpin mereka.
Perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju ke Kanaan sebenarnya membayangkan perjalanan hidup kita selama di langit dan bumi sekarang ini menuju ke Yerusalem baru yang merupakan Kanaan secara rohani bagi kita. Seperti halnya bangsa Israel dalam perjalanan mereka harus menghadapi laut Teberau bersamaan dengan ancaman Firaun dan pasukannya dari arah belakang, demikian juga sering terjadi dalam kehidupan kita di dunia ini. Seringkali kita menghadapi berbagai permasalahan dan pergumulan yang berat, yang membuat kita terhimpit dan seolah-olah sudah tidak ada jalan keluar lagi. Maju tidak mungkin karena harus menghadapi laut, mundurpun harus menghadapi Firaun dan pasukannya. Keadaan seperti ini dapat membuat kita takut dan berputus asa.
Kita patut bersyukur karena memiliki Allah yang setia, yang berjanji bahwa sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita. Dia pasti menepati janji-Nya! Terbukti dalam perjalanan bangsa Israel, Tuhan tidak membiarkan dan meninggalkan mereka namun sebaliknya menyatakan pertolongan-Nya yang ajaib dengan Dia membelah laut Teberau. Tuhan membuat jalan, sehingga bangsa Israel dapat menyeberangi laut Teberau dan terlepas dari kejaran Firaun dan pasukannya. Pertolongan-Nya yang ajaib ini juga dapat terjadi dalam kehidupan kita sekarang, di saat kita menghadapai pergumulan hidup bahkan di saat kita tidak melihat jalan keluar lagi. Tuhan pasti menolong! Sehingga kita dapat berkata bahwa "Tuhan adalah Penolongku”.
Permasalahan selama kita hidup di dunia ini dapat menyebabkan jiwa kita dahaga dan air mata. Namun dalam Wahyu 7:17 memberikan janji bahwa jika kita mau digembalakan oleh Anak Domba, yaitu Tuhan Yesus sebagai Mempelai Pria Sorga, mau dituntun oleh Firman, maka sekalipun kita belum masuk Yerusalem baru, berkat di Yerusalem baru dapat kita rasakan sekarang. Kita akan dipuaskan oleh air hidup dan segala air mata kita dihapuskan.
Kembali tentang "Mara” yang artinya pahit tadi, mungkin kita saat ini mengalami masa-masa yang pahit. Ayub 10:1 menuliskan oleh karena pahitnya kehidupan, membuat seseorang merasa bosan untuk hidup. Tidak sedikit yang kemudian mengambil keputusan mengakhiri segala kepahitan dengan jalan bunuh diri. Pada saat kita mengalami masa-masa yang pahit, ada baiknya kita juga menoleh ke keadaan kita. Kita koreksi bagaimana kehidupan kita, apakah kita juga seringkali membuat hati Tuhan pahit? Membuat hati Tuhan sakit?
Masa-masa yang pahit ini juga mempunyai arti yang lebih luas. Karena masa yang pahit ini juga dapat menimpa gereja Tuhan di akhir zaman ini. Jika kita baca dalam Yeremia 6:26 dan Amos 8:3, 9-10, masa yang pahit itu digambarkan seperti suasana perkabungan karena kematian anak laki-laki tunggal. Suatu hari yang pahit pedih karena segala perayaan berubah menjadi perkabungan dan nyanyian-nyanyian berubah menjadi ratapan. Gereja Tuhan yang sekarang hanya mengutamakan perayaan-perayaan dan nyanyian-nyanyian saja tanpa mementingkan Firman Tuhan. Dalam Amos 8:11-12 dapat kita baca akan terjadi kelaparan dan kehausan akan mendengar Firman Tuhan. Banyak orang akan mengembara dari laut ke laut, dari Utara ke Timur untuk mencari Firman tapi tidak mendapatkannya. Sehingga yang ada hanyalah kepahitan.
Sekaranglah saatnya kita harus mencari Firman bahkan mengutamakan di atas segalanya. Kalaupun kita sekarang mengalami masa yang pahit, oleh kuasa Firman-Nya, yang pahitpun dapat diubah menjadi manis. Sebagaimana yang dialami bangsa Israel. Namun yang perlu diperhatikan adalah, jika kita sudah mendapatkan pertolongan dan mujizat dari Tuhan, maka Tuhan ingin kita sungguh-sungguh mendengarkan dan memperhatikan terlebih lagi melakukan Firman Tuhan, sebagaimana yang tertulis dalam Keluaran 15:26. Tuhan akan menjauhkan kita dari segala penyakit yang menimpa "Mesir” dunia ini.
Ada lagi kisah dalam Rut 1:18-22. Seorang yang bernama Naomi, yang hidupnya pahit. Berawal dia dan suaminya beserta kedua anak laki-lakinya meninggalkan Betlehem kemudian pergi ke Moab. Kita tahu bahwa Betlehem mempunyai arti rumah roti. "Rumah roti” memberikan pengertian adalah tempat adanya kelimpahan Firman Tuhan. Sedangkan Moab adalah orang-orang yang dilarang Tuhan masuk dalam kumpulan jemaat Israel. Dapat dikatakan Naomi beserta keluarganya keluar dan meninggalkan tempat yang berkelimpahan Firman lalu bercampur dengan "dunia” sehingga mengakibatkan dia mengalami masa-masa yang pahit. Suami dan kedua anaknya mati sehingga pada ayat 20 dan 21 menuliskan bahwa Naomi menyebut dirinya "Mara” oleh karena kepahitan yang dia rasakan.
Beruntung Naomi kemudian mau kembali ke Betlehem. Ini juga menggambarkan orang yang mau bertobat dan kembali mencari Firman Tuhan. Sebenarnya jika kita baca dalam Rut 1:1, yang membuat Naomi keluar dari Betlehem karena terjadi kelaparan di tanah Israel. Hal ini memberikan pelajaran bagi kita, janganlah kita meninggalkan Firman Tuhan jika karena sedikit waktu mengalami masalah atau penderitaan. Jika mau diakui, selama hidup dalam kelimpahan Firman sudah banyak berkat yang kita terima. Naomi pun mengakui bahwa selama tinggal di Betlehem sudah banyak berkat yang dia terima dengan berkata, "dengan tangan yang penuh aku pergi ...”. Namun dengan meninggalkan Firman bukannya berkat lagi yang akan didapat, sebaliknya adalah kepahitan. Naomi yang berarti "kesukaan” berubah menjadi Mara yang berarti "pahit”.
Kembali pada kisah bangsa Israel pada waktu di Mara, Tuhan mempunyai cara tersendiri untuk mengubah air yang pahit menjadi manis. Dalam Keluaran 15:25 dituliskan, Tuhan menunjukkan sepotong kayu kepada Musa untuk dilemparkan ke dalam air yang pahit. "Kayu” mempunyai pengertian rohani menunjuk kepada kemanusiaan, yaitu Manusia Yesus – wujud Firman yang menjadi Manusia. Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus sudah rela mati di kayu salib untuk menanggung segala kepahitan kita dan mengubahnya menjadi manis. Dalam Yohanes 19:28-30 dituliskan, Tuhan Yesus merasa haus, rasa haus yang seharusnya menimpa kita. Di saat Tuhan Yesus haus, dia malah diberi minum anggur asam yang adalah gambaran segala kepahitan hidup kita. Tuhan Yesus telah menanggung di atas kayu salib menggantikan kita. Hanya Yesus, satu-satunya pribadi yang sanggup mengadakan mujizat dan pertolongan dengan ajaib. Hanya Dia yang sanggup mengubah yang pahit menjadi manis melalui korban salib-Nya.
Janganlah kita berusaha dengan kekuatan sendiri mengatasi segala kepahitan hidup, dengan mencari "manisnya” dunia ini. Rasa "manis” yang dunia berikan hanyalah bersifat semu dan sementara. Segera sesudahnya akan menjadi pahit kembali. Firman Tuhan mengajarkan, kita harus datang kepada Yesus, mencari Firman-Nya, sebagaimana Naomi pun kembali ke Betlehem. Jika Tuhan sudah mengubah yang pahit menjadi manis, maka sebagaimana tertulis dalam Yesaya 35:10, ada sorak-sorai, sukacita dan kegirangan. Segala duka dan keluh kesah akan menjauh.
Hanya sekali lagi yang perlu kita ingat, jika Tuhan sudah memulihkan keadaan kita, sebagaimana tertulis dalam Keluaran 15:25-26 kita harus hidup menuruti segala ketetapan Firman Tuhan. Segala yang pahit Tuhan ubahkan menjadi manis! Bahkan, Tuhan memberikan berkat kesembuhan dan keselamatan sampai puncaknya kita masuk dalam Yerusalem baru penuh dengan sukacita sebagai mempelai perempuan-Nya. Amin. mr