Sebagai gereja Tuhan
(orang-orang Kristen), haruslah menyadari bahwa sekarang ini adalah zaman akhir
. Pada zaman akhir berarti masa kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kali sudah semakin dekat. Sudah saatnya kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan dengan jalan kita mau tergabung dalam proyek Allah, yaitu proyek untuk membentuk gereja Tuhan menjadi bertambah-tambah dalam kebenaran dan kekudusan sampai sempurna seperti Allah Bapa di Sorga. Bertambah-tambah dalam kebenaran dan kekudusan sampai menjadi Gunung Kudus dengan Kota Yerusalem Baru, itulah menjadi mempelai perempuan Tuhan. Kita pun harus waspada, jangan sampai keluar dari proyek Allah lalu terjebak masuk proyek iblis yang menghendaki manusia bertambah-tambah sampai sempurna dalam kejahatan dan kecemaran; atau bertambah-tambah menjadi gunung dosa, dengan kota babel yang berakhir pada kebinasaan.
Supaya tidak tergabung dalam proyek iblis yang membawa kepada kematian, maka kita harus berhenti berbuat dosa, selagi masih ada kesempatan. Sesuai yang tertulis pada 2 Petrus 3:9, sekarang ini Tuhan masih belum datang kembali karena Ia sabar. Kesabaran-Nya ini kita manfaatkan untuk berhenti berbuat dosa dengan kata lain kita mau "berbalik dan bertobat”.
Mau "berbalik” berarti menyadari bahwa diri sudah tersesat. Menurut 1 Petrus 2:25, kehidupan kita yang berbuat dosa bagai domba-domba sesat. Dinamakan domba sesat karena sudah keluar atau tidak mau digembalakan dan dapat dipastikan bahwa kehidupan seperti ini tidak akan mengalami ketenangan jiwa, tetapi bila kita mau "berbalik”, yang berarti kita mau menjadi domba yang digembalakan, maka kita kembali kepada Tuhan Yesus sebagai Gembala dan pemelihara jiwa kita, yang menjamin kita bisa merasakan ketenangan jiwa. Jadi, langkah awal untuk berhenti berbuat dosa adalah dengan kita mau menjadi domba yang digembalakan.
Setelah "berbalik” selanjutnya harus "bertobat”. Roma 8:36 menulis, bertobat berarti siap menjadi domba sembelihan. Jadi setelah mau digembalakan, berlanjut dengan kita siap disembelih. Disembelih bukan dengan pedang yang membawa kematian, namun dengan pedang Firman Tuhan. Dalam Ibrani 4:12 disebutkan bagai pedang tajam bermata dua yang sanggup menusuk amat dalam, yang mengerti apa pertimbangan dan pikiran hati kita. Kesimpulannya, "bertobat” berarti harus mau dan siap menerima ketajaman Firman yang menyatakan kesalahan, menegur, dan menasihati seperti tertulis dalam 2 Timotius 4:2-3. Pedang Firman yang tajam menyembelih kita supaya bertobat ini adalah pedang yang sama seperti tertulis dalam Wahyu 1:16, yang keluar dari mulut Tuhan Yesus, yang bertujuan supaya kita tidak bertambah-tambah dalam dosa. Nah, saat menerima ketajaman Firman inilah proses kita menjadi domba sembelihan, walaupun rasanya sakit, namun dapat membawa kepada kehidupan.
Dikatakan menjadi domba sembelihan, bukan berarti harus mati sebab Yehezkiel 18:32 menyatakan bahwa Tuhan tidak berkenan kepada kematian seseorang, Tuhan mau kita bertobat supaya hidup. Apabila tetap mengeraskan hati, tidak mau bertobat dan terus menerus hidup dalam kejahatan dan kecemaran, walaupun sudah melihat malapetaka-malapetaka yang Tuhan timpakan, seperti dituliskan Wahyu 9:20-21 maka nanti akan dipukul oleh pedang lain yang juga keluar dari mulut Tuhan Yesus, yaitu pedang murka Allah yang dipakai untuk membantai orang-orang yang tidak bertobat; seperti yang ditulis dalam Wahyu 19:15-16. Pedang ini akan dipergunakan pada saat kesempatan untuk bertobat sudah tidak ada lagi, yaitu saat gereja sempurna sudah terbentuk dan masuk sukacita pesta pernikahan Anak Domba. Orang-orang yang tidak mau bertobat akan mengalami kematian dan dagingnya dimakan oleh burung-burung. Sedangkan pada ayat 19 kita melihat bahwa antikristus dan pengikut-pengikutnya mencoba berperang melawan penunggang kuda putih, yakni Tuhan Yesus, namun antikristus dan pengikut-pengikutnya dikalahkan dan dilemparkan ke dalam lautan api. Binasa dengan cara mengerikan adalah ancaman bagi yang tidak mau bertobat, sesuai Firman Tuhan dalam Lukas 13:1-5. Puncaknya dibantai oleh pedang yang keluar dari mulut Tuhan Yesus. Pada Wahyu 2:18-23 kita melihat contoh lain kehidupan yang keras hati, tidak mau bertobat dari dosanya, yaitu Izebel karena tidak mau bertobat perempuan ini dilempar ke ranjang orang sakit. Bahkan yang turut berbuat dosa dengannya juga dilempar ke dalam kesukaran besar. Jadi, Tuhan membalas sesuai perbuatan masing-masing orang. Oleh karena itu, supaya luput dari pembantaian haruslah bertobat!
Jika kita lihat awal mula dosa menurut 1 Yohanes 3:4, dosa bagaimana dan apapun bentuknya, di mata Tuhan adalah melanggar hukum atau melanggar perintah Allah, seperti Adam dahulu jatuh dalam dosa yang diawali karena melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah terlarang. Sampai sekarang pun dosa terus berkembang karena manusia lebih suka melanggar hukum Allah.
Pelanggaran hukum Allah dalam Yakobus 2:10-11 dicontohkan ada 10 hukum Taurat. Pelanggaran terhadap salah satu hukum berarti sudah melanggar 10 hukum yang ada. Misalnya diambil 2 hukum: jangan berzinah dan jangan membunuh. Seseorang tidak membunuh, tetapi berzinah berarti dia melanggar hukum berzinah (cemar) dan membunuh (jahat). Dua dosa besar yang terus bertambah-tambah sampai akhir zaman, itulah dosa kejahatan dan kecemaran.
Ibrani 3:7-8 dan 12-14 menasihatkan kita supaya tidak bertambah-tambah dalam kejahatan dan kecemaran; atau dengan kata lain bertobat dari dosa, maka kita harus mau mendengar, menerima, dan mau melakukan Firman. Apabila Firman menegur dosa-dosa kita, janganlah tersinggung atau menolak, tetapi terbuka hatilah untuk menerima dan mau berhenti dari dosa tersebut. Hendaknya kita mau mengambil keputusan untuk berubah dan menjadi lebih baik. Inilah bertobat. Jadi, kunci untuk bisa bertobat adalah tidak mengeraskan hati pada suara Firman. Ibrani 4:7 mengajarkan, hari ini juga setelah mendengar Firman Tuhan, janganlah mengeraskan hati. Tuhan tahu segala perbuatan kita karena melalui Firman-Nya sanggup melihat sampai kedalaman batin dan hati tiap-tiap orang.
Pada Yohanes 12:44-48, dijelaskan bahwa orang yang menolak Firman Tuhan, bukan Tuhan yang menjadi hakimnya karena Tuhan datang tidak menghakimi, melainkan Firman itu sendiri. Dengan kata lain Firman menjadi hakim bagi yang mengeraskan hati dan tidak mau bertobat. Salah satu wujud Firman menjadi hakim yang bisa dirasakan sekarang adalah saat kita berbuat dosa, lalu mendengar Firman yang menegur dosa tersebut, maka hati kita pasti tertuduh bahwa kita sudah berdosa dan tidak ada ketenangan. Seharusnya saat itu kita mau berbalik dan sungguh-sungguh bertobat. Kalau Tuhan masih mau memberikan Firman-Nya yang tajam untuk mengoreksi hidup kita menurut Ibrani 12:5-6 dan 9 merupakan bukti kasih Allah yang menempatkan diri sebagai Bapa, yang menghendaki supaya kita hidup. Seharusnyalah kita menghargai kesempatan ini dan menerima dengan penuh syukur kasih Allah Bapa melalui Firman-Nya.
Perlu diperhatikan bahwa ada saatnya sudah tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat! Seperti Esau yang dituliskan pada ayat 16-17, ia sudah tidak beroleh kesempatan lagi untuk mendapatkan hak kesulungannya sekalipun ia mencari dengan mencucurkan air mata. Ini menjadi peringatan juga untuk kita sekarang, bahwa akan tiba waktunya kesabaran Tuhan itu habis. Berarti sudah tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat; sekalipun dengan menangis. Sungguh memrihatinkan karena sudah bisa dipastikan menuju kebinasaan. Lebih baik sekarang menangis karena menyesali segala dosa-dosa kita setelah menerima teguran Firman, daripada kelak baru menangis akibat mengeraskan hati kepada teguran Firman. Tangisan yang sia-sia karena sudah terlambat, sudah tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat dan hidup.
Lebih dari semuanya, jika kita mau menagis untuk bertobat sekarang maka janji Tuhan, kita berhak masuk hidup kekal di kota Yerusalem Baru. Di sana Tuhan menghapus segala air mata kita dan diganti dengan sukacita menjadi mempelai perempuan Tuhan. Haluluya!